VI HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. MATERI DAN METODE

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

III. MATERI DAN METODE

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

III. BAHAN DAN METODE

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Transkripsi:

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Standart Operating Procedure (SOP) Usahatani Nanas Desa Astomulyo Dalam rangka pengembangan usaha agribisnis nanas dan tantangaan menghadapi persaingan dalam era perdaganagan bebas maka pasar menuntut produk yang bermutu tinggi, keseragaman hasil, berkesinambungan, aman terhadap kesehatan, dan ramah lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu adanya suatu pedoman atau standar yang dijadikan acuan dalam pengembangan agribisnis komoditas nanas. Terdapat Standart Operating Procedure (SOP) pada usahatani nanas yang mencakup proses budidaya hingga pasca panen. 6.1.1. Pemilihan Lokasi Lokasi yang cocok untuk budidaya nanas adalah daerah yang memiliki suhu rata-rata 25 C-31 C dengan curah hujan 200-300 mm per tahun. Kondisi tanah yang baik adalah tanah yang memiliki ph berkisar antara 5,5-7 dengan jenis tanah podzolik merah kuning. Lahan yang baik adalah lahan yang bebas hama dan penyakit endemis, subur dengan lapisan top soil tanah yang cukup tebal, dan banyak mengandung unsur hara. 6.1.2. Pemilihan Varietas Nanas yang dibudidayakan adalah varietas nanas yang dapat memberikan keuntungan bagi petani. Varietas tersebut juga harus memiliki produktivitas tinggi dan mutu yang prima sehingga mempunyai prospek untuk dikembangkan. Saat ini varietas yang dibudidayakan di Desa Astomulyo adalah nanas dengan varietas Queen. Bibit yang digunakan dalam budidaya harus berkualitas dan mempunyai daya tumbuh tinggi, ukuran seragam, bebas dari hama dan penyakit, serta dapat berproduksi tinggi. Bibit dikelompokkan berdasarkan kelas bibit, yaitu : a. Bibit yang berasal dari tanaman induk, ciri-ciri: Pertumbuhan normal dan sehat. Daun berduri dan berwarna hijau kebiruan. Buah bermahkota tunggal. 45

Bentuk buah normal sesuai varietas. Jumlah anakan 2-4 buah. Mata buah seragam. b. Bibit yang berasal dari pangkal buah (siwilan), ciri-ciri: Ukuran benih untuk Kelas A : panjang 25-30 cm. Kelas B : panjang 20-24 cm. c. Bibit yang berasal dari batang (sogolan), ciri-ciri: Ukuran benih untuk Kelas A : panjang 45-60 cm. Kelas B : panjang 35-44 cm. 6.1.3. Pembuatan Persemaian Pembuatan persemaian dilakukan untuk benih nanas yang seragam dan berkualitas dengan pertumbuhan yang cepat, ukuran seragam, tidak mengandung penyakit, dan memiliki potensi berproduksi tinggi. Prosedur pelaksanaan persemaian adalah: a. Bibit yang dipergunakan berasal dari tunas pangkal buah atau tunas batang dengan varietas Queen : ukuran bibit sesuai yang diinginkan, titik tumbuh tidak dihilangkan, dan kelopak daun paling bawah daun kering dibuang 1-2 helai (0,5 cm). b. Bibit diukur dari pangkal batang bibit sampai titik tumbuh. c. Bibit disortasi, dikumpulkan berdasarkan kelompok ukuran dan varietas (jenis). d. Sebelum ditanam sebaiknya bibit terpilih dipotong bagian ujung akar 1-2 cm agar cepat terbentuk untuk merangsang pertumbuhan bibit. 6.1.4. Persiapan lahan Pembersihan Persiapan lahan dilakukan agar lahan siap untuk ditanami dan tanaman tumbuh optimal yaitu dengan membersihkan lahan dari bahan-bahan yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman. Alat-alat yang digunakan seperti parang/golok untuk memotong dan membersihkan semak serta cangkul untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa semak yang tertinggal dan juga untuk mengolah tanah secara manual. Prosedur pelaksanaan dalam kegiatan persiapan lahan adalah: 46

a. Buang dan bersihkan gulma, semak, tunggul, dan sisa-sisa akar dari lahan yang akan mengganggu sistem perakaran tanaman maupun menghambat penyerapan unsur hara. b. Buang kotoran-kotoran, daun-daun, dan ranting bekas pangkasan yang dapat menjadi sumber penularan yang dapat menjadi sumber penularan hama dan penyakit. c. Setelah dibersihkan dibiarkan selama dua minggu untuk perlakuan manual atau satu bulan untuk perlakuan kimiawi. Dengan dilakukannya kegiatan persiapan lahan, diharapkan lahan bebas dari gulma, tunggul, semak belukar, sisa-sisa akar, dan dahan-dahan yang dapat menganggu pertumbuhan tanaman. Pembuatan Bedengan Pada tahapan ini dilakukan pembentukan gundukan pada areal lahan sesuai dengan jarak tanam sehingga memudahkan penanaman, pemeliharaan, dan panen. Alat yang digunakan adalah cangkul untuk menaikkan atau mengangkat tanah agar terbentuk sebuah gundukan dan handtraktor atau bajak sapi untuk membajak tanah dan membuat parit. Prosedur pelaksanaan: a. Membuat bedengan dengan membentuk gundukan tanah yang berpola dan sesuai dengan ukuran yang diperlukan. b. Ukuran bedengan dibuat dengan lebar sesuai dengan jumlah baris dalam kelompok. Pengajiran Pengajiran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh posisi tanam sehingga diperoleh populasi tanam sesuai dengan varietas dan standar yang ditetapkan. Dengan adanya jarak tanam dapat menjamin tanaman tumbuh dengan optimal. Prosedur pelaksanaan yaitu dengan membuat tanda dengan menggunakan patok dengan mengacu pada jarak tanam. a. Pola tanam satu alur dengan ukuran: Jarak dalam baris : 20-25 cm Jarak antar baris : 80-100 cm b. Pola tanam ganda (2-1 atau jejer legowo), dengan ukuran: Jarak dalam barisan : 20-25 cm 47

