LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO TAHUN 2014 Oleh RYAN DODA (NIM : 841410041, Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan) Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasi Pembimbing I Pembimbing II dr. Zuhriana K. Yusuf, M. Kes Dr. Ns. Hj. Rosmin Ilham, S. Kep. Mm NIP : 197401062006040 2 001 NIP : 19631126198703 2 004
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO TAHUN 2014 Ryan Doda, Zuhriana K. Yusuf, Rosmin Ilham 1 Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email: ryandoda49@yahoo.co.id ABSTRAK Ryan Doda, (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Zuhriana K. Yusuf dan Pembimbing 2 Rosmin Ilham. Daftar Pustaka : 33 (2003 2013) Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Pengetahuan, Motivasi, Pelatihan dan Insentif dapat mempengaruhi atau memperhambat kinerja kader dalam melaksanakan tugas posyandu. Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo masih kurang. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan, tidak adanya motivasi, kurangnya pelatihan dan tidak adanya insentif. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik bertujuan untuk mengetahuai faktor-faktor yang berhubungan degan kinerja kader posyandu. Penelitian ini menggunakan metode Kuesioner dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi penelitian ini sebanyak 60 orang. Sampel sebanyak 60 orang. Pengambilan sampel secara Total Sampling, dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat (Chi-square). Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo yakni pengetahuan sebagian besar kurang yaitu (66,7%), motivasi sebagian besar baik yaitu (88,3%), pelatihan sebagian kurang yaitu (63,3%) dan insentif sebagian tidak ada yaitu (56,7%). Dari hasil penelitian bahwa ada hubungan pengetahuan, pelatihan dan insentif dengan kinerja kader posyandu. Sedangkan motivasi tidak berhubungan dengan kinerja kader posyandu. Kesimpulan hasil tersebut bahwa ada hubungan pengetahuan, pelatihan, insentif dan tidak ada hubungan motivasi dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Dapat meningkatkan kinerja kader sehingga dapat mengantisipasi terjadinya pengunduran diri kader posyandu. Kata Kunci : Kinerja, Kader Posyandu 1 Ryan Doda, 841410041, Program Studi Ilmu Keperawatan, Jurusan Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG, Zuhriana K. Yusuf, Rosmin Ilham
Perkembangan dan peningkatan mutu pelayanan posyandu sangat dipengaruhi oleh peran serta masyarakat diantaranya adalah kader. Fungsi kader terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap peritisan posyandu, penghubung dengan lembaga yang menunjung penyelenggaraan posyandu,sebagai perencana pelaksana dan sebagai Pembina serta sebagai penyuluhan untuk memotivasi masyarakat yang berperan serta dalam kegiatan posyandu di wilayah, khususnya pada kinerja kader itu sendiri (Isaura,2011 : 22). Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau balita (bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita (Depkes RI, 2008). Menurut Dodo (2008 : 7), terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tingkat keaktifan kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sikumana. Tingginya tingkat pengetahuan kader menjadikan kinerja kader baik dan berdampak terhadap pelaksanaan program posyandu tersebut. Sedangkan menurut Muntasir, Sinaga, Nesi dan Nabuasa (2009 : 6), tingkat motivasi kader sangat mempengaruhi prestasi kerjanya, sebagian besar (72,24%) mempunyai tingkat motivasi sedang. Sedangkan berdasarkan peran sertanya dalam pelaksanaan kegiatan posyandu pada umumnya kader aktif dengan tingkat motivasi tinggi. Berarti semakin tinggi tingkat motivasi seorang kader semakin aktif pula dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, (Depkes RI, 2006). Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kinerja kader yaitu Umur, Sikap, Pendidikan, Motivasi, Pengetahuan, Masa Kerja, Intensif/Penghargaan dan Pelatihan. Makin lama masa kerja seorang kader pengalaman yang dimiliki semakin banyak, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk bertindak/ mengambil keputusan. Sebaliknya kader pemula belum memiliki banyak pengalaman serta asing dan ragu-ragu. Kondisi ini akan menghambat peran sertanya dalam suatu kegiatan. Hasil penelitian data awal di Kecamatan kota Utara Provinsi Gorontalo adalah 19 tempat posyandu dan jumlah kader ialah 95 orang yang tersebar. Yakni Dulomo Utara adalah ada 4 tempat posyandu dan jumlah kader 20 orang, Dulomo Selatan 4 tempat posyandu dan jumlah kader 20 orang, Wongkaditi Barat 2 tempat posyandu dan jumlah kader 10 orang, Wongkaditi Timur 3 tempat posyandu dan jumlah kader 15 orang, Dembe Dua 4 tempat dan jumlah kader 20 orang, dan Dembe Jaya 2 tempat posyandu dan jumlah kader 