BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. Dari sudut pandang etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

RINGKASAN PUTUSAN.

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

31. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 115/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilukada Serentak Akibat Calon Tunggal

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB I PENDAHULUAN. dan terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta mempunyai berbagai bahasa,

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 100/PUU-XIII/2015 TENTANG CALON TUNGGAL DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH. Dari semua interaksi Pemohon 1

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Bari Azed, Sistem-Sistem Pemilihan Umum, Suatu Himpunan Pemikiran, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000.

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

KONSTITUSIONALITAS PENGALIHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN MENENGAH DARI KABUPATEN/KOTA KE PROVINSI 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

DAFTAR PUSTAKA. - Arifin Hoesein, Zainal, Kekuasaaan Kehakiman Di Indonesia, Yogyakarta:

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POTENSI CALON PERSEORANGAN DALAM PERUBAHAN KEDUA UU NO. 1 TAHUN 2015 Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 23 Maret 2016; disetujui: 4 April 2016

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 21 Januari 2016; disetujui: 27 Januari 2016

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA. Ari Sulistyanto, S. Sos., M. I. Kom. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PENDIDIKAN PANCASILA

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

Demokrasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan,

PANCASILA PANCASILA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK, HUKUM, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN KEAMANAN. Nurohma, S.IP, M.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait adalah pengisian jabatan kepala daerah. Dalam Pasal 18 ayat (4) UUD

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab *

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1

Tasikmalaya. Abstrak. Kata kunci: Pemilukada, calon tunggal, putusan Mahkamah Konstitusi PENDAHULUAN

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berdasarkan kedaulatan rakyat. Prinsip tersebut telah disepakati para pendiri bangsa menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat antara lain menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Ketentuan tersebut ditegaskan pula dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa: Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. UUD 1945 menganut asas demokrasi karena syarat-syarat negara demokrasi telah dinyatakan dan dipenuhi dalam UUD 1945. Hubungannya dengan pembagian kekuasaan ke dalam berbagai lembaga maka dapat dikatakan bahwa adanya kekuasaan yang dibagi-bagikan menurut fungsi, wewenang, dan kedudukan di dalam satu negara menunjukan bahwa negara tersebut menganut paham demokrasi bukan negara monarki atau pemerintahan diktator. 1 Indonesia adalah negara yang menganut Demokrasi Pancasila, Demokrasi Pancasila ialah paham demokrasi yang dijiwai dan disemangati oleh sila-sila 1 Moh. Mahfud MD., 2001, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 83. 1

2 Pancasila. 2 Gagasan mengenai Demokrasi Pancasila tidak lepas dari pembicaraan para founding fathers pada sidang BPUPKI-PPKI tanggal 29 Mei sampai dengan 18 Agustus 1945, terutama terkait dengan dasar falsafah Negara RI. Ketika sidang BPUPKI menyetujui konsep pemikiran Soekarno tentang Pancasila sebagai dasar falsafah Negara RI pada 1 Juni 1945, sejak saat itu sistem pemerintahan yang akan diterapkan untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara merujuk pada Demokrasi Pancasila. 3 Istilah Demokrasi Pancasila digunakan oleh MPRS terkait dengan pedoman pelaksanaan Demokrasi Pancasila yang mana ternyata bahwa istilah tersebut hanyalah kependekan dari sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yakni sila Ke-4 dalam Pancasila. 4 Bentuk perwujudan dari sila Ke-4 Pancasila adalah dengan diselenggarakan pemilihan umum, baik itu pemilihan umum legislatif ataupun Pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Sebagai negara demokrasi, Indonesia menjalankan prinsip demokrasinya berdasarkan demokrasi Pancasila. Menurut Achmad Sanusi sebagaimana disunting Dasim Budimansyah dan Syaifullah, terdapat prinsip-prinsip demokrasi Indonesia menurut Pancasila dan UUD 1945, yaitu: Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, Demokrasi dengan Kecerdasan, Demokrasi yang Berkedaulatan Rakyat, Demokrasi dengan Rule of Law, Demokrasi dengan Pemisahan Kekuasan Negara, Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia, Demokrasi dengan Pengadilan yang 2 Subandi Al Marsudi, 2012, Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 84. 3 Nur Wahyu Rochamdi, 2007, Kewarganegaraan 2, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 27. 4 Hazairin, 1983, Demokrasi Pancasila, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 13.

