BAB I PENDAHULUAN. Dengan selesainya masa pubertas awal, masuklah seorang anak dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. keamanan yang akan membantu proses belajar seorang siswa. Pada. kenyataannya setiap sekolah yang ada di Indonesia belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA KELAS II,III DI SMP PAHLAWAN TOHA BANDUNG 18 SEPTEMBER JANUARI 2007.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. (aggregate) dari semua kondisi yang berasal dari luar aggregate yang. perilaku manusia, atau kelompok masyarakat (Budioro, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. seperti menyakiti orang lain baik fisik maupun verbal. menurut Herbert (Aisyah, 2010) agresivitas merupakan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, periode remaja dapat

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf,

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Santri, sebagaimana dia seorang remaja, mengalami periode transisi

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu agama di suatu pondok-pondok pesantren tertentu. Seperti halnya di

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

merugikan tidak hanya dirinya tapi juga orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. pencarian jati diri untuk melakukan hal hal yang baru. dapat memberikan hal hal baru untuk memecahkan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada kalangan pelajar saat ini yang mengakibatkan citra dari sekolah

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan sebutan (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek) (Chang et al, 2008). Noh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF PADA PESERTA DIDIK DI SMP MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan selesainya masa pubertas awal, masuklah seorang anak dalam periode pubertas akhir atau yang biasa disebut remaja (adolescence). Masa remaja menurut Sigmund Freud dalam (Ahmadi, 2005) menyebutkan bahwa masa remaja adalah edesi kedua dari situasi Oedipus, karena hubungan remaja pada usia ini masih mengandung banyak unsur yang rumit dan belum terselesaikan yaitu konflik antara isi psikis yang kontradiktif, terutama pada hubungan remaja dengan orang tua dan objek yang dicintainya (Ahmadi, 2005). Remaja sebagai periode perkembangan dimana pada masa tersebut remaja mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun (Potter, 2005). Masa remaja merupakan suatu masa perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai kecepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial. Pada masa remaja, terjadi proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisiknya yang berlangsung secara berangsur-angsur dan teratur. Kegagalan remaja dalam mengembangkan rasa identitas dirinya (krisis identitas) akan mengakibatkan terganggunya proses perkembangan remaja yang sehat. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan sifat-sifat negatif yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain seperti perilaku yang

menyimpang (delinquent), membolos, berbohong, melakukan kriminalitas seperti mencuri, menipu, merusak, berkelahi, dan melanggar kesusilaan atau menutup diri dari masyarakat (Soetjiningsih, 2004). Kecenderungan perilaku agresif remaja terjadi melalui serangkaian hal yang melatar belakanginya dan diperoleh remaja saat berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil interaksi berupa informasi yang akhirnya terbentuk menjadi pengetahuan yang diyakini remaja. Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya. Pada kondisi seperti ini keluarga menekankan peran yang dimainkan oleh hubungan orang tua dan anak pada tahap awal dalam membentuk dasar untuk berhubungan dengan orang lain. Pada saat memasuki usia remaja, orang tua dianjurkan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan perkembangan anak (Santrock, 2007). Selain itu dibutuhkan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua, menurut Sholikah, (2007) menunjukan bahwa pola komunikasi remaja dengan orang tua berpengaruh terhadap perilaku agresif. Pengalaman dalam keluarga juga merupakan dasar pembentukan konsep diri. Keluarga mempunyai kesempatan bagi individu untuk mengidentifikasi dan meniru perilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan pendorong bagi individu dalam mencapai tujuannya. Pemahaman konsep diri dalam mengurangi

