BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babi adalah salah satu hewan ternak yang diminati untuk dipelihara oleh masyarakat. Hal tersebut disebabkan babi dapat dimanfaatkan daging, kulit dan rambutnya (Sumarsongko, 2009). Usaha peternakan babi merupakan bagian kebudayaan dalam kehidupan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia khususnya Bali. Secara tradisional ternak babi memiliki peran penting di dalam kegiatan keagamaan, adat dan sosial. Disamping itu, ternak babi juga merupakan sumber protein utama yang memiliki kandungan asam amino lebih lengkap dan salah satu usaha rumah tangga yang penting sebagai sumber penghasilan (Ratundima et al., 2012). Hal tersebut menjadi faktor utama meningkatnya peternakan babi di masyarakat. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Berdasarkan data statistik peternakan tahun 2010, populasi ternak babi tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (1.637.351 ekor), Bali (930.465 ekor), Sumatera Utara (734.222 ekor), Sulawesi Selatan (549.083 ekor), Papua (546.696 ekor), Kalimantan Barat (484.299 ekor), Sulawesi Utara (332.942 ekor), Bangka Belitung (268.220 ekor), Sulawesi Tengah (215.973 ekor), Kepri (185.663 ekor) (Luthan, 2011). 1
2 Setiap tahunnya, pemotongan babi juga meningkat rata-rata 5,4% (anneahira.com tahun 2013). Di Bali, peternakan babi sangat berperan sebagai sumber bahan pakan asal hewan. Modal yang digunakan untuk beternak babi relatif lebih murah dibandingan dengan modal yang diperlukan untuk beternak hewan potong besar lainnya. Selain itu, babi merupakan ternak yang cepat berkembang biak karena menghasilkan banyak anak yang lahir dari satu kelahiran dan dalam satu tahun dapat terjadi dua kali beranak (Parakkasi,1990), sehingga masyarakat cenderung memilih untuk beternak babi. Umumnya masyarakat yang beternak babi secara tradisional memiliki pengetahuan yang masih kurang mengenai masalah manajemen, kesehatan, pakan, serta perkandangan. Hal tersebut menyebabkan sering dijumpai masyarakat yang mengalami kegagalan dalam beternak babi, terutama terkait dengan masalah kesehatan atau penyakit ternaknya (Dharmawan, 2013). Memiliki pengetahuan tentang penyakit yang sering muncul akan sangat membantu dalam mengambil tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit (Sihombing, 2006). Adapun penyakit yang dapat menyerang babi diantaranya: hog cholera, streptococcosis, salmonellosis, maupun kolibasilosis (Doyle dan Dolares, 2006). Hog cholera adalah penyakit viral pada babi yang bersifat menular dan berakibat fatal serta memiliki tingkat kematian 100% pada daerah wabah baru (Ratundima et al., 2012). Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Pestivirus, familia Flaviviridae, yang menyerang babi dari segala umur (Sarosa et al., 2004). Babi liar atau babi hutan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai hospes yang aman bagi virus untuk tetap bertahan dalam suatu lokasi dan merupakan
3 sumber penularan bagi babi piaraan (Tarigan et al., 1997). Hog cholera merupakan penyakit yang menjadi prioritas utama secara nasional dalam pengendalian dan pemberantasan, disamping penyakit Rabies, Avian Influenza, Brucellosis dan Anthrax (Dirjen Peternakan, 2007). Hog cholera dapat ditemukan di negara-negara Afrika Timur, Afrika Tengah, Cina, Asia Timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, Mexico dan Amerika Selatan (Edward et al., 2000). Di Indonesia, hog cholera dilaporkan pertama kali pada tahun 1994 terjadi di pulau Sumatra dan secara bertahap menyebar ke Jawa awal tahun 1995, Bali dan Kalimantan pada akhir tahun 1995 dan Papua tahun 2004 (Daff, 2008). Kasus kematian ternak babi yang terjadi pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1996, merupakan pukulan berat bagi para peternak babi. Penyebab utama kematian babi pada saat itu adalah infeksi virus hog cholera (Supar, 1997). Penyakit ini cepat menyebar dan sulit dikendalikan karena virus persistensi di dalam limfosit dalam periode yang sangat lama. Di samping itu, hog cholera menyebabkan imunosupresif (Dunne, 1975) yaitu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh terdepres sehingga memudahkan masuknya agen-agen patogen lainnya. Hog cholera merupakan penyakit menular terpenting dan berdampak ekonomi tinggi di seluruh dunia (Fenner et al., 1993). Program pengendalian penyakit melalui program vaksinasi dan pemusnahan memerlukan biaya yang
