BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimental dengan rancangan case control yaitu membandingkan beberapa parameter sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. 3.2. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Pengambilan sampel dilakukan mulai periode Mei 2014- Desember 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi.. 3.3. Subjek Penelitian Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik mulai periode Mei 2014- Desember 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. 3.4. Kriteria 3.4.1. Kriteria Inklusi a. Penderita PGK dengan Hemodialisis reguler ( 3 bulan) b. Usia 17 tahun c. Kadar Na serum normal (135-155 meq/l) d. Menandatangani inform consent kesediaan mengikuti penelitian 3.4.2. Kriteria Eksklusi a. Pasien Dialisis dengan kondisi tidak stabil b. HD tidak teratur c. Mendapat obat atau bahan yang mempengaruhi kadar Natrium d. Mengalami komplikasi selama penelitian berlangsung e. Pasien yang tidak dapat ditimbang 16
3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik. 3.5.2. Sampel Penderita PGK dengan hemodialisis reguler yang dilakukan Modifikasi kadar natrium mesin dialisis yang sesuai kriteria besar sampel. 3.5.3. Perkiraan Besar Sampel n ( Z P (1 P ) + Z ) P (1 P ) ( 1 α / 2) o o (1 β ) a a ) ( P P ) o a 2 2 Dimana: Z ( 1 α / 2) = deviat baku alpha. utk α = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96 Z ( 1 β ) = deviat baku alpha. utk β = 0,20 maka nilai baku normalnya 0842 P 0 = proporsi mortalitas pasien PGK 0,15 P a = perkiraan proporsi PGK dengan Hemodialisi yang diteliti, sebesar = 0,35 P0 P 0 = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,20 Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak minimal 24 orang. 3.6. Cara Kerja Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan untuk mengikuti penelitian. Terhadap semua subjek penelitian yang termasuk dalam penelitian dilakukan:
1. Dicatat nama, umur, jenis kelamin, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dan dilakukan pengukuran BMI 2. Dilakukan pemeriksaan phase angle dengan menggunakan BIA pre HD 3. Dilanjutkan dengan pengukuran kadar Natrium plasma Predialisis 4. Dilakukan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat sesuai kadar natrium plasma pasien dengan menggunakan Formula : a. Kadar natrium dialisat lebih rendah 5 meq/l jika kadar natrium plasma 139-140 meq/l b. Kadar natrium dialisat lebih rendah 4 meq/l jika kadar natrium plasma 137-138 meq/l c. Kadar natrium dialisat lebih rendah 3 meq/l jika kadar natrium plasma 135-136 meq/l d. Kadar natrium dialisat lebih rendah 2 meq/l jika kadar natrium plasma < 135 meq/l 5. Selanjutnya pasien menjalani hemodialisis 6. Dilakukan pemeriksaan phase angle dengan mengunakan BIA paska dialisis setelah 4 minggu paska modifikasi kadar natrium dialisat 3.7. Identifikasi Sampel Variabel bebas : Modifikasi Kadar Natrium Dialisat Variabel tergantung : Phase Angle sebelum dan sesudah dilakukan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat. 3.8. Definisi Operasional Penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) yaitu penyakit ginjal stadium akhir berdasarkan data dari rekam medis yang telah menjalani hemodialisis selama 3 bulan. Modifikasi Kadar Natrium Dialisat adalah suatu teknik hemodialisis dengan cara menyesuaikan kadar natrium dialisat dengan kadar natrium plasma dengan Formula : Kadar Na dialisat = Kadar Na Plasma x 0.9
Bioelectrical impedance analysis (BIA) adalah alat untuk mengukur parameter komposisi tubuh dengan prinsip perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasari pada asumsi bahwa jaringan tubuh adalah merupakan konduktor silinder ionik dimana lemak bebas ekstraseluler dan intraseluler berfungsi sebagai resistor dan kapasitor. Phase Angle (PhA) merupakan metode pengukuran secara linear berhubungan dengan resistan dan reaktan pada rangkaian seri dan paralel. 3.9. Analisis Data Seluruh data dasar seperti usia, TB, BB dan tekanan darah dilakukan tabulasi dan dideskripsikan Untuk melihat Pengaruh modifikasi Kadar Natrium Mesin Dialisis dengan phase angle digunakan Uji Paired T dan Uji Wilcoxon jika tidak berdistribusi normal. Data diolah dengan statistik komputer. 3.10. Ethical Clearence Ethical Clearence (izin untuk melakukan penelitian) diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran yang ditanda tangani oleh Prof.Dr.Sutomo Kasiman,Sp.PD.Sp.JP(K) pada tanggal 27 November 2014 dengan nomor 571/Komet/FK USU/ 2014.