Jarak antar baris terdekat Jarak antar baris terjauh : 50 cm : 100 cm 6.1.5. Penanaman Penanaman dilakukan dengan meletakkan bibit pada lubang tanam atau alur yang telah dipersiapkan sesuai dengan jarak tanam sehingga dapat memberikan lingkungan tumbuh yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman. Prosedur pelaksanaan: a. Bibit ditanam dengan cara ditugal dengan kedalaman 5-10 cm. b. Bibit yang berasal dari satu kelas dan satu sumber ditanam dalam satu blok agar ukuran buah seragam. c. Maksimal bibit yang dapat ditanam dengan pola satu alur adalah 40.000 bibit. d. Lakukanlah penyulaman maksimum satu bulan setelah tanam. 6.1.6. Sanitasi Lahan Lingkungan tanaman nanas perlu dijaga kebersihannya agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan bebas dari hama dan penyakit. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini seperti cangkul untuk membantu penyiangan gulma sekaligus penggemburan lahan, pisau/parang untuk memotong batang/daun yang tua, herbisida untuk membunuh gulma, handsprayer untuk menyemprotkan herbisida, dan ember untuk menuangkan air ke dalam handsprayer. Prosedur pelaksanaan: a. Penyiangan dilakukan agar pertanaman bebas dari gulma sampai menjelang panen (2-3 kali selama pertanaman). b. Pembuangan daun batang tua pada pertanaman setelah panen untuk memicu tumbuhnya tunas baru. c. Disisakan 1-2 tunas baru yang baik. 6.1.7. Pemupukan Pemupukan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan perakaran agar tanaman dapat berkembang lebih baik, pertumbuhan optimal, produksi tinggi, dan kualitas yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Prosedur pelaksanaan: 48

a. Pemupukan untuk siwilan Pemberian pupuk kandang dilakukan kurang dari satu bulan setelah tanam. Pemberian pupuk susulan pertama diberikan dua bulan setelah tanam dengan dosis: Urea = 200 kg/ha SP 36 = 200 kg/ha Phonska = 200 kg/ha Pemberian pupuk kedua diberikan enam bulan setelah tanam, dengan dosis: Urea = 200 kg/ha SP 36 = 200 kg/ha Phonska = 200 kg/ha Pemberian pupuk susulan ketiga diberikan 10 bulan setelah tanam, dengan dosis: Urea = 200 kg/ha SP 36 = 200 kg/ha Phonska = 200 kg/ha Penambahan PPC dengan dosis empat liter/ha yang diberikan pada umur tanaman tiga dan delapan bulan setelah tanam. b. Pemupukan untuk sogolan Pemberian pupuk kandang dilakukan kurang dari satu bulan setelah tanam. Pemberian pupuk susulan pertama diberikan dua bulan setelah tanam dengan dosis: Urea = 200 kg/ha SP 36 = 200 kg/ha Phonska = 200 kg/ha Pemberian pupuk kedua diberikan empat bulan setelah tanam, dengan dosis: Urea = 200 kg/ha SP 36 = 200 kg/ha Phonska = 200 kg/ha Pemberian pupuk susulan ketiga diberikan enam bulan setelah tanam (sebelum forcing), dengan dosis: Urea = 200 kg/ha SP 36 = 200 kg/ha Phonska = 200 kg/ha 49

Penambahan PPC dengan dosis empat liter/ha yang diberikan pada umur tanaman tiga dan delapan bulan setelah tanam. 6.1.8. Pengendalian OPT Upaya yang dilakukan dengan mengamati dan melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit pada tanaman sehingga diketahui jenis hama dan penyakit yang mempunyai potensi akan merusak tanaman, dapat melindungi tanaman dari serangan OPT, dan dapat meningkatkan kualitas produk. Prosedur pelaksanaan: a. Lakukan pengamatan OPT secara dini dan berkala, dengan melakukan identifikasi potensi timbulnya hama dan penyakit. b. Identifikasi jenis OPT yang membahayakan produksi dan mutu. c. Identifikasi jenis dan cara pengendalian. d. Lakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, yaitu: Teknik bercocok tanam yang baik dan benar. Pengendalian secara mekanis. 6.1.9. Forcing Kegiatan pengarbitan atau forcing dilakukan untuk mengatur pembungaan dan waktu panen dengan menggunakan zat pengatur tumbuh sehingga pembungaan dan pembuahan terjadi pada waktu yang dikehendaki serta dapat meningkatkan ukuran dan bobot buah. Dengan begitu buah dapat dipanen pada waktu yang diharapkan dan serentak. Prosedur pelaksanaan: a. Pengarbitan dilakukan pada waktu tanaman berumur 10 bulan atau memiliki daun sebanyak 40 helai. b. Ethrel diberikan bersama dengan urea. c. Satu kilogram urea dilarutkan ke dalam 600-800 liter air dengan karbit delapan kg per ha untuk menyiram 40.000 tanaman. d. Setiap tanaman mendapat 15-20 ml larutan dengan cara disiramkan pda titik tumbuh. e. Perlakuan ini akan menyebabkan tanaman berbunga 40 hari setelah pengaplikasian. f. Pemberian dilakukan pada waktu pagi hari (jam 05.00-08.00) dan sore hari (16.00-selesai). 50

g. Perlakuan tidak dapat dilakukan pada waktu hujan. 6.1.10. Panen Panen merupakan proses pengambilan buah yang sudah menunjukkan ciri matang panen. Prosedur pelaksanaan: a. Panen dilakukan 4-5 bulan setelah pengarbitan. b. Masak fisiologis atau tingkat kematangan pada buah adalah 10-25 persen, warna kuning pada dasar buah, dan pangkal batang buah telah keriput. c. Pangkal mata buah telah menguning. d. Tangkai dipotong atau dipangkas, tidak dipotes. e. Waktu panen sebaiknya pagi setelah embun mengering dan sore hari untuk menghindari kelembapan atau panas. f. Buah jangan dilempar atau dibanting. g. Pengumpulan hasil panen dilakukan di tempat teduh atau diberi lindungan (atap/terpal) dan diberi alas. h. Untuk nanas segar, sebelum dilakukan perlakuan lebih lanjut diupayakan untuk menghilangkan panas lapang dengan diangin-anginkan lalu ditutup dengan terpal. 6.1.11. Sortasi dan Pengkelasan Buah Proses ini dilakukan untuk memilih dan memisahkan buah berdasarkan tingkat kematangan buah dan ukuran buah sehingga buah sesuai dengan ukuran/kelas untuk mendapatkan buah yang seragam. Selain itu juga agar didapat pengelompokkan buah yang baik dan yang rusak. Prosedur pelaksanaan: a. Pisahkan buah yang bentuknya abnormal, cacat, luka, atau busuk dari buah yang bentuknya normal dan baik. b. Buah yang muda, terlalu matang, atau terlalu kecil, serta buah yang memar dan cacat dikategorikan sebagai out of grade atau di luar kelas. c. Pengkelasan buah dilakukan dengan memilah-milah buah sesuai ukuran berat yang ditentukan, yaitu: Grade A : 1,5-2,0 kg Grade B : 1,0-1,49 kg Grade C : 0,6-1,0 kg 51