3 Merdeka, Demokrasi dengan Otonomi Daerah, Demokrasi dengan Kemakmuran,dan Demokrasi yang Berkeadilan Sosial. 5 Pemilihan kepala daerah secara langsung adalah wujud nyata dari pembentukan demokrasi di daerah. Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. 6 Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu rangkaian rel demokrasi yang hendak diwujudkan dalam rangka meningkatkan nilai demokrasi pada tingkat daerah. Menurut Robert Dahl sebagaimana dikutip oleh Afan Gaffar, bahwa demokrasi lokal pada tingkat pemerintahan kota dan kabupaten mendorong masyarakat di sekitar pemerintahan tersebut untuk ikut serta secara rasional terlibat dalam kehidupan politik. 7 Sependapat dengan Robert Dahl, Ahmad Nadir mengatakan dengan dipilihnya kepala daerah secara langsung, aspirasi dan keinginan politik masyarakat di tingkat paling bawah akan dapat tersalurkan. 8 Pemilihan kepala daerah secara langsung telah diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Pemilihan kepala 5 Achmad Sanusi, Memberdayakan Masyarakat dalam Pelaksanaan 10 Pilar Demokrasi, dalam Dasim Budimansyah dan Syaifullah, 2006, Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Laboratorium PKn UPI, Bandung, hlm. 193-205. 6 Afan Gaffar, 2003, Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 54. 7 Ibid. 8 Ahmad Nadir, 2005, Pilkada Langsung dan Masa Depan Demokrasi, Averroes Press, Malang, hlm. 125.

4 daerah diatur sendiri dalam undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah mengalami permasalahan ketika dalam pelaksanaannya terjadi fenomena calon tunggal yang muncul dalam pemilihan kepala daerah serentak periode pertama pada 9 Desember tahun 2015. Beberapa daerah seperti Kabupaten Blitar, Jawa Timur; Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat; dan Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur hanya terdapat satu pasang calon dalam kontestasi Pilkada. Undang-undang Pilkada pada waktu itu belum mengatur tentang calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah hingga keluar putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 yang mana calon tunggal dalam pemilihan kepala daerah tetap dapat dilaksanakan. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 tersebut menjadi dasar penyelenggaraan Pilkada dengan calon tunggal pada penyelenggaraan Pilkada serentak 9 Desember 2015. 9 Pelaksanaan Pilkada serentak pada gelombang kedua yang dilaksanakan pada 15 Februari 2017 di beberapa daerah juga terdapat fenomena calon tunggal seperti di 9 daerah yaitu: Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara; Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung; Kabupaten Pati, Jawa Tengah; Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara; Kabupaten Landak, Kalimantan Barat; Kabupaten Maluku Tengah, Maluku; Kota Jayapura, Papua; Kabupaten Tambrauw, Papua Barat; dan 9 Heyder Affan, Polemik Calon Tunggal di Kabupaten Tasikmalaya, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151204_indonesia_pilkada_calontungga l, diakses 4 Maret 2017.

5 Kota Sorong, Papua Barat. 10 Penyelenggaraan Pilkada serentak gelombang kedua dengan calon tunggal sudah diatur dalam undang-undang Pilkada yang baru yaitu dalam Pasal 54C dan 54D Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016, meskipun sudah diatur dalam perundang-undangan pelaksanaan Pilkada dengan calon tunggal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan para praktisi pemilu, akademisi dan juga masyarakat. Melihat fenomena tersebut penulis sangat tertarik untuk menganalisis secara mendalam, yang hasilnya dituangkan dalam bentuk penelitian dengan judul PENERAPAN DEMOKRASI PANCASILA TERHADAP PEMILIHAN KEPALA DAERAH CALON TUNGGAL (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015). B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 tentang pemilihan kepala daerah calon tunggal ditinjau dari sisi demokrasi Pancasila? 2. Bagaimana implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU- XIII/2015 tentang pemilihan kepala daerah calon tunggal terhadap keberlangsungannya demokrasi Pancasila? 10 Danang Firmanto, 9 Daerah Ini Hanya Punya Calon Tunggal dalam Pilkada 2017, https://pilkada.tempo.co/read/news/2017/02/07/304844005/9-daerah-ini-hanya-punya-calontunggal-dalam-pilkada-2017, diakses 10 Februari 2017.

