BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan waktu yang telah ditentukan oleh bank. Salah satu bentuk kredit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bahkan dunia. dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SPREAD TINGKAT SUKU BUNGA DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM PADA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Hal tersebut dinyatakan dengan jelas dalam GBHN bahwa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. mengikutsertakan peran dan partisipasi masyarakat secara keseluruhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peranan bank selaku pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Dimana Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Jadi, kegiatan pokok bank adalah menerima simpanan dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. Perbankan merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian, salah satunya sebagai lembaga intermediasi yang tugasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Dalam pemberian kedit bank harus percaya kepada nasabah bahwa nasabah trsebut akan membayar pinjaman yang telah disepakati bersama serta dengan kesepakatan waktu yang telah ditentukan oleh bank. Salah satu bentuk kredit yang diberikan oleh bank adalah kredit modal kerja. Kredit modal kerja ini merupakan bentuk kredit yang disering digunakan bank dalam proses peminjaman kepada perusahaan. 1

2 Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk keperluan modal kerja seperti halnya membeli bahan baku, pembayaran gaji dan biaya operasional lainnya dan kredit modal kerja diberikan dalam jangka waktu yang realtif pendek dan satu kali siklus operasional (Kasmir, 2017 : 277). Kredit modal kerja ditujukan sebagai tambahan maupun cadangan modal kerja usaha calon debitur dimana jika modal kerja tersebut tidak mencukupi. Kebutuhan dalam kredit modal kerja sendiri ini terjadi dikarenakan untuk perluasan usaha ke bidang usaha lain, dimana banyak order dari contumer yang mengakibtakan modal ini atau modal sendiri tidak cukup untuk membiayai perputaran usahanya. Objek penelitian yang dipilih ialah Bank Rakyat Indonesia (BRI) dimana bank tersebut sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Dimana Bank BRI ini memberikan pelayanan kredit berupa kredit modal kerja dan merupakan salah satu bank yang menyalurkan kredit modal kerja yang cukup besar setiap tahunnya yang mana dilihat dari asetnya yang tinggi karena Bank BRI merupakan Bank dengan urutan kedua yang memiliki aset tertinggi pada bank umum di Indonesia. Data penelitian yang digunakan yaitu berupa laporan keuangan BRI periode 2008 2017 dimana hanya 10 tahun. Disini data diambil hanya 10 tahun karena menurut Sekaran (2014: 78) bahwa posisi keuangan selama 5 tahun hingga 10 tahun terakhir yaitu posisi data keuangan nya yang relevan.

3 Karena untuk memperoleh informasi yang dihasilkan oleh laporan keuangan harus bisa memberikan kejelasan mengenai aliran keuangan perusahaan agar para pemakai informasinya bisa mengambil keputusan yang tepat. Kredit modal kerja pada BRI ini merupakan Fasilitas kredit untuk membiayai operasional usaha termasuk kebutuhan untuk pengadaan bahan baku, proses produksi, piutang dan persediaan. Dengan kata lain untuk kebutuhan dari sebuah perusahaan. Kredit modal kerja di Bank BRI termasuk dalam kategori kredit ritel menengah karena minimal kredit yang dikeluarkan atau dipinjamkan oleh bank ialah sebesar Rp 100 juta sampai dengan Rp 50 miliyar dengan batasan jangka waktu 1 s/d 3 tahun dan bisa diperpanjang kembali sesuai dengan kebutuhan. Untuk dapat mendapatkan pinjaman kredit modal kerja di BRI harus memenuhi beberapa prosedur dan syarat yang telah dibuat oleh Bank Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 10 tahun terakhir ini yaitu dari tahun 2008 - tahun sampai 2017 yaitu 10%, nilai dari kredit modal kerja Bank BRI ini menurun drastis dan ini yang menjadi permasalahan yang membuat Bank BRI menjadi rugi. Imansyah, Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK, mengatakan, bahwa akibat penurunan kredit modal kerja ini yaitu banyaknya para kreditor yang tidak mampu atau tidak mau membayar pinjamannya serta bunganya yang menjadikan dana atau asset di bank menurun.