perilaku agresif sangat diperlukan oleh remaja, dengan konsep diri remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain (Farida, 2010). Hasil penelitian Families and Work Institute and The Colorado Trust Amerika Serikat (2012), mengenai penyebab mengapa mereka melakukan tindakan kekerasan. Dari 575 remaja merasakan dirinya diejek, diolok-olok atau dibicarakan hal-hal yang negatif oleh orang lain. Pengalaman ini sering dialami mereka dilingkungan sekolahnya sehingga hampir sekitar 90% kekerasan terjadi disekolah. Sedangkan sekitar 46 % remaja pernah dipukul atau dilukai. Hanya masing-masing 85 yang pernah diserang dengan senjata dan mengalami perkosaan seksual. Ternyata 35 % remaja yang mengalami kekerasan dengan senjata atau serangan lainnya, akan melakukan tindakan kekerasan juga terhadap orang lain. Di Indonesia menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ditemukan banyak aduan kekerasan pada anak di tahun 2011. Berdasarkan keseluruhan kasus yang masuk, sebanyak 67,8% terkait dengan kasus kekerasan dan perilaku agresif. Pada tahun 2006 jumlah kasus pelanggaran hak anak yang terpantau sebanyak 13.447.921 kasus dan pada tahun 2007 jumlahnya meningkat menjadi 40.398.625 kasus. Dan pada tahun 2012 tercatat peningkatan perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja. Kasus perilaku agresif pada remaja yang terbaru terjadi pada tanggal 24 September 2012, yang melibatkan SMA 6 dan SMA 70 Jakarta dan menewaskan satu pelajar. Pada hari berikutnya pada tanggal

26 September 2012 peristiwa tawuran terjadi kembali di Jakarta yaitu siswa SMK Yayasan Karya (Yake) dengan SMK Kartika Zeni (Kompas, 2012). Pada suatu masyarakat, perilaku agresif adalah perilaku yang tidak disukai dan cenderung untuk dihindari. Hal ini karena perilaku tersebut menimbulkan bahaya dan ketidaknyamanan dalam berinteraksi sosial. Perilaku agresif adalah perilaku yang bertujuan melukai perasaan atau menyakiti, jadi agresif merupakan tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut ( Yosep, 2007). Secara teoritis perilaku agresif lebih besar dilakukan oleh siswa STM/SMK dibandingkan siswa SMA. Hal ini disebakan bahwa siswa STM/SMK kebanyakan adalah laki-laki. Selain itu penelitian yang dilakukan Sinuraya Dony (2009), menegaskan bahwa anak laki-laki cenderung menggunakan agresi fisik, ataupun untuk membalas seseorang yang menganggu kegiatan mereka. Hal itu disebabkan karena agresif adalah bagian dari maskulinitas yang kerap dianjurkan anak laki-laki. Lain halnya dengan anak perempuan yang mempunyai sifat lemah lembut, tidak menyukai kata-kata kasar sehingga menghambat dalam mengungkapkan perilaku agresifnya. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Kesatrian Purwokerto, ditemukan beberapa perilaku yang termasuk perilaku agresif seperti pada pada siswa kelas II baik siswa TKR, MM, maupun AV dengan rata-rata siswa berjumlah 40 anak, 11 anak dari mereka melakukan tindakan tidak disiplin yang

ditunjukan dengan sikap semaunya sendiri dalam masuk dan berada di kelas. Adapun peserta didik yang melakukan tindakan membolos yang banyak dijumpai pada siswa kelas XI TKR, MM, dan AV dengan angka membolos 74 siswa dari total siswa berjumlah 371 siswa. Mereka mengatakan waktu membolos digunakan untuk keluar dari sekolah, dan bermain video game. Emiliana (2011) remaja penggemar video game kekerasan akan cenderung berperilaku agresif karena terjadinya proses imitasi perilaku agresif didalam video tersebut. Keadaan keluarga peserta didik yang rata-rata menengah ke bawah cenderung menutupi kesalahan anaknya pada saat anak terkena masalah walaupun ada juga yang mengontrol anaknya sampai ke sekolah. Adapula siswa yang berasal dari keluarga broken home sehingga orang tua kurang memperhatikan perkembangan anaknya. Perilaku-perilaku diatas dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan teman sebaya. Selain itu keluarga juga dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja. Peran keluarga khususnya orang tua seperti kurang memperhatikan anaknya, pengasuhan yang kurang tepat, membuat anak ingin mencoba sesuatu yang dianggap baru bagi mereka tanpa adanya kontrol dari orang tua. Berdasarkan latar belakang diatas dan kejadian-kejadian yang penulis uraikan diatas, maka peneliti tertarik mengambil judul penelitian Hubungan Peran Keluarga dan Konsep Diri Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja di SMK Kesatrian Purwokerto Kabupaten Banyumas.

