BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 4 HASIL. Tabel 4.2. Data Profil Tekanan Darah Intradialisis Pasien Variabel Nilai Rerata (mmhg) Minimal (mmhg)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan menggunakan

Nilai Diagnostik Rerata Tekanan Darah Pre dan Post Hemodialisis pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis Kronik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB 4 HASIL. 2,3 (0,3-17,5) Jenis Kelamin Pria 62 57,4 Wanita 46 42,6

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODA PENELITIAN. Populasi terjangkau adalah murid SMP Domenico Savio dengan hipertensi dan obesitas.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang mencakup bidang Ilmu Fisiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pasien penyakit ginjal kronik ini mencakup ilmu penyakit dalam.

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2016 dan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Fisiologi dan Kedokteran Olahraga. rancangan one group pre- and post-test design.

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H 2 O hanya 10%. Karena itu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group

Universitas Sumatera Utara

MUTU(QUALITY) ADALAH KESESUAIAN DENGAN STANDAR(CONFORMANCE TO REQUIREMENTS) (CROSBY) MUTU ADALAH GAMBARAN DARI PRODUK YANG MEMENUHI KEBUTUHAN

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Olah Raga, Fisiologi Respirasi, dan Fisiologi Kardiovaskuler.

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di klinik RSUD Gunung Jati Cirebon, dengan populasi

4.10 Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Manajemen Data Analiasis Data BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

BAB V PEMBAHASAN. Ginjal Kronik dilaksanakan pada bulan November Maret 2016 dengan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan crossectional yaitu penelitian non-eksperimental dalam rangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Eksperimental dengan rancangan case control yaitu membandingkan beberapa parameter sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. 3.2. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Pengambilan sampel dilakukan mulai periode Mei 2014- Desember 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi.. 3.3. Subjek Penelitian Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik mulai periode Mei 2014- Desember 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi. 3.4. Kriteria 3.4.1. Kriteria Inklusi a. Penderita PGK dengan Hemodialisis reguler ( 3 bulan) b. Usia 17 tahun c. Kadar Na serum normal (135-155 meq/l) d. Menandatangani inform consent kesediaan mengikuti penelitian 3.4.2. Kriteria Eksklusi a. Pasien Dialisis dengan kondisi tidak stabil b. HD tidak teratur c. Mendapat obat atau bahan yang mempengaruhi kadar Natrium d. Mengalami komplikasi selama penelitian berlangsung e. Pasien yang tidak dapat ditimbang 16

3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi Penderita PGK dengan hemodialisis reguler di Rumah Sakit Haji Adam Malik. 3.5.2. Sampel Penderita PGK dengan hemodialisis reguler yang dilakukan Modifikasi kadar natrium mesin dialisis yang sesuai kriteria besar sampel. 3.5.3. Perkiraan Besar Sampel n ( Z P (1 P ) + Z ) P (1 P ) ( 1 α / 2) o o (1 β ) a a ) ( P P ) o a 2 2 Dimana: Z ( 1 α / 2) = deviat baku alpha. utk α = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96 Z ( 1 β ) = deviat baku alpha. utk β = 0,20 maka nilai baku normalnya 0842 P 0 = proporsi mortalitas pasien PGK 0,15 P a = perkiraan proporsi PGK dengan Hemodialisi yang diteliti, sebesar = 0,35 P0 P 0 = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,20 Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak minimal 24 orang. 3.6. Cara Kerja Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan untuk mengikuti penelitian. Terhadap semua subjek penelitian yang termasuk dalam penelitian dilakukan:

1. Dicatat nama, umur, jenis kelamin, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dan dilakukan pengukuran BMI 2. Dilakukan pemeriksaan phase angle dengan menggunakan BIA pre HD 3. Dilanjutkan dengan pengukuran kadar Natrium plasma Predialisis 4. Dilakukan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat sesuai kadar natrium plasma pasien dengan menggunakan Formula : a. Kadar natrium dialisat lebih rendah 5 meq/l jika kadar natrium plasma 139-140 meq/l b. Kadar natrium dialisat lebih rendah 4 meq/l jika kadar natrium plasma 137-138 meq/l c. Kadar natrium dialisat lebih rendah 3 meq/l jika kadar natrium plasma 135-136 meq/l d. Kadar natrium dialisat lebih rendah 2 meq/l jika kadar natrium plasma < 135 meq/l 5. Selanjutnya pasien menjalani hemodialisis 6. Dilakukan pemeriksaan phase angle dengan mengunakan BIA paska dialisis setelah 4 minggu paska modifikasi kadar natrium dialisat 3.7. Identifikasi Sampel Variabel bebas : Modifikasi Kadar Natrium Dialisat Variabel tergantung : Phase Angle sebelum dan sesudah dilakukan Modifikasi Kadar Natrium Dialisat. 3.8. Definisi Operasional Penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) yaitu penyakit ginjal stadium akhir berdasarkan data dari rekam medis yang telah menjalani hemodialisis selama 3 bulan. Modifikasi Kadar Natrium Dialisat adalah suatu teknik hemodialisis dengan cara menyesuaikan kadar natrium dialisat dengan kadar natrium plasma dengan Formula : Kadar Na dialisat = Kadar Na Plasma x 0.9

Bioelectrical impedance analysis (BIA) adalah alat untuk mengukur parameter komposisi tubuh dengan prinsip perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasari pada asumsi bahwa jaringan tubuh adalah merupakan konduktor silinder ionik dimana lemak bebas ekstraseluler dan intraseluler berfungsi sebagai resistor dan kapasitor. Phase Angle (PhA) merupakan metode pengukuran secara linear berhubungan dengan resistan dan reaktan pada rangkaian seri dan paralel. 3.9. Analisis Data Seluruh data dasar seperti usia, TB, BB dan tekanan darah dilakukan tabulasi dan dideskripsikan Untuk melihat Pengaruh modifikasi Kadar Natrium Mesin Dialisis dengan phase angle digunakan Uji Paired T dan Uji Wilcoxon jika tidak berdistribusi normal. Data diolah dengan statistik komputer. 3.10. Ethical Clearence Ethical Clearence (izin untuk melakukan penelitian) diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran yang ditanda tangani oleh Prof.Dr.Sutomo Kasiman,Sp.PD.Sp.JP(K) pada tanggal 27 November 2014 dengan nomor 571/Komet/FK USU/ 2014.

3.11. Kerangka Operasional Pasien Hemodialisis reguler Sebelum Modifikasi Kadar Natrium mesin Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi Modifikasi Narium Dialisat Sebelum Modifikasi Na Dialisat Sesudah Modifikasi Na Dialisat Pemeriksaan Phase Angle dengan menggunakan BIA Gambar 3.1. Kerangka Operasional

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Dasar Responden Penelitian eksperimental yang dilakukan selama periode Mei 2014 hinga Desember 2014 di ruang Instalasi Hemodialisis RSU Haji Adam Malik Medan 28 subjek penelitian dengan diagnosis penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis reguler yang bersedia ikut dalam penelitian ini. Dilakukan anamnesis pribadi mengenai riwayat penyakit sebelumnya, lama dilakukan hemodialisis, pemeriksaan tinggi dan berat badan, pemeriksaan laboratorium elektrolit serum dan dilakukan pemeriksaan phase angle. Karakteristik data dasar disajikan pada table 4.1. Pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (57,1%). Pasien terbanyak dengan diagnosis HN berjumlah 13 pasien (46,4%). Pemeriksaan terhadap tinggi badan dan berat badan menunjukkan rerata masing-masing 162,5 cm dan 60,82 kg. Reata Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien adalah 22,12 kg/m 2. Rerata lama HD pasien dalam penelitian ini adalah selama 26,75 bulan. Rerata konsentrasi natrium serum adalah 135,29 meq. Tabel 2. Karakteristik Dasar Responden Karakteristik Dasar Responden n = 28 Jenis Kelamin, n (%) Laki-laki 16 ± 57,1 Perempuan 12 ± 42,9 Diagnosis, n (%) DN 4 ± 14,3 21