6.1.12. Pengangkutan Buah Pengangkutan buah dilakukan setelah buah disortir di lapang berdasarkan ukuran dan kelas buah sehingga buah dapat diterima oleh konsumen. Prosedur pelaksanaan: a. Setelah dikelaskan, buah disusun dalam alat angkut. b. Buah dengan mahkota utuh disusun pada posisi tidur. c. Tumpukkan buah dalam alat angkut ditutup terpal. Hal tersebut dilakukan agar buah dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan yang baik. 6.2. Keragaan Usahatani Nanas Sistem agribisnis terdiri dari beberapa subsistem, yaitu pengadaan sarana produksi, usahatani, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil, dan lembaga penunjang. Usahatani merupakan bagian inti dari sistem agribisnis karena menyangkut sekumpulan kegiatan dalam proses produksi yang akan menghasilkan produk pertanian primer. Usahatani nanas dikaji untuk mengetahui gambaran mengenai keragaan budidaya nanas di lokasi penelitian. Para petani responden melakukan beberapa tahapan kegiatan di dalam usahatani nanas, dimulai dari tahap penyiapan input atau faktor produksi, proses budidaya, dan pasca panen. Petani di lokasi penelitian tidak melakukan pengolahan pasca panen, dikarenakan buah nanas dijual dalam keadaan segar. 6.2.1. Persiapan Sarana Produksi Sarana produksi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan produksi usahatani. Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani nanas di Kelompok Tani Makmur terdiri dari bibit, pupuk, obat-obatan, lahan, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian yang berupa cangkul, sabit, ember, sprayer, sarung tangan, dan ceret. 6.2.1.1. Bibit Bibit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi suatu tanaman. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka petani harus menggunakan bibit yang berkualitas. Bibit nanas yang digunakan petani di 52

Kelompok Tani Makmur berasal dari desa itu sendiri yaitu Desa Astomulyo. Petani mendapatkan bibit tersebut dari hasil produksi tanaman nanas sebelumnya yang mereka tanam sendiri atau hasil produksi dari petani lain tanpa harus membayar. Di sekitar daerah penelitian belum terdapat pasar untuk bibit nanas. Hal ini dapat menjadi kendala bagi petani, karena ketersediaan bibit tidak pasti. Petani harus menunggu sampai panen untuk dapat memperoleh bibit nanas. Terdapat dua macam bibit nanas yang biasa digunakan oleh petani yaitu sogolan dan siwilan. Sogolan merupakan bibit yang diperoleh dari tunas batang yang hanya dapat diperoleh satu kali dalam satu musim tanam yaitu pada saat petani melakukan pembongkaran. Sedangkan siwilan merupakan bibit yang diperoleh dari tunas pada buah nanas dan dapat diperoleh setiap petani melakukan panen yaitu sekitar 2-3 kali dalam satu kali musim tanam. Tunas yang dipilih petani untuk dijadikan bibit adalah tunas yang masih muda. Jika tunas yang dipilih sudah terlalu tua, maka tanaman nanas akan cepat berbuah namun ukuran buahnya kecil. Perbedaan sogolan dan siwilan adalah pada ukuran bibit dan jarak waktu panen. Sogolan memiliki ukuran 45-60 cm untuk kelas A dan 35-44 cm untuk kelas B. Siwilan memiliki ukuran yang lebih kecil yaitu 25-30 cm untuk kelas A dan 20-24 cm untuk kelas B. Jarak waktu panen untuk sogolan hanya memerlukan waktu 12 bulan sedangkan siwilan memerlukan waktu 24 bulan. Namun sebagian besar petani lebih banyak menggunakan bibit siwilan, hal ini dikarenakan bibit siwilan lebih mudah untuk diperoleh dan juga buah yang dihasilkan biasanya lebih baik. Bibit nanas yang digunakan oleh Kelompok Tani Makmur adalah nanas golongan Queen dengan jenis varietas nanas batu. Ciri-ciri nanas ini adalah daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut, dan berukuran kecil sekitar 0,5-1,3 kilogram. Daging buahnya berwarna sangat menarik yaitu berwarna kuning keemasan tua, sehingga cocok untuk dikonsumsi segar. Penggunaan bibit yang dianjurkan oleh petugas penyuluh lapang berdasarkan Standart Operasional Procedur (SOP) adalah 40.000 per hektar namun pada lokasi penelitian rata-rata bibit yang digunakan belum mengikuti standar tersebut. Pada usahatani lahan sempit bibit yang digunakan sebanyak 37.867 per hektar dan pada lahan sedang 53

sebanyak 38.371 per hektar. Menurut uji statistik perbedaan sebesar 565,19 bibit adalah tidak nyata pada taraf α = 0,05. Dilihat dari t hitung yang lebih kecil dari t- tabel (-0,333 < 2,021) dan P value lebih kecil dari α (0,741 > 0,05) (Lampiran 8). 6.2.1.2. Pupuk dan Obat-obatan Kimia Pupuk merupakan sarana produksi pertanian yang sangat penting. Di dalam usahatani keberadaan pupuk sangat dibutuhkan oleh petani, hal ini karena pupuk dapat meningkatkan produktivitas dan jumlah produksi pertanian. Pupuk terdiri dari dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam seperti kompos, pupuk kandang, humus, dan pupuk hijau sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia seperti urea, phonska, TSP, KCL, dan ZA. Petani responden menggunakan kedua jenis pupuk tersebut dalam budidaya nanas. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk kandang, urea, phonska, dan TSP. Pupuk kandang yang digunakan petani berasal dari kotoran sapi. Di sekitar daerah penelitian belum terdapat pasar pupuk organik dan seluruh petani responden tidak memiliki ternak berupa sapi, sehingga petani harus mencari langsung ke peternak-peternak atau ke petani yang memiliki hewan ternak. Kotoran sapi yang digunakan biasanya dijemur terlebih dahulu, karena penggunaan pupuk kandang dalam keadaan mentah dapat menyebabkan tanaman menjadi layu bahkan mati. Ciri-ciri pupuk kandang yang sudah siap pakai adalah tidak berbau, warnanya lebih gelap, mudah hancur, dan terasa dingin jika dipegang 7. Proses penjemuran dilakukan oleh petani, karena biasanya petani membeli kotoran sapi dalam keadaan mentah. Petani hanya melakukan satu kali pemupukan organik yaitu beberapa saat setelah penanaman. Jumlah pupuk kandang yang digunakan berbeda-beda tergantung dari kemampuan petani dalam membeli pupuk. Rata-rata penggunaan pupuk kandang per hektar pada usahatani lahan sempit lebih banyak dibandingkan dengan usahatani lahan sedang, yaitu 7.405,33 kilogram pada lahan sempit dan 4.771,2 kilogram pada lahan sedang. Perbedaan penggunaan pupuk kandang sebesar 2.634,13 terbukti nyata pada taraf α = 0,05 (Tabel 13). 7 Abrianto, PWW. Pupuk Kandang Sapi. http://duniasapi.com/id/limbah/ [4 Juni 2012] 54