B. Perumusan Masalah Meningkatnya perilaku agresif pada remaja akhir-akhir ini menimbulkan rasa memperihatinkan bagi semua pihak. Bagi remaja yang telah memiliki konsep diri yang kuat, remaja tersebut akan mampu menghadapi berbagai perubahan dan permasalahan yang dihadapinya. Selain konsep diri, keluarga mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakan dasar-dasar kepribadian remaja. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri serta peran keluarga dapat menjadi sumber stress atau konflik yang salah satunya dapat memicu timbulnya perilaku agresif. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti ingin mengetahui Hubungan Antara Peran Keluarga dan Konsep Diri Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja di SMK Kesatrian Purwokerto Kabupaten Banyumas. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Peneliti ingin mengetahui hubungan antara peran keluarga dan konsep diri dengan perilaku agresif pada remaja di SMK Kesatrian Purwokerto Kabupaten Banyumas. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur. b. Mengetahui peran keluarga yang memiliki anak remaja di SMK Kesatrian Purwokerto.

c. Mengetahui konsep diri remaja di SMK Kesatrian Purwokerto. d. Mengetahui perilaku agresif remaja di SMK Kesatrian Purwokerto. e. Menganalisa hubungan peran keluarga dengan perilaku agresif pada remaja di SMK Kesatrian Purwokerto. f. Menganalisa hubungan konsep diri dengan perilaku agresif remaja di SMK Kesatrian Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori keperawatan jiwa dan keperawatan keluarga yang di dapat selama perkuliahan khususnya tentang konsep diri, peran keluarga, dan perilaku agresif pada remaja. 2. Bagi Responden Sebagai pengalaman dan sebagai bahan masukan tentang kesehatan jiwa khususnya peran keluarga dan konsep diri terhadap perilaku agresif. 3. Bagi Instansi ( SMK Kesatrian Purwokerto) Menambah kepustakaan tentang ilmu keperawatan jiwa khususnya peran keluarga dan konsep diri terhadap perilaku agresif pada remaja. 4. Bagi Ilmu Pengetahuan Peneliti berharap hasil penelitian dapat sebagai bahan referensi khususnya dalam bidang keperawatan jiwa terutama dalam penanganan perilaku agresif pada remaja.

E. Penelitian Terkait 1. Wawomeo (2009), yang berjudul Hubungan pola asuh keluarga, perilaku teman sebaya dan karakteristik remaja dengan perilaku agresif pada remaja di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur remaja, jenis kelamin remaja, dan perilaku agresif teman sebaya dengan perilaku agresif. Variabael yang mempunyai hubungan paling dominan adalah teman sebaya. Persamaan Perbedaan : sama-sama meneliti perilaku agresif : penelitian Wawomeo memiliki variabel pola asuh orang tua, pengaruh teman sebaya dan karakteristik remaja. Penelitian ini memakai variabel peran keluarga dan konsep diri. 2. Andriani, Rani (2009), yang berjudul Intensi agresifitas ditinjau dari konsep diri studi korelasi pada santri pondok pesantren Modern Islam Assalam Surakarta. Hasil penelitian mengindikasikan adanya hubungan negatif yang signifikan antara intensi agresivitas dengan konsep diri sosial. Persamaan Perbedaan : sama-sama menggunakan variabel konsep diri. : penelitian Andriani menggunakan studi korelasi, sedangkan penelitian peneliti menggunakan studi deskriptif cros sectional.

3. Rina (2007), yang berjudul Faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku agresif pada remaja kelas II, dan III di SMP PAHLAWAN TOHA BANDUNG. Hasil penelitian, faktor eksternal yang melatarbelakangi perilaku agresif adalah ejekan dari teman, media audiovisual, keluarga yang berantakan, dan lingkungan sekolah. Sedangkan faktor internal yaitu persepsi remaja terhadap lingkungan dan mencontoh adegan kekerasan. Persamaan Perbedaan : sama-sama tentang perilaku agresif remaja. : Penelitian Rina menganalis faktor-faktor perilaku agresif, sedangkan penelitian peneliti menggunakan variabel peran keluarga dan konsep diri. 4. Arne K. Albrecht & Nancy L. Galambos (2010), yang berjudul Perilaku agresif remaja ditinjau dari persepsi pengendalian psikologis dari orang tua. Hasil penelitian menunjukan pengendalian dan kontrol dari orang tua berpengaruh kepada perilaku agresif remaja. Persamaan Perbedaan : sama-sama tentang perilaku agresif. : penelitian Arne peran orang tua dilihat dalam pengendalian psikologisnya, sedangkan penelitian ini peran orang tua yang memiliki anak remaja.