10 orang. Sedangkan presentase kader aktif dan tidak aktif di Kecamatan Kota Utara ialah aktif 71 orang (74,7%) dan tidak aktif 24 orang (25,3 %). Dari hasil penjelasan tabel diatas terdapat jumlah kader posyandu yang masih sedikit, di akibatkan kurangnya pengetahuan, motivasi dan pelatihan akan pola kegiatan posyandu, sehingga dapat mempengaruhi atau memperhambat kinerja kader dalam melaksanakan tugas yang ada di posyandu. Hasil wawancara 15 orang kader di Wilayah Kecamatan Kota Utara pada bulan desember 2013 dari 5 orang kader mengatakan kurang mengikuti kegiatan posyandu karena rendahnya pengetahuan tentang kegiatan posyandu dan 5 orang kader lainnya menjelaskan tidak adanya motivasi dalam kegiatan serta 5 orang kader sisanya mengeluh kurangnya pelaksanaan pelatihan kegiatan posyandu adalah faktor yang
mempengaruhi kinerja posyandu di Kecamatan Kota Utara. Berdasarkan fonomena diatas peneliti berasumsi bahwa kegiatan posyandu terhambat karena dipengaruhi oleh kinerja kader posyandu. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apa saja Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014. I. METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Kota Utara dan waktu penelitian yaitu pada tanggal 13 mei tahun 2014. 1.2 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo tahun 2014. 1.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kader posyandu yang tinggal di Wilayah Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo pada tahun 2014 berjumlah 60 kader, dan sampel dimana semua jumlah populasi dijadikan sebagai sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 kader. 1.4 Tehnik Pengumpulan dan Analisa Data Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan instrument penelitian berupa kuesioner kemudian diolah dengan system komputerisasi dengan program SPSS dalam bentuk distribusi frekwensi disertai narasi. Analisis data yang digunakan adalah Chi Square, dalam uji X 2 (Chi Square). II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Hasil Analisis hubungan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo tahun 2014. Hasil analisis adalh sebagai berikut: Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014 Kinerja Kader Posyandu Total Pengetahuan Kurang Baik Responden Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kurang 40 66,7 0 0 40 66,7 Baik 3 5,0 17 28,3 20 33,3 Total 43 71,7 17 28,3 60 100 Chi-square p=0,000 Sumber : Data Primer 2014 Analisis hubungan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara motivasi dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo tahun 2014. Hasil analisis adalh sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014 Kinerja Kader Posyandu Total Motivasi Kurang Baik Responden Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kurang 7 11,7 0 0 7 11,7 Baik 36 60,0 17 28,3 17 88,3 Total 43 71,7 17 28,3 60 100 Chi-square p=0,077 Sumber : Data Primer 2014 Analisis hubungan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pelatihan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo tahun 2014. Hasil analisis adalh sebagai berikut: Tabel 4.9 Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Kader Posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014 Kinerja Kader Posyandu Total Pelatihan Kurang Baik Responden Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kurang 38 63,3 0 0 38 63,3 Baik 5 8,3 17 28,3 22 36,7 Total 43 71,7 17 28,3 60 100 Chi-square p=0,000 Sumber : Data Primer 2014 Analisis hubungan dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pelatihan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo tahun 2014. Hasil analisis adalh sebagai berikut: Tabel 4.10 Hubungan Insentif dengan Kinrja Kader Posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014 Kinerja Kader Posyandu Total Insentif Kurang Baik Responden Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tidak Ada 37 61,7 1 1,7 38 63,3 Ada 6 10,0 16 26,7 22 36,7 Total 43 71,7 17 28,3 60 100 Sumber : Data Primer 2014 Chi-square p=0,000
2.2 Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Kader Posyandu Sebagaimana analisis menggunakan uji Chi Square di dapatkan hasil P Value 0,000 (α= 0,05), artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014. Dalam proses pengetahuan seseorang kader dikatakan kurang karena masih rendahnya analisa terhadap suatu tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam melaksanakan kegiatan posyandu, hal ini dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tanpa pengetahuan yang cukup, maka kemungkinan untuk melakukan tindakan yang benar tidak mungkin akan tercapai (Bloom dalam Notoatmodjo, 2005). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harisman (2012) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara menunjukan hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,017 (p-value < α= 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan dengan keaktifan kader posyandu di Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara. Pengetahuan kader tersebut merupakan suatu proses belajar mengajar dalam pengalaman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai aspek kehidupan terutama tingkah laku kader terhadap pemeliharaan kesehatan masyarakat, terutama bagi pelayanan kesehatan bayi dan balita. Oleh karena itu, pengetahuan kader sangat diperlukan dalam kegiatan posyandu. Dari hasil penelitian ini peneliti berasumsi bahwa semakin baik pengetahuan kader posyandu maka semakin baik pula kinerja kader posyandu, demikian pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan kader posyandu maka semakin kurang pula kinerja kader posyandu. Namun demikian dalam penelitian masih dijumpai tidak adanya 0% kader posyandu yang mempunyai pengetahuan baik namun tidak aktif dalam kegiatan posyandu, hal ini disebabkan kader posyandu tidak mendapat dukungan keluarga dan tidak didapatkannya penghargaan sebagai kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014. 2. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Kader Posyandu Sebagaimana analisis menggunakan uji Chi Square di dapatkan hasil P Value 0,077 ( α 0,05), artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014. Motivasi merupakan salah satu dari mekanisme terbentuknya prilaku dan mengalami proses perubahan atau bagaimana ia berubah, sehingga motivasi merupakan hal yang sangat penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktifitas yang tinggi, motivasi ini hanya dapat diberikan kepada yang mampu untuk dapat mengerjakan pekerjaan (Hasan 2010). Hasil dari penelitian Nora, dkk (2011) menunjukan 50 % kinerja kurang pada motivasi rendah P-Value adalah 0,001 selanjutnya dilakukan pengujian dan H0
ditolak yang artinya ada hubungan antara motivasi dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah. Hal ini menyatakan bahwa motivasi berhubungan dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu dimana seseorang yang memiliki motivasi yang cukup dalam melakukan pekerjaannya maka dia akan memiliki kinerja yang cukup pula. Dalam suatu motivasi apabila ada dorongan atau dukungan dari orang lain tapi tidak ada dorongan dan kemauan dari dalam diri seseorang kader maka suatu kegiatan dan tanggung jawab dalam bertugas akan tidak baik, sehingga kinerja yang timbul akan menurun. Hal ini diasumsikan peneliti bahwa dalam penelitian ini, meskipun kader memiliki motivasi yang kurang, namun kinerja yang ditujukkan belum tentu kurang dalam hal pelayanan kepada masyarakat, disebabkan sorang kader tidak mesti ada dorongan dari orang lain supaya selalu aktif dalam kegiatan posyandu melainkan kader hanya mencari pengalaman dalam pelayanan kesehatan posyandu. 3. Hubungan Pelatihan dengan Kinerja Kader Posyandu Sebagaimana analisis menggunakan uji Chi Square di dapatkan hasil P Value 0,000 (α= 0,05), artinya ada hubungan antara pelatihan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ratih Ayu, dkk (2012) yang mengungkapkan bahwa hasil uji chi-square diperoleh nilai P Value 0,242 (α= 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pelatihan dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu di Kecamatan Buntobahari Kabupaten Bulukumba. Penelitian dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan tehnik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Tujuan penelitian adalah menutup gap atau kesenjangan antara kecakapan atau kemampuan seseorang dengan permintaan jabatan atau program yang ada diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan. Dengan pelatihan diharapkan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik yang dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Semakin banyak pelatihan yang diterima diharapkan kader akan menjadi lebih mengerti dan terampil untuk dapat diaplikasikan untuk dirinya dan disebarkan untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya. (DepkesRI,2008:14). Dalam pelatihan kader masih kurangnya pembinaan dalam kegiatan yang diikuti baik itu pelatihan di luar kota atau di dalam, sehingga dapat menurunkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Dari hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa pelatihan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu sebab dengan adanya pelatihan maka dapat meningkatkan pengetahuan dan kecakapan serta kemampuan kader agar dapat melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. 4. Hubungan Insentif dengan Kinerja Kader Posyandu Sebagaimana analisis menggunakan uji Chi Square di dapatkan hasil P Value 0,000 (α= 0,05), artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014.