Selain pupuk kandang petani juga menggunakan pupuk kimia, yaitu pupuk urea, TSP, dan phonska. Pupuk kimia dapat diperoleh dari kelompok tani atau dari toko pertanian di sekitar desa. Tidak semua petani menggunakan ketiga jenis pupuk tersebut, biasanya petani hanya menggunakan dua saja, misalnya urea dengan phonska atau urea dengan TSP. Sebagian besar petani melakukan pemupukan kimia sebanyak tiga kali setiap tahunnya. Rata-rata penggunaan pupuk kimia yaitu urea, TSP, dan phonska pada usahatani lahan sempit juga lebih banyak dibandingkan pada lahan sedang dapat dilihat pada Tabel 14. Pupuk kimia yang digunakan pada usahatani lahan sempit dalam setiap hektarnya adalah 1.513,33 kilogram untuk urea, 650 kilogram untuk TSP, dan 650 kilogram untuk phonska. Sedangkan pada lahan sedang adalah 1.396,30 untuk urea, 636,36 untuk TSP, dan 591,30 untuk phonska. Perbedaan penggunaan pupuk urea sebesar 117,03 kilogram, pupuk TSP sebesar 13,64 kilogram dan pupuk phonska sebesar 58,70 kilogram. Hasil uji statistik menyatakan bahwa perbedaan pada penggunaan pupuk urea, TSP dan phonska tidak terbukti nyata pada taraf α = 0,05 (Tabel 14). Penggunaan pupuk kandang, urea, phonska, dan TSP yang lebih banyak pada usahatani lahan sempit disebabkan karena petani menganggap semakin banyak pupuk yang digunakan dalam usahatani maka produksi yang dihasilkan juga semakin banyak. Sehingga petani lahan sempit dapat menghasilkan produk yang banyak dari lahannya yang terbatas. Hal ini juga disebabkan oleh ketidaktahuan petani mengenai penggunaan pupuk yang benar (sesuai SOP). Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Pupuk dan Obat-Obatan pada Usahatani Nanas Per Hektar Berdasarkan Luas Lahan Lahan Sempit Lahan Sedang Keterangan (< 0,5 Ha) ( 0,5-2 Ha) t hitung P value Jumlah Jumlah Pupuk Kandang (Kg) 7.405,33 4.771,20 3,453 0,003 Urea (Kg) 1.513,33 1.396,30 0,188 0,851 TSP (Kg) 650,00 636,36 (1,450) 0,155 Phonska (Kg) 650,00 591,30 0,182 0,857 Gramaxone (L) 7,71 7,55 0,255 0,800 Protephone (Kg) 11,13 9,04 1,237 0,223 55

Petani responden menggunakan obat-obatan kimia berupa herbisida dan zat pengatur tumbuh. Herbisida digunakan untuk memberantas rumput (gulma). Namun tidak semua petani responden menggunakan herbisida dalam memberantas rumput. Ada beberapa petani yang memberantas rumput secara manual yaitu menggunakan cangkul atau sabit. Herbisida yang digunakan oleh petani seragam dan hanya satu macam yaitu Gramaxone. Dalam satu tahun petani responden rata-rata menggunakan Gramaxone pada usahatani lahan sempit sebanyak 7,71 liter dan pada lahan sedang 7,55 liter per hektar. Perbedaan sebesar 0,16 tidak nyata pada taraf α = 0,05 (Tabel 14). Penggunaan Gramaxone tidak berbanding lurus dengan jumlah luasan lahan. Semakin luas lahan usahatani belum tentu menggunakan Gramaxone dengan jumlah yang semakin banyak. Hal ini dikarenakan Gramaxone hanya digunakan pada saat lahan ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma) sehingga penggunaannya tidak pasti. Seperti yang terjadi pada Kelompok Tani Makmur, penggunaan Gramaxone pada usahatani lahan sempit lebih banyak dibandingkan dengan usahatani lahan sedang. Petani pada Kelompok Tani Makmur juga menggunakan zat pengatur tumbuh pada tanaman nanasnya, hal ini dikarenakan pertumbuhan bunga pada nanas tidak dapat serentak. Zat pengatur tumbuh yang digunakan petani adalah Protephon. Protephon merupakan zat pengatur tumbuh yang diberikan pada tanaman agar memacu pembentukan hormon tumbuhan yang sudah ada di dalam tumbuhan atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik 8. Pada tanaman nanas Protephon berfungsi untuk merangsang pembungaan nanas, sehingga nanas dapat berbunga lebih cepat dan serentak. Seluruh petani responden menggunakan Protephon sebagai karbit pada tanaman nanas mereka. Nanas dapat dipanen enam bulan setelah petani memberikan Protephon. Rata-rata zat Protephon yang digunakan petani dapat dilihat pada Tabel 14, pada usahatani lahan sempit adalah 11,13 kilogram dan pada lahan sedang adalah 9,04 kilogram untuk setiap hektarnya. Perbedaan jumlah 8 Ependi, Irfan. Zat Pengatur Tumbuh. http://asgarsel.blogspot.com/2009/11 [2 Mei 2012] 56

Protephon yang digunakan petani pada lahan sempit dan lahan sedang adalah 2,09 kilogram yang terbukti tidak nyata pada taraf α = 0,05 (Tabel 13). Selain untuk merangsang pembungaan pada tanaman nanas, Protephon juga dapat meningkatkan ukuran buah, sehingga petani pada lahan sempit menggunakannya dalam jumlah yang lebih banyak. Petani menganggap dengan begitu mereka akan memperoleh penerimaan yang lebih banyak pada lahan yang terbatas karena buah yang dihasilkan berukuran besar. Namun, sebenarnya penggunaan Protephon yang lebih banyak 2-3 kali dari takarannya akan menyebabkan pertumbuhan bunga tertahan. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa perbedaan penggunaan pupuk kandang, urea, TSP, phonska, Gramaxone, dan Protephon tidak semuanya terbukti nyata pada taraf α = 0,05. Hanya perbedaan penggunaan pupuk kandang yang berbeda secara nyata pada taraf 0,05. Dilihat dari nilai t hitung pada pupuk kandang yang lebih besar dari t tabel dan P value lebih kecil dari α = 0,05 (Tabel 14). 6.2.1.3. Lahan Lahan yang terdapat di Desa Astomulyo memiliki potensi dalam pengembangan usahatani nanas. Lahan yang digunakan oleh seluruh petani responden dalam usahatani nanas adalah lahan milik sendiri. Di lokasi penelitian luasan lahan yang dimiliki petani beragam, mulai dari 0,25 hektar sampai 1,5 hektar. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani adalah 0,62 hektar. Sebagian besar petani di lokasi penelitian merupakan petani dengan luas lahan sempit. Dalam mengolah lahan yang digunakan petani untuk kegiatan usahatani nanas dikenakan biaya pajak namun tidak dikenakan biaya sewa. Hal ini dikarenakan lahan yang digunakan para petani responden merupakan lahan pribadi. 6.2.1.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja upahan. Sebagian besar petani responden menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar 57