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 tentang pemilihan kepala daerah calon tunggal ditinjau dari sisi demokrasi Pancasila. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 tentang pemilihan kepala daerah calon tunggal terhadap keberlangsungannya demokrasi Pancasila. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum pada umumnya dan hukum tata negara pada khususnya, terutama tentang penerapan demokrasi Pancasila terhadap pemilihan kepala daerah calon tunggal di Indonesia, sehingga dapat menambah pengetahuan hukum bagi mereka yang membutuhkannya. 2. Secara praktis a. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang pemilihan kepala daerah calon tunggal di Indonesia. b. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan sebagai ilmu yang dapat membuka menambah pengetahuan tentang pemilihan kepala daerah calon tunggal di Indonesia.

7 E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran Penulis mengenai Penerapan demokrasi Pancasila Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Calon Tunggal, belum pernah ada karya ataupun tulisan ilmiah yang membahas hal tersebut. Namun demikian ada beberapa karya yang menyoroti pemilihan kepadala daerah dengan calon tunggal, diantaranya: 1. Penelitian oleh Tunki Rachman Sanusi, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung Tahun 2016 dengan judul penelitian Implikasi Calon Tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUUXIII/2015 dengan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia. Penelitian Tunki Rachman Sanusi dilatarbelakangi putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUUXIII/ 2015 tentang calon tunggal. Calon tunggal tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pilkada karena didalam undang-undang tersebut minimal diikuti oleh dua pasangan calon. Perumusan masalah dalam penelitian Tunki Rachman Sanusi adalah bagaimana mekanisme tahapan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal dan kendala terkait pemilihan umum kepala daerah dengan calon tunggal. 11 Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan, artinya pengkajian dan penulisan dalam penelitian ini diutamakan pada data sekunder. 12 11 Tungki Rachman Sanusi, 2016, Implikasi Calon Tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 dengan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Pasundan, Bandung, hlm. iv. 12 Ibid.

8 Penelitian ini menghasilkan bahwa mekanisme tahapan pemilihan umum kepala daerah dengan calon tunggal terdapat dalam Pasal 14 dan 25 Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon. 13 Kendala yang terjadi terkait pemilihan umum kepala daerah dengan calon tunggal sebagai berikut: Peraturan perundangan kurang mampu mengakomodasi permasalahan pemilihan kepala daerah, lemahnya kualitas sumber daya penyelenggara pemilihan kepala daerah, kaderisasi partai politik kurang berjalan optimal, dan masih kurangnya pendidikan politik. Dengan terjadinya kekosongan hukum maka Mahkamah Konstitusi berhak mengeluarkan Putusan MK Nomor 100/PUU-XIII/2015 dan dengan keluarnya putusan tersebut maka pemilihan umum kepala daerah dengan calon tunggal dapat terlaksana dengan keluarnya Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota dengan Satu Pasangan Calon sebagai peraturan pelaksana. 14 2. Penelitian kedua dilakukan oleh Rizqiawan Wisnu Praditomo, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2016 dengan judul penelitian Analisis Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon Tunggal Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 Ditinjau dari Hak Konstitusional Warga Negara untuk Memilih. 13 Ibid. 14 Ibid.

