BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (STUDI KASUS PADA ENAM ORANG WARGA BINAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suasana pembangunan yang lebih terfokus di bidang ekonomi ditambah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA WALIKOTA BLITAR,

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan kemampuan bicara (Somantri, 2006). selayaknya remaja normal lainnya (Sastrawinata dkk, 1977).

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Maka

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. keadaan bangsa mendatang tergantung dari usaha yang dilakukan bangsa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (selanjutnya disingkat lansia) merupakan segmen populasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. terkait fisik tetapi juga masalah kesehatan jiwa masyarakat. Sesuai dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Disamping itu berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial di Kota cenderung meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

para1). BAB I PENDAHULUAN

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahwa pada hakekatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

DocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B TERPADU DI SEMARANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

halnya lansia yang bekerja di sektor formal. Hal ini menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia terlantar.

BAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiannya. Pendidikan dalam arti yang terbatas adalah usaha mendewasakan

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

FENOMENA ANAK JALANAN DI INDONESIA DAN PENDEKATAN SOLUSINYA Oleh : Budi H. Pirngadi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga maupun masyarakat. Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia mempunyai kebajikan, kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di teladani oleh generasi penerus dalam pembangunan nasional. Seiring berjalannya waktu, banyak situasi yang mengalami perubahan. Demikian juga angka harapan hidup manusia semakin meningkat. meningkatnya populasi lansia bukan hanya fenomena di Indonesia saja tetapi juga sudah secara global. Menurut UU No.13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2000 penduduk usia lanjut di seluruh dunia diperkirakan sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8 %. Jumlah ini akan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2025, yaitu menjadi sekitar 828 juta jiwa atau sekitar 9,7 % dari total penduduk dunia. Gejala menuanya struktur penduduk (ageing population) juga terjadi di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS, 2004) menyimpulkan bahwa abad 21 bagi Indonesia merupakan abad lansia (era of population ageing), karena pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain. (Kesehatan Masyarakat sebagai Ilmu dan Seni, 2007)

Dari hasil sensus penduduk yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 % dari populasi lanjut usia yang di perkirakan 17 juta orang. Pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia diproyeksikan mencapai 28 juta orang yang berusia 71 tahun. Perubahan komposisi penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi, sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lanjut usia, baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. (http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=content&pa=showpage&pid=6) Pemerintah jelas memiliki peran strategis untuk mengatasi masalah lansia, apalagi hal itu telah menjadi komitmen internasional. Salah satunya, International Plan of Action of Ageing (Vienna Plan) yang ditetapkan dengan Resolusi No 37/51 Tahun 1982 mengajak negara-negara secara bersama atau sendiri untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan peningkatan kehidupan lansia, sejahtera lahir batin, damai, sehat, dan aman. Kemudian, mengkaji dampak menuanya penduduk terhadap pembangunan untuk mengembangkan potensi lansia. Untuk mendorong terciptanya pembangunan yang selaras, dibutuhkan lansia yang sehat dan mandiri dengan dukungan dari segala pihak, yaitu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan keluarga. Para lansia juga mempunyai permasalahan rawan terhadap berbagai penyakit, mengalami kemunduran fisik, mental, produktivitas kerja menurun, perubahan bentuk keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga inti, mobilitas terbatas, dan masalah tempat tinggal. Usaha mengatasi permasalahan dan beberapa harapan kepada pihak-pihak yang peduli terhadap lansia harus terpadu. Para lansia yang dititipkan di panti

pada dasarnya memiliki sisi negatif dan positif. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri sehingga kebersamaan itu dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami. Tetapi, jauh di lubuk hati, mereka merasa jauh lebih nyaman berada di dekat keluarga. Merawat orang di panti (residental care) dan menjamin terpenuhinya kebutuhan mereka adalah hal yang diharapkan namun sulit dilakukan. Namun terkadang kehadiran panti jompo membuat para lanjut usia menjadi serasa kurang dihargai oleh anak-anaknya ketika anak-nya merasa direpotkan dengan keberadaan mereka sehingga para lanjut usia dimasukkan ke panti jompo. Di masyarakat kita yang masih menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal di panti menjadi suatu hal yang tidak natural lagi, apa pun alasannya. Karena itu, solusinya bukan dengan terus mendirikan panti. Dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan menambah ketenteraman hidup lansia. Tetapi, bukan berarti seorang lansia hanya tinggal duduk, diam, tenang, dan berdiam diri. Untuk menjaga kesehatan fisik maupun kejiwaannya, lansia harus tetap melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupan. Kepasifan justru akan mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan (Sidiarto Kusumoputro: 2002). Pemerintah bertanggung jawab mewujudkan amanah perundangan untuk menyejahterakan lansia dengan menciptakan strategi dan program pemberdayaan Sumber Daya Manusia lanjut usia, menciptakan fasilitas dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan ilmu dan keterampilan untuk pra-lansia maupun lansia, serta meningkatkan upaya-upaya terpadu pemberdayaan SDM lansia. Yang dibutuhkan adalah aksi nyata, bukan sekadar aturan macam kertas yang terlihat indah. Para lansia (lanjut usia) telah mengantarkan dan membesarkan kita di dunia ini. Tanpa mereka, mustahil kita dapat menikmati kehidupan sekarang ini. Sayangnya, tidak sedikit di antara mereka yang menghadapi kenyataan pahit justru saat-saat usia senja. Upaya perlindungan dan pemenuhan hak kaum lansia

