BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sebanyak 652 atau sebesar 50% (Data on Disaster In Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sistim pengairan air yang terdiri dari sungai dan anak sungai

BAB I. yaitu lempeng Eurasia, lempeng Samudera Hindia- Benua Australia dan lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gempa bumi. Gempa bumi merupakan pergerakan (bergesernya) lapisan. batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara telah

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Klaten merupakan daerah dengan potensi bencana yang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Klaten merupakan Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu bukti kerawanan gempa tersebut adalah gempa tektonik yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Boyolali disebelah utara, Kabupaten Sukoharjo disebelah timur, Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) disebelah selatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada bidang pendidikan. Perubahan dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor. alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

Sebelum melaksnakan pembelajaran guru terlebih dulu membuat Rencana Proses Pembelajaran (RPP), judul penelitian ini terkait dengan tujuan

MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan suatu penghidupan manusia, namun disisi lain. Alam dapat

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. hari hujan. (Surakarta Dalam Angka, 2007) masyarakat di Kelurahan Nusukan memiliki ciri sebagaimana masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X DALAM MITIGASI BENCANA BANJIR DI SMA ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS VII DALAM MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Sehingga banyak lahan yang dialihfungsikan menjadi gedung-gedung. lahan kosong atau serapan air di daerah perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola curah hujan. Kedua samudera ini merupakan sumber udara lembab

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta merupakan kota dengan wilayah yang berbatasan dengan

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X DALAM MITIGASI BENCANA BANJIR DI SMK MUHAMMADIYAH 1 KELURAHAN JOYOTAKAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk daerah rawan bencana, setiap tahun terus mengalami peningkatan jumlah kejadian, berdasarkan data kejadian bencana yang dicatat oleh pusat data informasi dan pusat BNPB pada tahun 2008 jumlah kejadian bencana 1306 kejadian, dibandingkan dengan data kejadian bencana pada tahun 2008, kejadian bencana pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebanyak 652 atau sebesar 50% (Data on Disaster In Indonesia 2009). Menurut Robert J. Kodoati (2001:98) menjelaskan bahwa Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian akibat bencana banjir tersebut perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat, dan terpadu. Umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem drainase penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Bencana Banjir seakan akan sudah menjadi langganan di indonesia setiap tahun saat musim penghujan. Bencana demi bencana seakan hanya sesuatu proses yang berlalu tanpa disikapi secara partisipatif. Setelah bencana 1

2 terjadi pemberitahuan surat kabar lebih menekankan masalah penanganan korban dan bantuan, sedangkan tindakan antisipasinya sangat minim. Peristiwa bencana tidak mungkin dihindari, tetapi yang dapat dilakukan adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta benda, maupun lingkungan. Solo merupakan kota yang dilewati oleh aliran Sungai Bengawan Solo. Salah satu bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir. Menurut Krishna S. Pribadi, (2008: 7) banjir adalah suatu kejadian saat air menggenangi daerah yang biasanya tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi. Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam (tidak termasuk bencana kekeringan) berhubungan dengan banjir. Hujan deras yang mengguyur selama beberapa waktu terakhir menyebabkan Sungai Bengawan Solo dan anak-anak sungai yang melintasi wilayah eks Karesidenan Surakarta penuh dan puncaknya meluap sehingga mengakibatkan banjir, Minggu (6/1/2013) dini hari. Lebih dari 1.500 rumah terendam banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Sedikitnya 800 rumah yang dihuni lebih dari 1.000 jiwa terendam banjir di Kota Solo. Banjir terjadi di delapan kelurahan di tiga kecamatan, yakni Jebres, Pasar Kliwon, dan Serengan. Sebagian besar warga mengungsi ke rumah kerabat atau sanak saudara dan ke tenda-tenda yang didirikan di atas tanggul. (Sumber:http:// http://regional.kompas.com). Peta daerah terkena/ rawan bencana banjir di Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini:

PETA DAERAH RAWAN BENCANA BANJIR KOTA SURAKARTA SKALA 1: 60.000 0,6 0,3 0 0,6 1,2 1,8 2,4 KM Proyeksi : Transverse Mercator Grid Koordinat : Universal Transverse Mercator Zona : 49 South Datum : WGS_1984 LEGENDA Sumber : Peta Rupa Bumi Jawa Tengah Skala 1:25.000 http://regional.kompas.com Disusun oleh : Muh Faqih Febriyanto Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2014 110 46'20" mt 110 48'40" 110 51'0" Banjarsari Iç C Iç C 7 31'0" 7 31'0" ¾U KAB. KARANGANYAR 7 33'20" Laweyan Iç C Jebres 7 33'20" Serengan Iç C Iç W Iç C Pasar Kliwon KAB. KARANGANYAR KAB. SUKOHARJO 7 35'40" 7 35'40" 8 0'0" 7 0'0" Batas Batas Iç C Kantor Kecamatan Iç W Kantor Walikota 108 0'0" BT 108 0'0" Kabupaten Kecamatan Jalan Arteri/Utama Jalan Kolektori Rel Kereta Api Sungai Daerah Terkena Bencana Banjir Daerah Tidak Terkena Bencana Banjir 109 0'0" 109 0'0" 110 0'0" 110 0'0" 111 0'0" 111 0'0" 8 0'0" 7 0'0" LS LAUT JAWA JAWA TENGAH SAMUDRA HINDIA LOKASI PENELITIAN 3 mu 110 46'20" 110 48'40" 110 51'0"