keluarga. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani biasanya sebanyak 1-3 orang. Untuk penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga menyesuaikan proses tahapan di dalam usahatani. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani nanas adalah tenaga kerja wanita, tenaga kerja pria, dan tenaga kerja hewan. Tenaga kerja pria diukur setara dengan hari orang kerja (HOK), sedangkan tenaga kerja wanita adalah 0,7 dari tenaga kerja pria. Namun biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja tidak dibedakan antara tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita yaitu Rp 20.000,00 per hari dengan waktu kerja dari pukul 07.00 sampai pukul 11.00 (empat jam kerja). Tenaga kerja hewan digunakan pada saat proses pengolahan lahan. Di lokasi penelitian upah yang diberikan pada proses pengolahan lahan berbeda dengan upah pada kegiatan lainnya. Pembayaran dilakukan secara borongan, yaitu Rp 600.000,00 per hektar. Kegiatan pengolahan lahan dilakukan oleh satu tenaga kerja pria dan dua tenaga kerja hewan. Upah tersebut diperhitungkan untuk sepasang ternak dan tenaga kerja operatornya. Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Nanas Per Hektar Per Musim Tanam Berdasarkan Luas Lahan Garapan di Kelompok Tani Makmur No. Kegiatan Usahatani Lahan Sempit Lahan Sedang (<0,5 Ha) (0,5-2 Ha) 1. Persiapan Lahan (HOK) 50,95 41,39 2. Penanaman (HOK) 42,32 48,09 3. Pemeliharaan (HOK) 2.078,65 2.151,28 4. Pemanenan (HOK) 47,44 52,03 5. Pembongkaran (HOK) 112 106,32 Total (HOK) 2.331,36 2.399,11 T hitung (0,338) P value 0,737 Pada Tabel 15 dapat dilihat rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani nanas pada Kelompok Tani Makmur berdasarkan luas lahan garapan. Rata-rata total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya pada usahatani lahan sempit lebih sedikit dibandingkan pada usahatani lahan sedang. Pada lahan sempit tenaga kerja yang digunakan adalah 2.331,36 HOK dan pada lahan sedang adalah 2.399,11 HOK selama satu musim tanam. Perbedaan sebesar 58

67,75 HOK tidak terbukti nyata pada taraf α = 0,05. Hal tersebut terlihat pada Tabel 15 bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,338 < 2,021) dan P value lebih besar dari α (0,737 > 0,05). 6.2.1.5. Alat-alat Pertanian Alat-alat pertanian digunakan untuk membantu petani dalam budidaya nanas. Alat-alat yang digunakan diantaranya adalah cangkul, sabit, ember, sprayer, ceret, dan sarung tangan. Cangkul digunakan petani untuk menggemburkan tanah pada saat pengolahan lahan ataupun digunakan untuk menyiangi rumput-rumput. Sabit digunakan untuk memanen buah nanas dan memotong bibit nanas. Ember digunakan sebagai tempat membawa pupuk. Ceret digunakan untuk menyiramkan Protephon ke tanaman nanas. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan herbisida ke rumput (gulma). Sedangkan sarung tangan digunakan pada saat panen, agar tangan terlindungi dari duri-duri yang terdapat pada buah nanas. Seluruh petani responden memiliki masing-masing alat pertanian tersebut. Jumlah peralatan tidak berbanding lurus dengan luas lahan yang dimiliki oleh petani. Hal ini dikarenakan pada saat pengerjaan biasanya tenaga kerja dari luar keluarga membawa alat masing-masing. Petani di lokasi penelitian tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanamnya karena beberapa alat ada yang bisa digunakan untuk beberapa kali musim tanam. Namun setiap tahunnya terdapat biaya diperhitungkan untuk alat pertanian yaitu biaya penyusutan. Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi bahwa peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati batas umur teknis sehingga tidak terdapat nilai sisa. 6.2.2. Budidaya Nanas Budidaya merupakan kegiatan yang paling penting di dalam usahatani, karena sangat menentukan jumlah output yang akan dihasilkan. Proses budidaya akan menghasilkan produk pertanian primer. Budidaya tanaman nanas tidak memerlukan proses yang sulit. Proses budidaya yang dilakukan oleh petani responden adalah persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pembongkaran. Terdapat beberapa tahapan pada SOP yang belum dijalankan oleh 59

petani responden, yaitu pembuatan persemaian dan pengangkutan buah. Jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakan selama proses budidaya nanas dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Nanas Per Hektar Per Musim Tanam di Kelompok Tani Makmur Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Total (%) No. Usahatani Dalam Keluarga Luar Keluarga (HOK) 1. Persiapan Lahan 13,63 32,53 46,17 1,95 2. Penanaman 33,67 11,53 4,21 1,91 3. Pemeliharaan 1.850,15 264,81 2.114,96 89,42 4. Pemanenan 6,78 42,95 49,73 2,10 5. Pembongkaran 21,43 87,73 109,16 4,61 Total 1.925,67 439,56 2.365,23 100,00 Kontribusi tenaga kerja dalam keluarga lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja dari luar keluarga yakni sekitar 1.925,67 HOK atau sekitar 81,41 persen dari total pemakaian tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena sebagian petani responden tidak memiliki modal untuk membayar tenaga kerja dari luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani nanas di Kelompok Tani Makmur paling banyak terletak pada kegiatan pemeliharaan yaitu sekitar 89,42 persen dari total penggunaan tenaga kerja secara keseluruhan. Sedangkan tenaga kerja paling sedikit digunakan pada proses penanaman yaitu hanya sebesar 1,91 persen (Tabel 16). 6.2.2.2. Persiapan Lahan Persiapan lahan adalah proses yang dilakukan sebelum petani melakukan penanaman. Petani melakukan proses ini pada saat musim kemarau. Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan lahan adalah pembukaan lahan, penggemburan tanah, dan pembuatan bedengan. Pembukaan lahan diperlukan untuk membersihkan lahan dari tanaman-tanaman liar atau sisa-sisa akar tanaman sebelumnya dengan cara membabat atau membakarnya. Kegiatan ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan antara tanaman nanas dengan tanaman liar dalam penyerapan pupuk maupun unsur hara tanah. Sebagian besar petani responden 60

lebih memilih untuk melakukan pembabatan dengan menggunakan cangkul, karena rumput yang dibabat dapat dijadikan pupuk kompos. Kegiatan ini dilakukan secara manual menggunakan tenaga kerja manusia yang biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pembongkaran. Hampir semua petani responden menggunakan tenaga kerja pria yang berasal dari luar keluarga dalam kegiatan tersebut. Setelah melakukan pembukaan lahan, petani melakukan kegiatan penggemburan tanah. Penggemburan tanah dapat dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak. Pada umumnya petani lebih memilih membajak lahannya karena membutuhkan waktu yang lebih sedikit, namun untuk petani yang kurang memiliki modal lebih memilih untuk melakukan pencangkulan. Pembajakan dilakukan secara tradisional menggunakan tenaga kerja manusia dan hewan. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses pembajakan merupakan tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga yaitu tenaga kerja pria dan tenaga kerja hewan, sedangkan proses pencangkulan biasanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Penggemburan tanah dilakukan agar aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baik. Setelah tanah selesai dibajak, maka proses selanjutnya adalah pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan cara meratakan tanah yang kemudian di sekelilingnya dibuat saluran air. Bedengan dibuat sesuai pola dan ukuran yang diperlukan. Proses pembuatan bedengan dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga ataupun dari luar keluarga, tergantung dari modal yang dimiliki oleh petani. Pembuatan bedengan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul. Proses ini berfungsi untuk memudahkan petani dalam proses penanaman dan menghindari terjadinya penggenangan air di sekitar tanaman. Selanjutnya adalah pembuatan lubang pada bedengan dengan jarak 20-25 cm. Pengolahan lahan dilakukan secara bersama-sama oleh tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam keluarga adalah 13,63 HOK dan tenaga kerja luar keluarga 32,53 HOK. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan ini rata-rata adalah 46,17 HOK atau sekitar 1,95 persen dari seluruh tenaga kerja untuk kegiatan usahatani (Tabel 16). 61