4 Menurut hasil wawancara dari pihak Bank BRI yaitu dengan Bapak Ahmad Bahari mengenai kredit modal kerja. Bahwa mengenai masalah kredit modal kerja ini memang benar adanya, dimana dana kredit modal kerja menurun karena banyak kreditor tidak mampu atau tidak mau membayar hasil dari pinjaman serta bunganya atau dengan kata lain kreditor tersebut kabur dari tanggung jawabnya dan menurut Bapak Ahmad Bahari juga akibat dari permasalahan tersebut berimbas pada laba dan aset dari perusahaan. Karena BRI sudah memberikan modal yang cukup besar kepada para kreditor untuk mendapatkan pelayanan kredit modal kerja. Sehingga modal yang dikelurkan BRI pun ikut terkena dampak akibat dari keadaan kredit modal kerjanya. Untuk itu BRI sangat menghimbau untuk para kreditor untuk selalu membayar pinjaman yang telah diberikan oleh bank. Dan inilah data yang menunjukan menurunnya kredit modal kerja. Gambar 1.1 Kredit Modal Kerja Bank BRI 100000 80000 60000 40000 20000 grafik kredit modal kerja 88000 85000 80000 78000 75500 72500 68500 65500 58500 50000 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Series 1 Sumber : Data telah diolah oleh Peneliti Tahun 2018

5 Inilah data yang menjadi permasalahan yang dipublikasikan oleh OJK dimana bisa dilihat dari data diatas tingkat penyaluran kredit modal kerjanya mengalam penurunan setiap tahunnya. Akibat dari penurunan tersebut Bank menjadi rugi. Faktor penyebabnya itu seperti halnya banyaknya para kreditor yang tidak mau membayar pinjamannya yang sudah menjadi kewajiban dari para kreditor tersebut sehingga Bank yang harus menutupi kerugian tersebut dengan menggunakan aset, laba dan modal yang dimiliki oleh bank. Dengan kata lain bank akan mengalami penurunan dalam keuangannya. Dan ini data untuk jumlah kredit yang telah disalurkan oleh Bank BRI ini pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2017 adalah 88000 miliar rupiah, 850.000 miliar rupiah, 800.000 miliar rupiah, 780.000 miliar rupiah, 75.500 miliar rupiah, 72.500 miliar rupiah, 68.500 miliar rupiah, 65.500 miliar rupiah, 580.500 miliar rupiah, dan 50.000 miliar rupiah. Data tersebut menunjukan penuruanan setiap tahunnya dan yang mengakibatkan bank menjadi rugi. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Bahari mengenai apakah penuruan penyaluran kredit modal kerja tersebut akan berpengaruh kepada rasio keuangan. Tentu saja akan mempengaruhi rasio keuangan karena secara tidak langsung seperti halnya mempengaruhi asset atau kas dari bank dimana dengan melihat rasio likuiditasnya. Serta terjadi penurunan pada laba yang dilihat melalui rasio rentabilitas dan terjadi kesulitan dalam kemampuan mencari sumber dana seperti halnya kekurangan modal dalam penyaluran kredit modal kerja karena semakin kecil modal maka akan semakin kecil pula tingkat penyaluran kredit modal kerja maka modal juga sangat berpengaruh