4 Menurut Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo (Jumat, 28 Desember 2007) banjir Bengawan Solo menyebabkan terendamnya sejumlah sekolah yang terdapat di Kota Solo. Menyebutkan jumlah sekolah yang terendam bertambah dari 20 menjadi 33 sekolah. (Sumber :http://solopeduli.blogspot.com/2007/12/jumlah-sekolah-yangterendambertambah.html), SMA Muhammadiyah 3 Surakarta adalah salah satu sekolah yang berada di kecamatan Jebres Kota Surakarta, dimana sekolah tersebut cukup dekat dengan aliran sungai Bengawan solo yang sering meluap dan terjadi banjir, rumah siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta juga banyak yang berada di sekitar aliran sungai Bengawan Solo. Bencana Banjir banyak menimbulkan korban jiwa maupun harta benda dalam peristiwa bencana yang selama ini terjadi, lebih sering disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan tentang mitigasi bencana banjir di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta menyebabkan sulitnya meminimalisir dampak yang terjadi dari bencana banjir. Metode pembelajaran yang digunakan guru saat ini masih menggunakan metode konvensional, banyak yang mengandalkan ceramah. Oleh karena itu perlu menggunakan media audio visual dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat, motivasi dan rangsangan dalam kegiatan sosialisasi dan kegiatan pembelajaran, sehingga membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media audio visual pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dalam penyampaian pesan dan isi pelajaran khususnya lingkup pengetahuan bencana banjir.

5 Sekolah yang kami teliti adalah SMA Muhammadiyah 3 Surakarta, dalam penelitian ini sasaran utama yang akan diteliti adalah siswa. Dipilih siswa adalah karena siswa (termasuk yang berkebutuhan khusus) merupakan anggota masyarakat yang rentan terhadap bencana, komunitas sekolah khususnya siswa sebagai agen sekaligus komunikator untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang pendidikan bencana kepada orangtua dan lingkungannya dan siswa merupakan aset pembangunan dan masa depan sehingga harus dilindungi dari berbagai ancaman bencana, dari pemahaman siswa mengerti mitigasi bencana sejak dini maka resiko korban jiwa dapat diminimalisir. Penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang mitigasi bencana banjir dengan menggunakan media audio visual. Berdasarkan uraian di atas, hal ini yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan siswa terhadap bencana di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta, dengan judul PENGETAHUAN MITIGASI BENCANA BANJIR MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA TAHUN 2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi sekolah : 1. Lokasi SMA Muhammadiyah 3 Surakarta berada pada di zona rawan bencana banjir.

6 2. Kurangya pengetahuan siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tentang mitigasi bencana banjir. 3. Sekolah belum menerapkan pendidikan mitigasi bencana. C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang terkait dengan judul di atas sangat luas, sehingga tidak mungkin permasalahan yang ada dapat dijangkau dan diselesaikan. Keterbatasan peneliti juga menjadi hambatan untuk menjangkau semua permasalahan yang ada, maka perlu adanya pembatasan masalah agar persoalan yang diteliti menjadi jelas dan menghindari kesalahpahaman. Pembatasan masalah penelitian yaitu: 1. Penelitian dilakukan pada siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. 2. Mitigasi dibatasi pada persiapan siswa dalam menghadapi bencana banjir. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pengetahuan siswa tentang mitigasi bencana banjir di SMA muhammadiyah 3 Surakarta? 2. Apakah terdapat peningkatan tingkat pengetahuan setelah memperoleh materi pendidikan mitigasi bencana banjir melalui media audio visual siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta?

7 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang mitigasi banjir di SMA muhammadiyah 3 Surakarta. 2. Mengetahui peningkatan perbandingan pengetahuan siswa sebelum dan setelah memperoleh materi pendidikan mitigasi bencana banjir melalui media audio visual siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoritis a. Bertambahnya ilmu pengetahuan pendidikan mitigasi yang berkaitan dengan bencana pada sekolah tempat dilaksanakannya penelitian dan dilingkungan Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Sebagai masukan kepada sekolah yang digunakan sebagai lokasi penelitian, dalam penyampaian pembelajaran mitigasi bencana agar dapat direncanakan dan dikelola lebih subtansial sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. c. Menunjukkan bahwa pemberian pendidikan siaga bencana melalui media audio visual di SMA sangat penting supaya mereka lebih mengetahui mengenai bencana banjir yang akan terjadi sehingga tindakan yang mereka lakukan akan menjadi lebih tepat dan rasional.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah Memberikan sumbangan positif sekolah dalam menghadapi bencana khususnya bencana banjir guna mengurangi dampak bencana. b. Bagi guru Meningkatkan kesadaran, kepedulian, kemampuan dalam menghadapi bencana dengan tujuan untuk memitigasi dampak bencana. c. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pendidikan mitigasi yang sesuai untuk diterapkan di sekolah.