6.2.2.3. Penanaman Terdapat dua macam pola tanam pada tanaman nanas, yaitu pola tanam satu alur dan pola tanam ganda (jejer legowo). Pola tanam satu alur berbentuk persegi panjang dengan jarak dalam baris 20-25 cm dan jarak antar baris 80-100 cm. Sedangkan pola tanam ganda memiliki jarak dalam baris 20-25 cm dan jarak antar baris terdekat 50 cm dan antar baris terjauh 100 cm. Pola tanam yang banyak digunakan oleh petani responden adalah pola tanam satu alur. Pola ini dipilih petani karena akan mengurangi kompetisi antar tanaman dalam menyerap cahaya, unsur hara, dan air. Dengan menggunakan pola tanam tersebut bibit yang dapat ditampung sebanyak 40.000 per hektar. Bibit yang digunakan petani responden adalah golongan Queen dengan varietas nanas batu. Penanaman bibit nanas tidak boleh terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Jika bibit ditanam terlalu dalam akan menyebabkan pertumbuhan yang lambat, sedangkan jika bibit ditanam terlalu dangkal dapat menyebabkan tanaman nanas kurang kuat. Setelah bibit ditanam, bagian tanah disekitar bibit dipadatkan agar bibit tidak roboh. Bibit dapat ditanam pada musim kemarau ataupun musim hujan. Namun penanaman yang baik dilakukan pada saat awal musim hujan. Tanaman nanas yang ditanam oleh petani responden dilakukan secara monokultur di lahan sawah atau tegalan. Dalam satu kali musim tanam waktu yang diperlukan sekitar 3-4 tahun. Hal ini berarti, petani dapat melakukan panen 2-3 kali dalam satu kali musim tanam. Panen dapat dilakukan setiap tahunnya dalam musim tanam. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman adalah 45,21 HOK atau sebesar 1,91 persen (Tabel 16). 6.2.2.4. Pemeliharaan Proses pemeliharaan merupakan proses yang membutuhkan tenaga kerja paling banyak. Rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan pada proses pemeliharaan adalah 2.114,96 HOK yaitu sekitar 89,42 persen dari total penggunaan tenaga kerja dalam usahatani nanas (Tabel 16). Pemeliharaan tanaman nanas terdiri dari pemupukan dan penyiangan. Petani melakukan pemupukan organik dan pemupukan kimia. Pemupukan organik menggunakan kotoran ternak, hanya dilakukan satu kali dalam satu musim tanam, yaitu setelah 62

tanaman berumur kurang dari satu bulan. Jumlah pupuk organik yang diberikan oleh petani responden tidak sama, tergantung dari kemampuan setiap petani. Pemupukan organik dilakukan dengan cara diratakan dengan tanah atau dimasukkan di setiap lubang tanaman. Selain pemupukan organik mereka juga melakukan pemupukan kimia dengan menggunakan pupuk urea, phonska, atau TSP. Rata-rata petani melakukan pemupukan kimia sebanyak tiga kali setiap tahunnya. Pemupukan ini dilakukan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Rata-rata penggunaan pupuk kimia setiap tahunnya oleh petani responden relatif banyak yaitu urea 1.414 kilogram per hektar, TSP 638 kilogram per hektar, dan phoska 591,9 kilogram per hektar. Hal tersebut melebihi batas Standar Operasional Procedure (SOP) yang diberikan oleh Dinas Pertanian setempat. Dinas pertanian memberikan standar penggunaan pupuk kimia baik urea, TSP, maupun phonska dalam satu tahun adalah sama yaitu 600 kilogram per hektar. Tingginya penggunaan pupuk kimia dipengaruhi oleh karakteristik petani. Petani beranggapan bahwa dengan menggunakan dosis pupuk yang lebih banyak akan menghasilkan produksi yang tinggi pula. Pemupukan kimia dilakukan dengan cara membenamkan pupuk ke dalam tanah atau dapat juga dilakukan dengan menyemprotkannya. Penyiangan merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu cukup lama. Dalam proses penyiangan terdiri dari beberapa kegiatan yaitu penyemprotan herbisida Gramaxone, pembersihan tanaman liar, dan pembubunan. Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput liar dan gulma pesaing yang tumbuh pada lahan pertanian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi persaingan dalam hal kebutuhan air, unsur hara, dan sinar matahari. Selain itu juga rumput liar sering menjadi sarang penyakit. Kegiatan penyiangan biasanya dilakukan lima kali dalam satu tahun, namun tidak ada jadwal yang pasti karena penyiangan dilakukan tergantung dari pertumbuhan tumbuhan liar pada lahan. Penyemprotan herbisida dilakukan petani karena dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya. Namun tidak semua petani di lokasi penelitian melakukan penyemprotan herbisida. Rata-rata penggunaan herbisida oleh petani adalah 7,62 liter per hektar. Pembersihan tanaman liar dilakukan dengan secara manual, yaitu menggunakan cangkul dan sabit. Setelah lahan bersih dari rumput liar, maka 63

dilakukan pembubunan. Pembubunan perlu dilakukan karena biasanya tepi tanah pada bedengan longsor. Kegiatan ini berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah sehingga tertutup kembali dan tanaman nanas dapat berdiri kuat. Petani responden melakukan kegiatan pengarbitan dengan menggunakan Protephon. Protephon merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang pembungaan, agar tanaman nanas dapat berbuah secara serempak sesuai keinginan. Selain itu Protephon juga dapat meningkatkan ukuran dan bobot buah nanas. Rata-rata penggunaan Protephon oleh petani responden adalah 9,5 kilogram per hektar. Sedangkan SOP yang dianjurkan oleh penyuluh adalah 8 kg protephon ditambah 1 kg urea dicampur dengan 600-800 ml air. Kegiatan pengarbitan tidak boleh dilakukan pada siang hari atau pada saat hujan. Waktu yang tepat adalah pada pagi hari yaitu pukul 05.00 sampai 08.00. Hal ini dikarenakan, pengarbitan memerlukan bantuan air atau embun yang terdapat pada tanaman sehingga dapat bereaksi mengeluarkan gas etilen yang dapat merangsang pembungaan. Di lokasi penelitian para petani melakukan kegiatan pengarbitan pada waktu pagi hari yaitu pukul 06.00 hingga pukul 10.00. Pengarbitan dapat dilakukan setelah tanaman berumur enam bulan untuk bibit sogolan dan berumur 18 bulan untuk bibit siwilan. Dari proses pengarbitan hingga proses pemanenan diperlukan waktu 5-6 bulan. Dalam waktu enam bulan tersebut diperlukan satu kali pemupukan kimia. Hal ini dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang mulai berkurang sehingga tanaman dapat meningkatkan produktivitas buah. 6.2.2.5. Pemanenan Tanaman nanas dapat dipanen pada saat berumur 12 bulan jika menggunakan bibit sogolan dan 24 bulan jika menggunakan bibit siwilan. Buah nanas yang siap dipanen memiliki ciri-ciri antara lain mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut, mata buah mendatar dan bentuknya bulat, warna dasar kuning, serta timbul aroma harum yang khas. Pemanenan dilakukan secara manual yaitu dengan memotong tangkai buah secara mendatar atau miring menggunakan pisau yang tajam. Buah yang sudah dipanen dikumpulkan di suatu lokasi kemudian dilakukan kegiatan grading. Grading, adalah mengelompokkan 64