6 dalam penyaluran kredit modal kerja dan dilihat dari rasio solvabilitasnya. Dari rasio keuangan tersebutlah bank akan terlihat kondisi dari kesehatan bank yang diukur dengan metode CAMEL. Dan dari rasio keuangan bank bisa mengetahui seberapa besar aset, laba dan modal yang digunakan dalam tingkat penyaluran kredit modal kerjanya. Karena aset, laba dan modal sangat mempengarhi tingkat penyaluran kredit modal kerja. Dengan kata lain perusahaan tidak akan bisa menyalurkan dana dalam bentuk kredit tanpa adanya aset, laba atau modal untuk para kreditor. Dan inilah data kondisi rasio keuangan Bank BRI yang berada dihalaman berikutnya. Tabel 1.1 Kondisi Rasio Keuangan Bank BRI RASIO (%) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 LDR 79,93 80,88 75,17 76,20 79, 85 88,54 81,68 86,88 87,77 88,13 CAR 13,18 13,20 13,76 14,96 16,95 16,99 18,31 20,59 22,91 22,96 ROA 4,18 3,37 4,64 4,93 5,51 5,03 4,73 4,19 3,84 3,69 Sumber : data telah diolah oleh Peneliti tahun 2018 Berdasarkan hasil penjelasan dari OJK (otoritas jasa keuangan) mengenai punuran penyaluran kredit modal kerja pada Bank BRI ini memang akan mempengaruhi rasio keuangannya dimana mempengaruhi aset yang dimiliki perusahaan dan laba. Dari data tersebut dapat diketahui juga kondisi tingkat kesehatan dari bank BRI. Untuk itu BRI menggunakan CAMEL sebagai pengukur tingkat kesehatan bank. CAMEL(Capital, Assets Quality,

7 Management, Earning dan Liquidity) merupakan penilaian peraturan Bank Indonesia untuk mengetahui tingkat kondisi kesehatan bank. Jika kondisi bank itu sesuai dengan bobot CAMEL dari peraturan BI maka akan berdampak bagi aktivitas bank terutama dalam penyaluran kredit modal kerja.data diatas juga menunjukan hasil rasio keuangan dari Bank BRI yang digunakan ada 3 rasio yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas ini diukur menggunakan Loan to Deposit Ratio. Menurut Kasmir (2017: 225) Loan to Deposit Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Maka dari itu data Loan to Deposit Ratio yang digambarkan menggunakan grafik bisa dilihat pergerakan nilaimya dibawah ini Gambar 1.2 Loan to Deposit Ratio Sumber : data telah diolah oleh peneliti tahun 2018 95 90 GRAFIK LOAN TO DEPOSIT RATIO 89 87 88 88 85 80 75 80 81 75 76 80 82 70 65 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 LDR Sumber : Data diolah oleh peneliti tahun 2018

8 Nilai Loan to Deposit Ratio untuk tahun 2008 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan yaitu dari 79,93% menjadi 80,88%, sedangkan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 mengalami penurunan yaitu dari 80,88%, 75,17%, 76,20%, 79,85%, dan 60,54%. Untuk tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 mengalami penuruan yaitu 79,85% menjadi 60,54% dan untuk tahun 2013 sampai tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu 60,54 %, 81,68%, 87,77% dan 89,58%. Nilai Loan to Deposit Ratio disini mengalami fluktuasi dimana terjadi penuruan dan peningkatan dari beberapa tahun. Besarnya nilai Loan to Deposit Ratio menurut peraturan BI maksimum adalah 85%.Nilai Loan to Deposit Ratio untuk tahun 2008-2014 ini masih dibawah nilai rata rata dan tahun 2015 2017 diatas nilai rata rata industri. Maka dari itu tingkat kesehatan Loan to Deposit Ratio dilihat nilai rata rata dari tahun ke tahun cukup baik. Jika nilai Loan to Deposit Ratio terlalu tinggi, artinya perbankan tidak memiliki likuiditas yang cukup memadai untuk menutup kewajibannya terhadap nasabah (DPK). Sebaliknya, jika nilai Loan to Deposit Ratio terlalu rendah berarti perbankan memiliki likuiditas yang cukup memadai tetapi mungkin pendapatannya lebih rendah, karena seperti yang diketahui dunia perbankan memperoleh pendapatan melalui kredit yang disalurkan. Dan dari nilai rata rata industri juga Loan to Deposit Ratio ini mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja dimana Loan to Deposit Ratio ini berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Semakin tinggi nilai Loan to Deposit Ratio maka semakin tinggi pula tingkat penyaluran kredit modal kerja. Dengan kata lain artinya Loan to Deposit Ratio merupakan untuk