9 Latar belakang penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal terkait putusan Mahkamah Konstitusi ditinjau dari hak konstitusional warga negara untuk memilih. Dalam penulisan ini penulis membahas mengenai mekanisme pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal dan menganalisis pelaksanaan pemilihan kepala daerah ditinjau dari pemenuhan hak konstitusional warga negara untuk memilih. 15 Penulisan ini merupakan penelitian hukum normatif atau biasa disebut dengan penelitian hukum doktrinal yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. 16 Hasil pembahasan menjelaskan bahwa pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 terdapat mekanisme yang baru dalam pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal yaitu dengan memilih setuju ataupun tidak setuju terhadap calon tunggal kepala daerah. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah tersebut bertujuan untuk memenuhi hak konstitusional warga negara untuk memilih. 17 3. Penelitian ketiga dilakukan oleh Iza Rumesten RS, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya tahun 2015 dengan judul penelitian Fenomena Calon Tunggal dalam Pesta Demokrasi. 15 Risqiawan Wisnu Praditomo, 2016, Analisis Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dengan Calon Tunggal Terkait Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015 Ditinjau dari Hak Konstitusional Warga Negara untuk Memilih, Skripsi, Fakultas Hukum-UNS, Surakarta, hlm. v. 16 Ibid. 17 Ibid.

10 Latar belakang dalam penelitin ini adalah, bahwa dengan terbitnya UU No. 8 Tahun 2015 yang mengatur mekanisme Pilkada serentak secara sederhana, murah, namun tetap membuahkan hasil yang berkualitas. Kondisi ini menyebabkan tidak semua daerah provinsi, kabupaten dan kota dapat melangsungkan pesta demokrasi yang disebabkan karena hanya memiliki calon tunggal, sehingga pelaksanaan pesta demokrasinya ditunda karena ketentuan dalam UU No. 8 Tahun 2015 mensyaratkan bahwa Pilkada dapat berjalan apabila minimal ada dua calon. 18 Penelitian hukum ini menggunakan pendekatan Yuridis normatif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundangundangan dan pendekatan analisis. Metode analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah yuridis kualitatif. 19 Hasil pembahasan menunjukkan, bahwa ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh dalam rangka menyiasati fenomena calon tunggal. Pertama adalah menghadapkan calon tunggal dengan bumbung kosong sebagaimana praktik yang lazim terjadi dalam pemerintahan tingkat desa, dengan membuatkan peraturan dalam bentuk undang-undang yang dalam bab khusus mengatur mekanisme calon tunggal. Kedua, dengan menunda pelaksanaan Pilkada sampai denga Pilkada serentak tahun 2017. Ketiga dengan menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang. 20 18 Iza Rumesten, Fenomena Calon Tunggal dalam Pesta Demokrasi, Jurnal Konstitusi, Volume 13, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 74. 19 Ibid., hlm. 75-76. 20 Ibid., hlm. 92.

11 Berdasarkan 3 (tiga) penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan yang mendasar antara penelitian Penulis dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Tunki Rachman Sanusi membahas Pilkada calon tunggal, aspek yang diteliti adalah: mekanisme tahapan Pemilihan Kepala Daerah dengan calon tunggal dan kendala dalam penyelenggaraan Pilkada yang hanya diikuti oleh calon tunggal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqiawan Wisnu Praditomo membahas Pilkada calon tunggal, aspek yang diteliti adalah mekanisme pelaksanaan pemilihan kepala daerah dengan calon tunggal dan analisis pelaksanaan pemilihan kepala daerah ditinjau dari pemenuhan hak konstitusional warga negara untuk memilih. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Iza Rumesten RS membahas Pilkada Calon Tunggal, aspek yang diteliti adalah kepada solusi hukum dalam menghadapi fenomena calon tunggal sebelum adanya Putusan Mahkamah Konstitusi. 4. Penelitian yang Penulis lakukan dengan judul Penerapan Demokrasi Pancasila Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Calon Tunggal (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU- XIII/2015), Membahas Pilkada dengan calon tunggal ditinjau dari penerapan demokrasi Pancasila dengan menganalisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU-XIII/2015, dan membahas implikasi dari

12 penerapan putusan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 100/PUU- XIII/2015 terhadap keberlangsungannya demokrasi Pancasila.