GNC 4 ± 14,3 HN 13 ± 46,4 PGOI 7 ± 25 Tinggi badan, rerata (SB), cm 162,5 ± 7,58 Berat Badan, rerata (SB), kg 60,82 ± 10,46 IMT, rerata (SB), kg/m 2 22,12 ± 3,34 Lama HD, rerata (SB), bulan 26,75 ± 2,49 Natrium, rerata (SB), meq 135,29 ± 2,49 4.1.2 Perbedaan Rerata Kadar TBW, ECW, ICW dan Berat Kering antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kadar TMW, ECW, dan ICW antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat (p<0,05). Untuk parameter TBW tampak bahwa rerata sebelum modifikasi lebih tinggi yaitu 57,06 sedangkan rerata TBW setelah modifikasi adalah 53,58. Sementara itu untuk parameter ECW dan ICW terlihat peningkatan rerata. Rerata ECW sebelum modifikasi adalah 47,77 dan sesudah modifikasi dengan rerata 44,08, sedangkan rerata ICW sebelum modifikasi adalah 52,76 dan sesudah modifikasi terjadi peningkatan menjadi 55,74. Sebaliknya, tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan (p = 0,961) untuk parameter berat kering, rerata sebelum modifikasi adalah 59,64 kg dan rerata sesudah modifikasi adalah 59,68 kg.

Tabel 3. Perbedaan Rerata Kadar TBW, ECW, ICW dan Berat Kering antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Pre Modifikasi Post Modifikasi p TBW, rerata (SB) 57,06 ± 9,16 53,58 ± 4,28 0,003 a ECW, rerata (SB) 47,07 ± 7,77 44,08 ± 5,7 0,023 a ICW, rerata (SB) 52,76 ± 7,65 55,74 ± 5,65 0,028 a Berat kering, rerata (SB), kg 59,64 ± 10,55 59,68 ± 10,49 0,961 b a Wilcoxon, b Paired T test Gambar 4.1. Grafik boxplot perbedaan rerata TBW, ECW, ICW dan Berat Kering antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat

4.1.3 Perbedaan Rerata Tekanan Darah antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan tekanan darah sistolik maupun diastolik antara sebelum dan sesudah modofikasi natrium dialisat (p>0,05). Tabel 4. Perbedaan Rerata Tekanan Darah antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Pre Modifikasi Post Modifikasi p TD sistolik, rerata (SB), mmhg 148,21 ± 20,56 143,75 ± 16,76 0,316 a TD diastolik, rerata (SB), mmhg 85,71 ± 6,9 83,93 ± 4,97 0,150 b a Paired T test, b Wilcoxon Gambar 4.2. Grafik boxplot perbedaan rerata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat

4.1.4 Perbedaan Rerata PhA antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Rerata PhA sebelum modifikasi Natrium Dialisat adalah 5,8 sedangkan setelah modifikasi masih dengan rerata 5,83. Hasil analisis menggunakan uji Wicoxon menunjukkan tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan rerata PhA antara sebelum dan sesudah modifikasi (p=0,145). Tabel 5. Perbedaan Rerata PhA antara Sebelum dan Sesudah Modifikasi Natrium Dialisat Pre Modifikasi Post Modifikasi p PhA, rerata (SB) 5,8 ± 1,93 5,83 ± 1,17 0,145* *Wilcoxon Gambar 4.3. Grafik boxplot perbedaan PhA antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat 4.2 Pembahasan Kadar natrium pada cairan dialisat memainkan peranan penting dalam refill volume darah dari kompartemen interstisial. Pengembalian volume darah dari