9 menyalurkan dana dan menghimpun dana, jadi apabila dalam menghimpun dana tersebut tinggi maka penyaluran kredit modal kerjanya pun tinggi karena banyak dana masyarakat yang disimpan di bank. Begitu pun sebaliknya jika menghimpun dananya kurang atau rendah maka tingkat penyaluran dana ke masyarakat juga rendah. Untuk rasio solvabilitas ini mengunakan ukuran rasio yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR).Menurut Kasmir (2017 :232) Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui besarnya estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit. Maka dari itu data Capital Adequacy Ratio yang digambarkan menggunakan grafik bisa dilihat pergerakan nilaimya dibawah ini Gambar 1.3 Capital Adequacy Ratio 25 Grafik Capital Adequacy Ratio 21 23 23 20 15 13 13 14 15 17 17 18 10 5 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 CAR Sumber : data telah diolah oleh peneliti tahun 2018

10 Untuk nilai Capital Adequacy Ratio juga mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2017. Dimana data nilai Capital Adequacy Ratio dari tahun 2008 sampai 2017 diatas diatas nilai rata rata industri. patokan pada peraturan BI yaitu minimal 8%. Maka kondisi kesehatan bank dilihat dari nilai Capital Adequacy Ratio ini dikatan cukup baik karena semakin besar nilai Capital Adequacy Ratio mencerminkan kemampuan perbankan yang semakin baik dalam menghadapi kemungkinan risiko kerugian. Untuk tahun 2008 sampai tahun 2013 nilai Capital Adequacy Ratio dibawah rata rata industri jadi pada tahun tersebut kondisi kesehatan bank kurang baik. Sedangkan pada tahun 2014 sampai tahun 2017 nilai Capital Adequacy Ratio diatas nilai rata rata industri. Jika dilihat dari patokan pada peraturan BI yaitu minimal 8% maka kondisi kesehatan bank dengan nilai Capital Adequacy Ratio ini sudah cukup baik karena semakin besar nilai Capital Adequacy Ratio mencerminkan kemampuan perbankan yang semakin baik dalam menghadapi kemungkinan risiko kerugian Capital Adequacy Ratio ini mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja dimana Capital Adequacy Ratio ini berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja Jadi Semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio maka semakin tinggi pula tingkat penyaluran kredit modal kerja. Dengan artian jika Capital Adequacy Ratio tinggi maka akan mencerminkan stabilnya suatu jumlah modal dengan disisi lain rendahnya risiko yang dimiliki oleh bank sehingga bank bisa lebih banyak menyalurkan dana untuk kredit modal kerja.

11 Selanjutnya ialah rasio Rentabilitas yaitu rasio yang mengukurnya menggunakan Return on Assets. Menurut Kasmir (2017 : 202) Return on assets (ROA) adalah rasio yang menunjukan hasil atau jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya. Inilah data Return on Assets yang digambarkan menggunakan grafik bisa dilihat pergerakan nilaimya dibawah ini Gambar 1.4 Grafik Return On Assets Grafik Return On Assets 7 6 5 4 3 2 1 0 6 5 5 5 5 4 4 4 4 3 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 ROA Untuk tahun 2008 sampai tahun 2009 nilai Return on Assets mengalami penurunan yaitu 4,18%, menjadi 3,73%, dan untuk tahun 2009 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu dari 3,73%, 4,64%, 4,93% dan 5,15% Sedangkan untuk Return on Assets dari tahun 2013 sampai 2017 mengalami penurunan yaitu 5,03%, 4,73%, 4,19%, 3,84% dan 3,69%. Maka dari itu Return on Assets ini mengalami fluktuasi dimana keadaan keuangannya terkadang menurun dan terkadang meningkat. Besarnya nilai Return on Assets menurut peraturan BI adalah 1,5%. Maka nilai Return on Assets tersebut sudah cukup