3.11. Kerangka Operasional Pasien Hemodialisis reguler Sebelum Modifikasi Kadar Natrium mesin Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Modifikasi Narium Dialisat Sebelum Modifikasi Na Dialisat Sesudah Modifikasi Na Dialisat Pemeriksaan Phase Angle dengan menggunakan BIA Gambar 3.1. Kerangka Operasional
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Dasar Responden Penelitian eksperimental yang dilakukan selama periode Mei 2014 hinga Desember 2014 di ruang Instalasi Hemodialisis RSU Haji Adam Malik Medan 28 subjek penelitian dengan diagnosis penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis reguler yang bersedia ikut dalam penelitian ini. Dilakukan anamnesis pribadi mengenai riwayat penyakit sebelumnya, lama dilakukan hemodialisis, pemeriksaan tinggi dan berat badan, pemeriksaan laboratorium elektrolit serum dan dilakukan pemeriksaan phase angle. Karakteristik data dasar disajikan pada table 4.1. Pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (57,1%). Pasien terbanyak dengan diagnosis HN berjumlah 13 pasien (46,4%). Pemeriksaan terhadap tinggi badan dan berat badan menunjukkan rerata masing-masing 162,5 cm dan 60,82 kg. Reata Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien adalah 22,12 kg/m 2. Rerata lama HD pasien dalam penelitian ini adalah selama 26,75 bulan. Rerata konsentrasi natrium serum adalah 135,29 meq. Tabel 2. Karakteristik Dasar Responden Karakteristik Dasar Responden n = 28 Jenis Kelamin, n (%) Laki-laki 16 ± 57,1 Perempuan 12 ± 42,9 Diagnosis, n (%) DN 4 ± 14,3 21
GNC 4 ± 14,3 HN 13 ± 46,4 PGOI 7 ± 25 Tinggi badan, rerata (SB), cm 162,5 ± 7,58 Berat Badan, rerata (SB), kg 60,82 ± 10,46 IMT, rerata (SB), kg/m 2 22,12 ± 3,34 Lama HD, rerata (SB), bulan 26,75 ± 2,49 Natrium, rerata (SB), meq 135,29 ± 2,49 4.1.2 Perbedaan Rerata Kadar TBW, ECW, ICW dan Berat Kering antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kadar TMW, ECW, dan ICW antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat (p<0,05). Untuk parameter TBW tampak bahwa rerata sebelum modifikasi lebih tinggi yaitu 57,06 sedangkan rerata TBW setelah modifikasi adalah 53,58. Sementara itu untuk parameter ECW dan ICW terlihat peningkatan rerata. Rerata ECW sebelum modifikasi adalah 47,77 dan sesudah modifikasi dengan rerata 44,08, sedangkan rerata ICW sebelum modifikasi adalah 52,76 dan sesudah modifikasi terjadi peningkatan menjadi 55,74. Sebaliknya, tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan (p = 0,961) untuk parameter berat kering, rerata sebelum modifikasi adalah 59,64 kg dan rerata sesudah modifikasi adalah 59,68 kg.
Tabel 3. Perbedaan Rerata Kadar TBW, ECW, ICW dan Berat Kering antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Pre Modifikasi Post Modifikasi p TBW, rerata (SB) 57,06 ± 9,16 53,58 ± 4,28 0,003 a ECW, rerata (SB) 47,07 ± 7,77 44,08 ± 5,7 0,023 a ICW, rerata (SB) 52,76 ± 7,65 55,74 ± 5,65 0,028 a Berat kering, rerata (SB), kg 59,64 ± 10,55 59,68 ± 10,49 0,961 b a Wilcoxon, b Paired T test Gambar 4.1. Grafik boxplot perbedaan rerata TBW, ECW, ICW dan Berat Kering antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat
4.1.3 Perbedaan Rerata Tekanan Darah antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan tekanan darah sistolik maupun diastolik antara sebelum dan sesudah modofikasi natrium dialisat (p>0,05). Tabel 4. Perbedaan Rerata Tekanan Darah antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Pre Modifikasi Post Modifikasi p TD sistolik, rerata (SB), mmhg 148,21 ± 20,56 143,75 ± 16,76 0,316 a TD diastolik, rerata (SB), mmhg 85,71 ± 6,9 83,93 ± 4,97 0,150 b a Paired T test, b Wilcoxon Gambar 4.2. Grafik boxplot perbedaan rerata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat
4.1.4 Perbedaan Rerata PhA antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Rerata PhA sebelum modifikasi Natrium Dialisat adalah 5,8 sedangkan setelah modifikasi masih dengan rerata 5,83. Hasil analisis menggunakan uji Wicoxon menunjukkan tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan rerata PhA antara sebelum dan sesudah modifikasi (p=0,145). Tabel 5. Perbedaan Rerata PhA antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Pre Modifikasi Post Modifikasi p PhA, rerata (SB) 5,8 ± 1,93 5,83 ± 1,17 0,145* *Wilcoxon Gambar 4.3. Grafik boxplot perbedaan PhA antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat 4.2 Pembahasan Kadar natrium pada cairan dialisat memainkan peranan penting dalam refill volume darah dari kompartemen interstisial. Pengembalian volume darah dari