buah berdasarkan ukuran buah. Buah nanas dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu grade A, grade B dan grade C. Buah nanas yang sudah dipanen langsung dijual kepada pedagang pengumpul yang ada disekitar desa. Petani tidak perlu mengangkut buah dari kebun ke tempat pengumpul karena pedagang pengumpul langsung membeli di tempat panen. Sebagian besar petani responden menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam proses pemanenan. Terdapat dua macam tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan pemanenan, yaitu tenaga kerja yang dibayar oleh pemilik lahan dan tenaga kerja yang dibayar oleh pihak pedagang pengumpul. Dalam satu musim tanam tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan pemanenan sekitar 49,73 HOK yaitu sekitar 2,10 persen dari total tenaga kerja keseluruhan (Tabel 16). Tanaman nanas dapat dipanen 2-3 kali dalam satu kali musim tanam. Budidaya nanas untuk tahun selanjutnya sama saja dengan budidaya pada tahun pertama yang membedakan adalah proses pengolahan lahan, penanaman, dan pemupukan organik yang hanya dilakukan pada tahun pertama. Pada proses pemanenan sekaligus dilakukan proses pembibitan. Bibit yang sudah diambil dari tanaman nanas kemudian dikumpulkan berdasarkan kelompok ukuran di suatu tempat yang terkena sinar matahari yang cukup. Bibit dibiarkan selama kurang lebih satu minggu, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah tanaman yang mati setelah ditanam. Dengan melakukan penjemuran bibit nanas sampai kering petani dapat melihat bibit mana yang bagus dan bibit mana yang berpotensial mengalami kebusukan setelah ditanam. 6.2.2.6. Pembongkaran Tanaman nanas yang sudah berumur 4-5 tahun atau sudah dilakukan pemanenan 2-3 kali perlu diremajakan karena pertumbuhannya sudah lambat dan buahnya kecil. Peremajaan dilakukan dengan cara membongkar seluruh tanaman nanas untuk diganti dengan bibit yang baru. Kegiatan pembongkaran merupakan kegiatan pencabutan tanaman sebelumnya, dimana kegiatan ini dapat juga dikatakan sebagai kegiatan pembukaan lahan. Rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan sekitar 109,16 HOK atau 4,61 persen dari total penggunaan tenaga kerja (Tabel 16). 65

6.2.3. Pasca Panen Nanas Buah nanas yang telah dipanen langsung dijual kepada pedagang pengumpul yang berada di sekitar desa. Proses jual beli ini dilakukan di kebun nanas, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengangkutan. Jalur pemasaran yang biasa digunakan oleh petani responden adalah petani pedagang pengumpul pedagang besar pedagang pengecer konsumen. Harga nanas yang diberlakukan berfluktuatif karena disesuaikan dengan harga dipasaran. Biasanya harga nanas akan tinggi pada saat menjelang lebaran, karena permintaan nanas sangat tinggi. Pada saat penelitian berlangsung harga nanas ditingkat petani untuk grade A Rp 2.000,00, grade B Rp 1.000,00, dan grade C Rp 500,00. Hampir semua petani responden menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul. Hal ini dikarenakan adanya keterikatan antara petani dengan pedagang pengumpul. Keterikatan itu terjadi karena biasanya pada saat proses budidaya petani meminjam modal ke pedagang pengumpul, sehingga petani harus menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul tersebut. Sampai saat ini di Lampung belum terdapat industri yang mengolah nanas segar menjadi keripik nanas. Namun terdapat perusahaan yang sudah mengolah nanas menjadi produk jadi yaitu PT Great Giant Pineapple (GGP). PT GGP merupakan perusahaan terbesar ketiga di dunia yang memproduksi dan mengolah nanas menjadi nanas kalengan, jus buah, clarified pineapple juice, dan tropical fruit cocktail yang di ekspor ke 47 negara 9. Perusahaan ini didukung dengan bahan baku nanas dari perkebunan sendiri. Pasar dari PT GGP bukan di dalam negeri, semua produk yang dihasilkan di ekspor ke luar negeri. Varietas nanas yang dibudidayakan oleh PT GGP berbeda dengan nanas yang dibudidayakan oleh petani. Saat ini PT GGP sudah memiliki perkebunan nanas sendiri seluas 33.000 hektar 10. Hal tersebut mengakibatkan petani tidak dapat menjual hasil panennya ke PT GGP. 9 Alessandra, Sari. Mereka Sang Penakluk Pasar Global. http://sherlanova.blogspot.com/2009/10 [4 Juni 2012] 10 Kurniawan, Ibnu. Perusahaan Agribisnis. http://www.scribd.com/doc/62225071/ [4 Juni 2012] 66

6.3. Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Usahatani dikatakan menguntungkan apabila pendapatan usahatani tersebut bernilai positif dan merugikan apabila pendapatan usahatani bernilai negatif. Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan semua komponen biaya yang dikeluarkan secara tunai oleh petani seperti pupuk, herbisida, biaya tenaga kerja luar keluarga, dan pajak lahan. Sedangkan pendapatan usahatani berdasarkan biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan seluruh biaya yang dikeluarkan petani, termasuk biaya yang diperhitungkan seperti biaya bibit, tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan, dan sewa lahan. Di dalam melakukan analisis pendapatan usahatani nanas diperlukan data mengenai biaya yang dikeluarkan oleh petani dan total penerimaan yang diperoleh petani. Setelah menghitung pendapatan usahatani dapat dilakukan analisis efisiensi yaitu efisiensi penerimaan terhadap biaya, efisiensi penerimaan terhadap jumlah tenaga kerja, dan efisiensi penerimaan terhadap jumlah investasi. 6.3.1. Biaya Usahatani Nanas Analisis biaya usahatani perlu dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam usahataninya. Biaya usahatani meliputi biaya bibit, pupuk, herbisida, tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga, penyusutan peralatan pertanian, sewa lahan, dan pajak lahan. Biaya usahatani dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. 6.3.1.2. Biaya Tunai Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan secara tunai oleh petani. Biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani nanas adalah biaya sarana produksi (pupuk, herbisida, karbit), biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya pajak lahan usahatani. 67