12 baik untuk kondisi kesehatan bank karena Semakin besar nilai Return on Assets artinya semakin baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba. Nilai Return on Assets ini juga mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja dimana Return on Assets ini berpengaruh positif terhadap kredit mpdal kerja karena semakin tinggi Return on Assets maka semakin tinggi penyaluran kredit modal kerjanya dengan artian jika pada saat menawarkan kredit modal kerja bank akan melihat dari tingkat laba yang dimiliki oleh bank pada tahun sebelumnya. Jadi kalau laba tinggi secara tidak langsung bank bisa menyimpan laba sehingga bank bisa lebih banyak mengeuarkan kredit modal kerjanya. Berdasarkan pada data yang diperoleh penelitian diatas akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan Rasio keuangan Bank dan jumlah kredit modal kerja. Judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Rasio Keuangan Bank terhadap Tingkat Penyaluran Kredit Modal Kerja (Studi pada PT. Bank Rakyat Indonesia Periode 2008 2017). B. Identifikasi Masalah 1. Terjadi penurunan yang cukup drastis dari kredit modal kerja dari tahun 2008-2017 yang mengakibatkan laba dan aset pada Bank BRI menjadi berkurang. 2. Rasio Likuiditas yang diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut peraturan BI maksimum adalah 85%. Maka dari itu nilai Loan to Deposit Ratio untuk tahun 2008-2014 ini masih dibawah nilai rata rata dan tahun 2015 2017 diatas nilai rata rata. Dengan kata lain perusahaan masih

13 belum stabil kondisinya karena masih dibawah rata rata industri atau mengalami fluktuasi 3. Rasio solvabilitas disini mengunakan ukuran ratio yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR).. Dimana data nilai Capital Adequacy Ratio dari tahun 2008 sampai 2017 diatas diatas nilai rata rata patokan di BI yaitu 15%. Untuk tahun 2008 sampai tahun 2013 nilai Capital Adequacy Ratio dibawah rata rata industri jadi pada tahun tersebut kondisi kesehatan bank kurang baik. Sedangkan pada tahun 2014 sampai tahun 2017 nilai Capital Adequacy Ratio diatas nilai rata rata industri. Dengan kata lain perusahaan masih belum stabil kondisinya karena masih dibawah rata rata industri atau mengalami fluktuasi 4. Rasio Rentabilitas dimana rasio ini mengukurnya menggunakan Return On Assets (ROA). Besarnya nilai Return On Assets menurut peraturan BI adalah 1,5%. Jadi untuk nilai ROA dari tahun 2008 sampai tahun 2017 yaitu nilainya diatas nilai rata ratanya dalam peraturan BI. Dengan kata lain perusahaan dalam keadaan baik karena nilainya diatas rata rata. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja?

14 2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Capital Adequacy Ratio terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja? 3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Return On Asset terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja? 4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Return On Asset terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Loan to Deposit Ratio terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja. 2. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Capital Adequacy Ratio terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja 3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Return On Asset terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja. 4. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Return On Asset terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja. E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan kegunaan teoritis ilmu manajemen sebagai pengetahuan khususnya pada bidang

15 manajemen keuangan terkait dengan rasio keuangan bank dan kredit modal kerja. penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi keilmuan dan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. a. Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi [khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. b. Bagi penulis Untuk memperluas ilmu pengetahuan mengenai pengaruh pada rasiorasio keuangan bank terhadap penyaluran kredit modal kerja. Peneliti dapat mengadakan perbandingan antara teori yang telah didapat selama perkuliahan dengan kenyataan yang ada dilapangan, terutama yang berkaitan dengan kajian yang diteliti. Dan juga hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan ekonomi. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini akan memberikan informasi kepada manajemen perusahaan mengenai seberapa besar pengaruh dari rasio keuangan bank terhadap penyaluran kredit modal kerjanya pada PT.Bank Rakyat Indonesia (BRI).