harus berkesinambungan dan mendapatkan perhatian seluruh lapisan masyarakat. Sangat ironis bila gerakan menyejahterakan para lansia hanya bersifat temporer dan seremonial. Lansia sering dianggap identik dengan pikun, jompo, sakit-sakitan, dan menghabiskan uang untuk berobat. Sangat tidak manusiawi bila mereka diperlakukan sebagai warga kelas dua atau ibarat "habis manis sepah dibuang". Secara yuridis formal, ketentuan untuk memenuhi hak lansia diatur dalam pasal 42 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik, dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. Ketidakmampuan anak dan sanak keluarga dalam memberikan pelayanan kepada anggotanya yang berusia lanjut, telah mendorong masyarakat dan pemerintah untuk mengambil alih tanggungjawab tersebut. Namun disadari untuk itu diperlukan dana yang cukup besar dan tenaga yang profesional. Apalagi jumlah kelompok ini akan meningkat dengan meningkatnya harapan hidup mereka. Usaha masyarakat dan pemerintah mendirikan panti jompo merupakan pemecahan masalah yang dihadapi kelompok lanjut usia dalam menapak akhir kehidupannya. Mesikipun demikian usaha ini masih ditentang oleh sebagian orang yang menghendaki orangtua adalah tanggung jawab anak dan mendorong kembali kepada sikap budaya berhimpun dalam keluarga besar. Ibu yang sengsara ketika mengandung anaknya, orangtua yang dengan kasih sayang membesarkan anak-

anaknya, apakah harus kemudian dimasukkan ke dalam rumah jompo karena dirasakan sudah tidak berguna lagi dalam kehidupan, dan hanya akan merepotkan saja. Sebenarnya panti jompo terbentuk atas dasar kasih sayang pihak lain terhadap para lanjut usia yang tidak mendapatkan kasih sayang di luar panti baik di keluarganya maupun di warga masyarakat. Pemerintah Indonesia sendiri menerima usaha ini sebagai suatu sarana pelayanan kesejahteraan sosial bagi usia lanjut/jompo yang terlantar, disebabkan antara lain kemiskinan, ketidakmampuan secara fisik maupun ekonomis, dengan membantu usia lanjut/jompo untuk dapat mempertahankan identitas kepribadiannya, memberikan jaminan kehidupan secara wajar baik jaminan fisik, kesehatan maupun sosial psikologis, agar dapat ikut menikmati hasil pembangunan, tidak merasa mendapat tekanan, hinaan, serta merasa mendapat perhatian dari seluruh masyarakat maupun negara. Upaya apa yang dilakukan oleh Departemen Sosial dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia? 1. Pemberian perlindungan sosial, adalah upaya Pemerintah atau masyarakat untuk memeberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensi agar dapat mewujutkan taraf hidup yang wajar. 2. Pemberian bantuan sosial, adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak tepat agar lanjut usia potensi dapat meningkatkan taraf kesejahteraan. 3. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus menerus agar lanjut usia dapat mewujutkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.

4. Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual,sosial. Pengetahuan, dan ketrampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok yang dilaksakan antara lain : 1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti 2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti 3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia 4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia. UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesejahteraan dan Sosial Propinsi Sumatera Utara, yang mempunyai tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan sosial kepada tuna rungu wicara dan lanjut usia (werda). UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar memberikan bentuk pelayanan sosial di dalam panti. Jelas sudah dari namanya, UPT ini memiliki dua bagian fokus pelayanan, yakni pelayanan terhadap tuna rungu wicara dan pelayanan terhadap lanjut usia. Namun di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan membahas masalah pelayanan terhadap lanjut usia. Sehingga diperoleh sebuah kajian mengenai pelayanan yang diberikan oleh UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar terhadap warga binaan sosial lanjut usia. Melalui pelayanan sosial yang diberikan, para lanjut usia diharapkan memperoleh pelayanan yang sewajarnya baik secara jasmani maupun rohani.

UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar telah menjalankan tugasnya memberikan pelayanan kepada warga binaan sosial lanjut usia. Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pemberian pelayanan kepada warga binaan sosial. Di dalam Panti UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar masih banyak hal yang harus dibenahi demi mencapai tingkat sewajarnya bagi para lanjut usia. Selain itu berbagai permasalahan yang dihadapi oleh warga binaan sosial lanjut usia yang memang membutuhkan perhatian kita, orang-orang yang ada di sekitar mereka. Beberapa orang/pihak yang memiliki kepedulian terhadap UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia secara tidak menentu datang berkunjung dan membagikan bantuan baik berupa makanan, pakaian, dan perlengkapan lainnya. Melihat betapa pentingnya pelayanan yang baik untuk lanjut usia, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat bagaimanakah pelayanan yang diberikan kepada lanjut usia, dalam sebuah penelitian yang berjudul Pelayanan Sosial Lanjut Usia (Studi Kasus pada 6 orang warga binaan sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar).

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Pelayanan Sosial Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka : 1. Memberikan kontribusi keilmuan mengenai Pelayanan Sosial Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. 2. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi gambaran kepada UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar dalam memberikan peningkatan Pelayanan Sosial terhadap Lanjut Usia.

1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah : BAB I : Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : Metodologi Penelitian Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. BAB V : Analisis Data Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari penelitian dan analisis data tersebut.

BAB VI : Penutup Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.