a. Biaya Pupuk Pupuk yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani nanas adalah pupuk organik dan pupuk kimia. Tingkat rata-rata penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia serta biaya yang dikeluarkan petani dapat dilihat pada Tabel 17. Terdapat dua petani yang tidak menggunakan pupuk organik. Alasan petani tidak menggunakan pupuk organik adalah karena penggunaan pupuk organik dianggap kurang praktis. Pupuk organik yang digunakan berupa kotoran sapi. Petani memperoleh pupuk organik dari para peternak di sekitar Desa Astomulyo. Rata-rata kotoran sapi yang digunakan pada usahatani lahan sedang adalah 4771,2 kilogram per hektar, sedangkan pada usahatani lahan sempit 7.405,33 kilogram per hektar. Kotoran sapi ini dibeli dengan harga Rp 500,00 per kilogram, sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu tahun untuk lahan sedang adalah Rp 2.385.600,00 per hektar dan untuk lahan sempit adalah Rp 3.702.666,67 per hektar. Harga tersebut sudah termasuk harga pengiriman dan pengangkutan. Pupuk kimia yang digunakan antara lain pupuk urea, TSP, dan phonska. Seluruh petani responden menggunakan pupuk urea, namun tidak semua petani menggunakan pupuk TSP dan phonska. Petani yang menggunakan pupuk urea, TSP, dan phonska sekitar 19 persen, yang menggunakan urea dan TSP sekitar 11,9 persen dan petani yang menggunakan pupuk urea dan phonska sekitar 69,04 persen. Alasan petani yang tidak menggunakan ketiga pupuk tersebut adalah karena harga pupuk TSP dan phonska relatif lebih mahal dibandingkan pupuk urea. Harga pupuk urea hanya Rp 1.900,00 per kilogram sedangkan harga pupuk phonska Rp 2.600,00 per kilogram dan untuk pupuk TSP Rp 2.200,00. Biaya rata-rata untuk pupuk kimia yang harus dikeluarkan petani dalam usahatani nanas lahan sempit adalah Rp 5.995.333,33 per hektar dalam satu tahun, dengan rata-rata penggunaan pupuk urea sebesar 1.513,33 kilogram, pupuk TSP sebesar 650 kilogram, dan pupuk phonska sebesar 650 kilogram. Pada usahatani nanas lahan sedang rata-rata biaya untuk pupuk kimia sebesar Rp 5.590.354,26 per hektar dalam satu tahun, dengan rata-rata penggunaan pupuk urea sebesar 68

1.396,30 kilogram, pupuk TSP sebesar 636,36 kilogram, dan pupuk phonska sebesar 591,30 kilogram. Tabel 17. Rata-rata Penggunaan dan Biaya Pupuk pada Usahatani Nanas Per Hektar dalam Setahun Menurut Luas Lahan Jenis Pupuk Lahan Sempit (< 0,5 ha) Lahan Sedang (0,5-2 ha) Jumlah (Kg) Biaya (Rp) Jumlah (Kg) Biaya (Rp) Pupuk kandang 7.405,33 3.702.666,67 4.771,20 2.385.600, 00 Urea 1.513,33 2.875.333,33 1.396,30 2.652.962,96 TSP 650 1.430.000,00 636,36 1.400.000,00 Phonska 650 1.690.000,00 591,30 1.537.391,30 b. Biaya Herbisida dan Karbit Herbisida yang digunakan oleh petani responden adalah Gramaxone. Herbisida ini berfungsi untuk memberantas rumput (gulma). Namun tidak semua petani responden menggunakan Gramaxone dalam memberantas rumput. Sebagian dari mereka melakukannya secara manual yaitu dengan mencabut rumput menggunakan cangkul atau sabit. Rata-rata penggunaan Gramaxone dan biaya yang dikeluarkan petani selama setahun dapat dilihat pada Tabel 18. Dalam satu tahun rata-rata penggunaan Gramaxone oleh petani lahan sedang adalah 7,55 liter per hektar dan petani lahan sempit adalah 7,71 liter per hektar. Harga Gramaxone per liter adalah Rp 35.000,00, sehingga biaya yang harus dikeluarkan dalam satu hektar dalam satu tahun oleh petani lahan sedang adalah Rp 264.275,36 dan petani lahan sempit Rp 270.000,00. Selain herbisida petani responden juga menggunakan zat pengatur tumbuh pada tanaman nanas, hal ini dilakukan agar tanaman nanas dapat berbuah secara serentak. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah protephon. Rata-rata protephon yang digunakan petani dalam satu tahun untuk lahan sedang adalah 9,04 kg per hektar dan untuk lahan sempit adalah 11,13 kg per hektar. Harga per liter Protephon adalah Rp 15.000,00 sehingga biaya selama satu tahun yang harus dikeluarkan petani lahan sedang adalah Rp 135.555,56 per hektar dan petani lahan sempit Rp 167.000,00 per hektar (Tabel 18). 69

Tabel 18. Rata-rata Penggunaan dan Biaya Obat-Obatan Kimia pada Usahatani Nanas Per Hektar Selama Satu Tahun Menurut Luas Lahan Keterangan Lahan Sempit (< 0,5 ha) Lahan Sedang (0,5-2 ha) Jumlah Biaya (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Gramaxone (L) 7,71 270.000,00 7,55 264.275,36 Protephon (Kg) 11,13 167.000,00 9,04 135.555,56 c. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Upah rata-rata buruh tani di lokasi penelitian adalah Rp 20.000,00 per HOK dengan lama kerja rata-rata empat jam setiap harinya. Di lokasi penelitian tidak terdapat perbedaan upah antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Namun terdapat perbedaan pada upah yang diberikan saat proses pengolahan lahan yang menggunakan bajak. Pembajakan dilakukan oleh tenaga kerja ternak dan tenaga kerja pria yang dibayar secara borongan, yaitu sebesar Rp 600.000,00 per hektar. Pada usahatani nanas lahan sedang rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk tenaga kerja di luar keluarga selama satu tahun adalah sebesar Rp 3.856.130,70 per hektar dan pada usahatani lahan sempit sebesar Rp 4.136.666,67 per hektar. d. Biaya Pajak Lahan Biaya pajak lahan yang harus dikeluarkan petani di tempat penelitian adalah Rp 50.240,00 per hektar dalam satu tahun. Biaya pajak lahan dalam setahun untuk lahan sedang sama dengan biaya pajak pada lahan sempit. Pembayaran pajak dilakukan secara koordinir melalui aparat desa. 6.3.1.3. Biaya yang Diperhitungkan Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang diperhitungkan dalam usahatani namun tidak langsung dibayarkan secara tunai. Yang termasuk biaya diperhitungkan pada usahatani nanas di lokasi penelitian adalah bibit, tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan, dan penyusutan peralatan pertanian. a. Biaya Bibit Bibit yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani nanas diperoleh dari hasil panen sebelumnya baik yang dihasilkan oleh petani itu sendiri ataupun petani lainnya. Di lokasi penelitian tidak terdapat petani yang membeli 70