4 besar. Pengendalian wabah membutuhkan biaya sampai 2,3 miliyar USD (CFSPH, 2007). Pencegahan yang efektif untuk mengatasi penyakit hog cholera adalah vaksinasi dan stamping out (Subronto, 2003). Selain itu, pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat pula disertai dengan tindakan zoo sanitasi dan penerapan tindakan polisi veteriner (Terpstra, 1991). Vaksinasi dilakukan untuk mengurangi jumlah wabah pada daerah enzootik dan vaksinasi dilarang pada daerah yang bebas dari penyakit hog cholera. Vaksinasi yang telah dilakukan perlu dikaji dan dievaluasi melalui pemeriksaan titer antibodi dari babi yang telah divaksin (Ratundima et al., 2012). Titer antibodi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jenis antigen vaksin yang digunakan dan maternal antibodi pra-vaksinasi. Penelitian ini menggunakan dua vaksin hog cholera aktif yaitu strain C tipe A dan strain C tipe B. Vaksin hog cholera diinjeksikan kepada babi umur 3 minggu dan titer antibodi dari babi yang divaksinasi dengan strain C tipe A dibandingkan dengan titer antibodi dari babi yang divaksinasi dengan strain C tipe B. Perbandingan titer antibodi dari babi tersebut bertujuan untuk mengetahui protektivitas dari vaksin hog cholera yang telah diberikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana protektivitas titer antibodi babi terhadap hog cholera yang divaksinasi dengan vaksin hog cholera strain C tipe A dan vaksin hog cholera strain C tipe B?
5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan protektivitas titer antibodi antara vaksin hog cholera strain C tipe A dengan vaksin hog cholera strain C tipe B. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak mengenai vaksin hog cholera yang tepat diaplikasikan pada peternakan babi. 1.5 Kerangka Konsep Anak Babi Umur 3 Minggu Betina Pengambilan Darah Pra Vaksinasi Uji ELISA Vaksinasi Maternal Antibodi Strain C tipe A Strain C tipe B Pengambilan Darah Post Vaksinasi Uji ELISA Titer Antibodi
6 Hog cholera adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular dan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar dalam eradikasi dan vaksinasi. Penyakit itu disebabkan oleh virus dari keluarga Flaviviridae, genus Pestivirus (Fenner et al.,2003). Pengendalian yang efektif terhadap hog cholera adalah dengan melakukan vaksinasi. Beberapa vaksin yang beredar di Indonesia diantaranya adalah vaksin hog cholera strain C tipe A dan strain C tipe B. Penelitian diawali dengan pengambilan sampel pra-vaksinasi dari anak babi betina umur 3 minggu. Sampel darah pra-vaksinasi yang telah terkumpul selanjutnya dipisahkan dari plasma untuk mendapatkan serum. Serum tersebut selanjutnya diuji dengan metode Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk mengetahui antibodi maternal anak babi. Vaksinasi dilakukan pada dua kelompok anak babi betina umur 3 minggu dengan menggunakan vaksin hog cholera strain C tipe A dan strain C tipe B. Pengambilan sampel darah post vaksinasi dilakukan secara berkala setiap satu minggu sekali selama tiga minggu. Protektivitas vaksin ditentukan dengan melihat lamanya titer antibodi berada di atas nilai ambang dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui nilai titer antibodi tersebut dilakukan pengujian serologis yaitu uji ELISA. Data hasil uji ELISA selanjutnya dihitung nilai Persentase Inhibisi (PI) untuk mengetahui hasil vaksinasi. Teknik uji ELISA dilakukan untuk mendiagnosis penyakit hog cholera telah banyak dikembangkan karena mampu digunakan untuk memeriksa sampel
7 dalam jumlah yang besar dalam waktu singkat sehingga ideal untuk screening (Jensen, 1981 ; Have, 1984; Leforban et al., 1987; Shannon et al., 1993). Titer antibodi dari babi yang divaksinasi dengan vaksin hog cholera strain C tipe A dibandingkan dengan titer antibodi dari babi yang divaksinasi dengan vaksin hog cholera strain C tipe B. Perbandingan titer antibodi dari babi tersebut bertujuan untuk mengetahui protektivitas dari kedua macam vaksin hog cholera yang telah diberikan.