interstisial ke dalam kompartemen intravaskular akan rendah bila status hidrasi dari interstisial juga rendah. 12 Phase angle telah ditemukan sebagai faktor prognosis pada beberapa keadaan klinis seperti hemodialisis, infeksi, HIV, SH, PPOK, sepsis dan kanker paru. 20 Parameter phase angle merupakan indikator kesehatan sel-sel tubuh, hidrasi sel dan integritas membran sel. Penelitian pada pasien HD menunjukkan adanya hubungan positif linier antara phase dengan status nutrisi dan angka harapan hidup pasien. Nilai phase angle rendah menunjukkan ketidakmapuan sel untuk menyimpan energi dan penanda kerusakan sel. 16 Penelitian mengenai hubungan modifikasi kadar natrium dialisat dengan BIA secara keseluruhan dan hemodinamik menunjukkan bahwa dialisat rendah natrium berhubungan dengan hasil BIA yang lebih baik dan hemodinamik yang stabil. 7 Namun penelitian khsusus mencari hubungan antara modifikasi kadar natrium dialisat dan phase angle khususnya pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis reguler masih belum ada. Kemampuan phase angle memprediksi kelangsungan hidup pada pasienpasien hemodialisis mendapatkan bahwa terdapat peningkatan risiko relatif mortalitas yang signifikan pada pasien hemodialisis dengan nilai phase angle < 4 derajat. Pada pasien dengan phase angle < 3 derajat memiliki risiko relatif mortalitas dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien homodialisis yang memiliki nilai phase angle 4 derajat setelah disesuaikan (adjusted) terhadap umur, jenis kelamin, ras, albumin, kreatinin dan URR. 6 Penelitian ini menilai hubungan antara modifikasi kadar natrium dialisat dengan phase angle pasien-pasien HD reguler. Didapatkan hasil phase angle setelah modifikasi kadar natrium dialisat sedikit lebih tinggi (5,8) dibandingkan sebelum modifikasi (5,83) namun secara statistik tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan rerata PhA antara sebelum dan sesudah modifikasi (p=0,145).
Walaupun terjadi peningkatan nilai phase angle sesudah modifikasi namun peningkatan tersebut tidak signifikan dan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kepatuhan sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel penelitian tidak dikarantina sehingga peneliti tidak dapat mengontrol intake makanan dan minuman khususnya intake natrium. Begitu juga dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat-obatan baik anti hipertensi atau obat-obat lainnya. Waktu penelitian juga dianggap terlalu singkat sehingga diperkirakan memberian pengaruh terhadap hasil penelitian. Diharapkan di kemudian hari dapat dilakukan pengembangan dari penelitian ini dan dapat dilakukan pemantauan ketat intake makanan dan minuman sampel penelitian, atau dilakukan pemeriksaan kadar natrium serum setiap akan dilakukan hemodialisis. Seingga setiap akan dilakukan modifikasi kadar natrium dialisat disesuaikan dengan kadar natrium serum awal. Dari penelitian ini juga dinilai parameter BIA yang lain seperti TMW, ECW dan ICW, dimana didapati perbedaan rerata yang signifikan antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat (p<0,05). Untuk parameter TBW tampak bahwa rerata sebelum modifikasi lebih tinggi yaitu 57,06 sedangkan rerata TBW setelah modifikasi adalah 53,58. Sementara itu untuk parameter ECW dan ICW terlihat peningkatan rerata. Rerata ECW sebelum modifikasi adalah 47,77 dan sesudah modifikasi dengan rerata 44,08, sedangkan rerata ICW sebelum modifikasi adalah 52,76 dan sesudah modifikasi terjadi peningkatan menjadi 55,74. Ada beberapa kelemahan dari penelitian ini. Diantaranya jumlah sampel yang relatif kecil, penelitian hanya melibatkan satu pusat pelayanan kesehatan sehingga tidak menggambarkan kesimpulan secara menyeluruh pada pasien Penyakit Ginjal Kronis, pasien tidak dikarantina selama dilakukan penelitian sehingga peneliti sulit untuk memantau diet pasien serta waktu penelitian yang sangat singkat. Sehingga diperlukan jumlah sampel yang lebih besar dari beberapa pusat kesehatan dan waktu yang lebih lama untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menilai korelasi antara modifikasi natrium dialisat dengan phase angle pada pasien hemodialisis reguler, dimana didapatkan hasil phase angle setelah modifikasi kadar natrium dialisat adalah 5,83, sedikit lebih tinggi dibandingkan sebelum modifikasi yaitu 5,80. 5.2 Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengnai hubungan modifikasi natrium dialisat dengan phase angle khususnya dan BIA mumnya dengan skala yang lebih besar serta waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik. Sehingga nantinya modifikasi natrium dialisat dapat dianjurkan pada pasien hemodialisis reguler sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas kejadian kardiovaskuler. 28