BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya (Gunawan, 2001). Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan jaringan) jantung (54%), stroke (36%), dan gagal ginjal (32%). (Sudoyo, 2007). Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka kematian yang tinggi. Gangguan kerja orang lain selain menyebabkan penderita, keluarga dan negara harus mengeluarkan lebih banyak biaya, pengobatan dan perawatan, tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita. Hipertensi bukan penyakit biasa. (Sustrani, 2006). Di Amerika, data statistik pada tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 21.7 % penduduk menderita hipertensi. Di Indonesia belum ada data
2 nasional lengkap untuk prevalensi hipertensi dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2008, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 16 % 18 %. (Dian, 2008). Survei faktor risiko penyakit kardiovaskular (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta, menunjukan angka prevalensi hipertensi dengan tekanan darah 160/90 masing masing pada pria adalah 13,6 % (1988), 16,5 (1993), dan 12,1 % (2000). Pada wanita angka prevalensi mencapai 16 % (1988), 17 % (1993), dan 12,2 % (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara 15 % - 20 %. (Wiryowidagdo, 2002). Penyebab terjadinya hipertensi di bagi menjadi 2 golongan, yaitu (1) hipertensi esensial / primer, yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90 %); dan (2) hipertensi sekunder, yaitu hipertensi merupakan akibat dari adanya penyakit lain seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid (10 %). Faktor ini biasanya juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), komsumsi garam dapur yang tinggi, merokok, dan minum alkohol. (Adip, 2009). Cara yang paling baik dalam menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah ke arah gaya hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengatur diet / pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh, meningkatkan komsumsi buah dan sayuran, tidak mengkomsusi alkohol dan rokok. (Gunawan, 2001).
3 Usaha lain untuk mengurangi tekanan darah adalah dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran penderita selama sakit, dan membantu penderita dan keluarga mengatasi masalah kesehatan. (Stuart, 1968 dikutip Mubarak et al, 2007). Dengan pendidikan kesehatan diharapkan ada perubahan terhadap sikap dan perilaku penderita hipertensi terutama terkait dengan aktifitas, istirahat, dan pola makan. Aktifitas harus selalu diperhatikan karena akrifitas yang berlebihan dan kurangnya istirahat tubuh menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit begitu juga pola makan harus selalu diperhatikan karena pola makan yang tidak teratur akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Pemberian pendidikan kesehatan merupakan tugas perawat. Peran perawat meliputi memberi pelayanan, pelaksana, pendidik (memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Selain usaha - usaha diatas diharapkan seorang perawat membantu dan mengawasi penderita hipertensi untuk mengikuti aturan pengobatan. Perhatian terus menerus oleh perawat perlu dilakukan untuk memberi kenyamanan dan rasa aman pada penderita. Di Kelurahan Kalipancur Semarang Barat perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi. Di Kelurahan Kalipancur Semarang Barat ada 50
4 warga yang menderita hipertensi. Dan mereka berusia antara 40 60 tahun. Mereka pada umumya belum mengetahui tentang sikap dalam aktifitas, istirahat dan pola makan yang benar bagi penderita hipertensi. Hambatan-hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan hipertensi antara lain adalah kelalaian, sikap acuh tak acuh, kurangnya pengetahuan, kekurangan fasilitas pengobatan, perhubungan dan transportasi yang sukar serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperlukan kerja sama yang erat antara lembaga-lembaga kesehatan, tenaga kesehatan dan pasien. Karena pengertian yang salah tentang hipertensi sering terjadi karena kurangnya pengetahuan. (Sidharta, 1996). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dalam aktifitas, istirahat dan pola makan pada penderita hipertensi di Kelurahan Kalipancur Semarang Barat. B. Perumusan Masalah Berdasarkan data dan masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka perlu diteliti lebih lanjut apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dalam aktifitas, istirahat dan pola makan pada penderita hipertensi di Wilayah Kelurahan Kalipancur Semarang Barat.
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap dalam aktifitas, istirahat dan pola makan pada penderita hipertensi di Wilayah Kelurahan Kalipancur Semarang Barat. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui sikap penderita hipertensi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang aktifitas, istirahat dan pola makan. b. Mengetahui sikap penderita hipertensi sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang akifitas, istirahat dan pola makan. c. Mengetahui perbedaan sikap penderita hipertensi antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang aktifitas, istirahat, dan pola makan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat Dapat menambah wawasan perawat tentang pentingnya pendidikan kesehatan sebagai upaya promosi kesehatan yang tepat pada masyarakat mengenai penyakit hipertensi guna mempertahankan kesehatannya.
6 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan bagi institusi pendidikan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan program keperawatan terhadap cara mencegah dan mengobati hipertensi E. Bidang ilmu Penelitian ini mencakup bidang ilmu keperawatan yaitu keperawatan medikal bedah dan keperawatan komunitas.