III. Penghargaan kader adalah upah atau insentif yang diberikan kepada kader. Insentif berupa uang memberikan motivasi tersendiri bagi kader. Imbalan yang baik adalah system yang mampu menjamin kepuasan para anggota, memelihara dan mempekerjakan orang dengan berbagai sikap perilaku positif dan produktif bagi kepentingan organisasi misalnya pergerakan, kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan waktu tenaga para pekerja (Sondang P. Siagian, 2001). Hal ini sejalan dengan penelitian Heri Sutadi, dkk (2006) mengemukakan bahwa kader Posyandu juga mengaharapkan ada honor untuk setiap pertemuan karena kegiatan kader pantas diimbali jasa. Dalam kegiatan posyandu perlu adanya insentif atau penghargaan berupa imbalan atau uang sehingga kinerja kader yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Dari hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa jika ada insentif yang diterima oleh kader maka untuk mendorong kader untuk semakin aktif dalam melakukan kegiatan posyandu, hal ini dikarenakan. alasan utama penggunaan insentif upah adalah jelas, insentif hampir selamanya meningkatkan produktifitas. Agar berhasil, insentif hendaknya cukup sederhana, sehingga kader yakin prestasi kerja yang akan menghasilkan imbalan. Insentif dapat menimbulkan imbalan psikologis dan perasaan puas yang timbul dari penyelesaian pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Demikian pula sebaliknya kalau tidak ada insentif maka akan mengurang kinerja kader dalam melakukan pelayanan posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menggambarkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara insentif dengan kinerja kader posyandu dalam pelayanan kesehatan di Kecamayan Bukit Kabupaten Bener Meriah. SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan dengan kinerja kader posyandu, tidak ada hubungan motivasi dengan kinerja kader posyandu, ada hubungan pelatihan dengan kinerja kader posyandu, ada hubungan insentif dengan kinerja kader posyandu di Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Tahun 2014. 3.2 Saran Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi pihak Kantor Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo dapat meningkatkan kinerja kader sehingga dapat mengantisipasi terjadinya pengunduran diri kader posyandu. Pada penelitian ini hanya diteliti tentang faktor pengetahuan, motivasi, pelatihan, dan insentif. Dengan adanya penelitian ini diharpkan dapat menambah informasi hasil penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader posyandu agar dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain. Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat dapat menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang faktor-faktor kinerja kader posyandu dan dan memperluas wawasan pada Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.
DAFTAR PUSTAKA Andira, 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu di Kecamatan Bontahari Kabupaten Bulukumba. Jurnal, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar. Harisman, 2012. Factor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012. Jurnal keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati B. Lampung. Nugroho, H. A. 2008. Hubungan Pengetahuan, Motivasi dan Pelatihan Kader Posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Fikes Jurnal Keperawatan. Nursalam, 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan. Jakarta : Salemba medika. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi. CV. AlfaBeta. Sujatmoko, koko. 2007. Pengaruh Insentif Terhadap Peningkatan Kerja Karyawan Pada Departemen Operasional Pemasaran Dunkin Donuts Cabang Arteri Jakarta Tahun 2007. Karya ilmiah Universitas Negeri Semarang. Syafrudin dan Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC. Widodowati, Retno Lestari. 2004. Warta Kesehatan Masyarakat. Pelatihan Kader Posyandu Desa Sukabumi. Zulkifli, 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Jakarta : Salemba Medika.