16 F. Kerangka Pemikiran Dalam perhitungan dari penyaluran kredit modal kerja digunakan Rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan ialah rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Rasio tersebut digunakan untuk mengetahui seberapa besar aset, modal dan laba yang dikeluarkan untuk penyaluran kredit modal kerja Menurut Kasmir (2017 : 225) Loan to Deposit Ratio menunjukan rasio yang digunakan untuk mengukur konposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumalah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya Loan to Deposit Ratio menurut peraturan BI maksimum adalah 85% -100%. Loan to Deposit Ratio ini mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja dimana Loan to Deposit Ratio ini berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja Semakin tinggi nilai Loan to Deposit Ratio maka semakin tinggi pula tingkat penyaluran kredit modal kerja. Dimana artinya Loan to Deposit Ratio merupakan untuk menyalurkan dana dan menghimpun dana, jadi apabila dalam menghimpun dana tersebut tinggi maka penyaluran kredit modal kerjanya pun tinggi karena banyak dana masyarakat yang disimpan di bank. Menurut Menurut Kasmir (2017 :233) Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukan rasio untuk mengukur kecukupan modal suatu bank. Perbankan harus mampu menjaga kecukupan modal sesuai dengan angka yang dipatok BI yakni 15%. Semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio maka semakin tinggi pula tingkat penyaluran kredit modal kerja. Capital Adequacy Ratio ini

17 mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja dimana Capital Adequacy Ratio ini berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja Jadi Semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio maka semakin tinggi pula tingkat penyaluran kredit modal kerja. Dimana artinya jika Capital Adequacy Ratio tinggi maka akan mencerminkan stabilnya suatu jumlah modal dengan disisi lain rendahnya risiko yang dimiliki oleh bank sehingga bank bisa lebih banyak menyalurkan dana untuk kredit modal kerja. Menurut Kasmir (2017: 202) Return On Asset (ROA) menunjukan tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari aset yang dimiliki. Semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam mengelola asetnya.dengan kelancaran itu, maka bank akan cenderung lebih mudah dalam memberikan persetujuan terhadap kredit yang diajukan oleh nasabah karena tingkat kemampuan bank menghasilkan laba sudah baik. Return On Asset ini mempengaruhi penyaluran kredit modal kerja dimana Return On Asset ini berpengaruh positif terhadap kredit mpdal kerja karena semakin tinggi Return On Asset maka semakin tinggi penyaluran kredit modal kerjanya dengan artian jika pada saat menawarkan kredit modal kerja bank akan melihat dari tingkat laba yang dimiliki oleh bank pada tahun sebelumnya. Jadi kalau laba tinggi secara tidak langsung bank bisa menyimpan laba sehingga bank bisa lebih banyak mengeuarkan kredit modal kerjanya. Menurut Kasmir (2017: 220) Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Return On Asset merupakan bagian pengukuran dari rasio keuangan. Jadi pengukuran menggunakan rasio keuangan tersebut sangat mempengaruhi

18 tingkat penyaluran kredit modal kerjanya. Karena dari rasio keuangan perusahaan dapat mengukur seberapa besar atau seberapa persen rasio keuangan setiap tahunnya yang ada dalam ikhtisari laporan tahunan keuangan. Rasio keuangan tersebut bersumber dari laporan keuangan yang berupa neraca dan laba rugi. Dari neraca kita bisa mengetahui pembiayan utama dari kredit yaitu berasal dari giro,deposito dan lain lain. Dari neraca pula kita bisa menghitung rasio keuangan banknya. Seperti halnya kita bisa menghitung aset atau kas dan juga modal. Serta mengetahui seberapa besar perbandingan aset dan modal dalam setiap tahunnya sehingga akan terlihat apakah aset dan modal mengalami penurunan atau peningkatan. Selain neraca perusahaan juga menggunakan laporan laba rugi dalam menghitung laba. Dengan menggunakan laporan laba rugi perusahaan bisa melihat seberapa besar laba digunakan serta bisa mengetahui perbandingan setiap tahunnya yang akan mengetahui secara tidak langsung apakah laba mengalami penuruan atau peningkatan. Maka laba juga mempengaruhi tingkat penyaluran kredit modal kerja. Dengan demikian setiap perusahaan sangat membutuhkan laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi untuk menghitung atau mengetahui berapa besar pemasukan dan pengeluran perusahaan sehingga perusahaan bisa mengetahui penurunan dan peningkatan dari semua rasio keuangan. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik sebuah kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini

19 Gambar 1.5 Kerangka Pemikiran Loan To Deposit Ratio (X1) Teori Kasmir (2017:225) Teori faishal (2008:151) Capital Adequacy Ratio (X2) Teori Kasmir (2017:232) Teori Darmawi (2012:89) Return On Asets H2 H3 H1 H4 Kredit Modal Kerja (Y) Menurut Kasmir (2017 :277) Menurut Wibowo (2007 :18) Menurut Sudana (2009:30) (X3) Teori Kasmir (2017:202) Teori Hasibuan (2009:100) Sumber : Data diolah oleh Peneliti tahun 2018

20 TABEL 1.2 RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU NO NAMA PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL PENELITIAN 1 Andreani Caroline Barus dan Marya Lu (2013) Pengaruh Spread tingkat suku bunga dan rasio keuangan terhadap penyaluran kredit UMKM Pada BANK UMUM DI INDONESIA Tingkat suku Bunga, CAR, LDR dan NPL Tingkat suku bunga CAR, LDR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM 2 Francisca dan Hasan Sakti Siregar Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank Yang Go Publik Di indonesia periode 2005-2007 DPK, ROA, CAR dan NPL Berpengaruh signifikan terhadap Volume Kredit Sedangkan CAR dan NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap Volume Kredit 3 Luh Gede Meydianawathi (2008) Analisis perilaku penawaran Kredit Perbankan kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006) DPK, ROA, CAR dan NPL Secara serempak variabel ROA, CAR dan NPL berpengaruh nyata dan signifikan. Secara parsial variabel DPK, ROA dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. sedangkan NPL berpengaruh negatif dan signifikan

21 4 Mahrinasari (2010) 5 DWI FITRIANI (2015) Pengelolaan krdit Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandar Lampung Pengaruh Rasio Keuangan Bank terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja (Studi pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Cash Ratio, LDR dan Roa Cash Ratio, LDR, Primary Ratio, CAR, NPM, ROA Dan Assets Utilization Cash ratio terhadap volume kredit berpengaruh negatif, sedangkan LDR dan ROA berpengaruh positif terhadap volume kredit. Cash Ratio berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja. LDR berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Primary Ratio berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja. CAR berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal. NPM berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja. ROA berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Assets Utilization berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja Sumber : data diolah oleh peneliti tahun 2018

22 Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian yang akan dilakukan memiliki persamaan dan perbedaan dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Persamaan penelitian ini dengan peneliti-peneliti terdahulu yaitu membahas mengenai rasio keuangan bank dalam mempengaruhi tingakat penyaluran kredit modal kerja. Sedangkan untuk perbedaannya dengan beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut : 1. Menurut Andreani Caroline Barus dan Marya Lu (2013) maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian Spread Tingkat suku bunga, Capital Adequancy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Profit Loan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM 2. Menurut Fransisca dan Hasan Sakti Siregar maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian Berpengaruh signifikan terhadap Volume Kredit Sedangkan Capital Adequancy Ratio dan Net Profit Loan tidak berpengaruh signifikan terhadap Volume Kredit 3. Menurut Luh Gede Meydianawathi (2008) maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian Secara serempak variabel Return on Assets, Capital Adequancy Ratio dan Net Profit Loan berpengaruh nyata dan signifikan. Secara parsial variabel DPK, Return on Assets dan Capital Adequancy Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia. sedangkan Net Profit Loan berpengaruh negatif secara signifikan 4. Menurut Mahrinasari (2010) maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian yaitu Cash ratio terhadap volume kredit berpengaruh negatif,

23 sedangkan Loan to Deposit Ratio dan Return on Assets berpengaruh positif terhadap volume kredit. 5. Menurut Dwi Fitriani (2015) maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian yaitu Cash Ratio berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Primary Ratio berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Capital Adequancy Ratio berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal. Net Profit Margin berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit modal kerja. Return on Assets berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Dan Assets Utilization berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit modal G. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori dan temuan dari penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini peneliti menemukan 4 hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja H2 : Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja H3 : Return on Assets berpengaruh positif terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja H4 : Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Return on Assets berpengaruh secara simultan terhadap tingkat penyaluran kredit modal kerja