interstisial ke dalam kompartemen intravaskular akan rendah bila status hidrasi dari interstisial juga rendah. 12 Phase angle telah ditemukan sebagai faktor prognosis pada beberapa keadaan klinis seperti hemodialisis, infeksi, HIV, SH, PPOK, sepsis dan kanker paru. 20 Parameter phase angle merupakan indikator kesehatan sel-sel tubuh, hidrasi sel dan integritas membran sel. Penelitian pada pasien HD menunjukkan adanya hubungan positif linier antara phase dengan status nutrisi dan angka harapan hidup pasien. Nilai phase angle rendah menunjukkan ketidakmapuan sel untuk menyimpan energi dan penanda kerusakan sel. 16 Penelitian mengenai hubungan modifikasi kadar natrium dialisat dengan BIA secara keseluruhan dan hemodinamik menunjukkan bahwa dialisat rendah natrium berhubungan dengan hasil BIA yang lebih baik dan hemodinamik yang stabil. 7 Namun penelitian khsusus mencari hubungan antara modifikasi kadar natrium dialisat dan phase angle khususnya pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis reguler masih belum ada. Kemampuan phase angle memprediksi kelangsungan hidup pada pasienpasien hemodialisis mendapatkan bahwa terdapat peningkatan risiko relatif mortalitas yang signifikan pada pasien hemodialisis dengan nilai phase angle < 4 derajat. Pada pasien dengan phase angle < 3 derajat memiliki risiko relatif mortalitas dua kali lipat bila dibandingkan dengan pasien homodialisis yang memiliki nilai phase angle 4 derajat setelah disesuaikan (adjusted) terhadap umur, jenis kelamin, ras, albumin, kreatinin dan URR. 6 Penelitian ini menilai hubungan antara modifikasi kadar natrium dialisat dengan phase angle pasien-pasien HD reguler. Didapatkan hasil phase angle setelah modifikasi kadar natrium dialisat sedikit lebih tinggi (5,8) dibandingkan sebelum modifikasi (5,83) namun secara statistik tidak ditemukan perbedaan rerata yang signifikan rerata PhA antara sebelum dan sesudah modifikasi (p=0,145).

Walaupun terjadi peningkatan nilai phase angle sesudah modifikasi namun peningkatan tersebut tidak signifikan dan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti kepatuhan sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel penelitian tidak dikarantina sehingga peneliti tidak dapat mengontrol intake makanan dan minuman khususnya intake natrium. Begitu juga dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat-obatan baik anti hipertensi atau obat-obat lainnya. Waktu penelitian juga dianggap terlalu singkat sehingga diperkirakan memberian pengaruh terhadap hasil penelitian. Diharapkan di kemudian hari dapat dilakukan pengembangan dari penelitian ini dan dapat dilakukan pemantauan ketat intake makanan dan minuman sampel penelitian, atau dilakukan pemeriksaan kadar natrium serum setiap akan dilakukan hemodialisis. Seingga setiap akan dilakukan modifikasi kadar natrium dialisat disesuaikan dengan kadar natrium serum awal. Dari penelitian ini juga dinilai parameter BIA yang lain seperti TMW, ECW dan ICW, dimana didapati perbedaan rerata yang signifikan antara sebelum dan sesudah modifikasi natrium dialisat (p<0,05). Untuk parameter TBW tampak bahwa rerata sebelum modifikasi lebih tinggi yaitu 57,06 sedangkan rerata TBW setelah modifikasi adalah 53,58. Sementara itu untuk parameter ECW dan ICW terlihat peningkatan rerata. Rerata ECW sebelum modifikasi adalah 47,77 dan sesudah modifikasi dengan rerata 44,08, sedangkan rerata ICW sebelum modifikasi adalah 52,76 dan sesudah modifikasi terjadi peningkatan menjadi 55,74. Ada beberapa kelemahan dari penelitian ini. Diantaranya jumlah sampel yang relatif kecil, penelitian hanya melibatkan satu pusat pelayanan kesehatan sehingga tidak menggambarkan kesimpulan secara menyeluruh pada pasien Penyakit Ginjal Kronis, pasien tidak dikarantina selama dilakukan penelitian sehingga peneliti sulit untuk memantau diet pasien serta waktu penelitian yang sangat singkat. Sehingga diperlukan jumlah sampel yang lebih besar dari beberapa pusat kesehatan dan waktu yang lebih lama untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menilai korelasi antara modifikasi natrium dialisat dengan phase angle pada pasien hemodialisis reguler, dimana didapatkan hasil phase angle setelah modifikasi kadar natrium dialisat adalah 5,83, sedikit lebih tinggi dibandingkan sebelum modifikasi yaitu 5,80. 5.2 Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengnai hubungan modifikasi natrium dialisat dengan phase angle khususnya dan BIA mumnya dengan skala yang lebih besar serta waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik. Sehingga nantinya modifikasi natrium dialisat dapat dianjurkan pada pasien hemodialisis reguler sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas kejadian kardiovaskuler. 28