BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi penelitian Penelitian dilakukan pada kebun percobaan milik Badan Pertanahan Nasional yang terletak di desa Setu, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis daerah penelitian terletak pada 6 0.27.00 dan 6 0.28.00 Lintang Selatan, serta 106 0.28.00 sampai 106 0.29.00. Lokasi penelitian memiliki luas 43,3 hektar dengan ketinggian + 150 meter diatas permukaan laut. Batas wilayah darah penelitian sebelah utara dibatasi oleh desa Cikopomayak, sebelah selatan dibatasi oleh desa Barengkok, sebelah timur dibatasi oleh desa Sipak dan sebelah barat dibatasi oleh desa Pamagersari. Daerah Penelitian Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian dan Sekitarnya
4.2 Formasi Geologi dan Bahan Induk Berdasarkan peta geologi lembar Serang dan Jakarta, daerah penelitian termasuk ke dalam formasi Bojongmanik (Tmb) yang mempunyai susunan terdiri dari perselingan batu pasir dan batu liat dengan sisipan batu gamping dan formasi ini berumur miosen. Peta Geologi Lokasi Penelitian dan Sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil pengamatan di lapang menunjukkan adanya indikasi bahwa batu liat dan batu gamping merupakan bahan induk tanah di lokasi ini. Selain kedua bahan tersebut sebagian tanah berkembang dari bahan induk volkan. Hal ini terjadi pada bagian-bagian dimana batu liat atau batu gamping tertutup oleh hasil erupsi dari volkan. Pada lembar Serang, formasi Bojongmanik (Tmb) ini tertindih oleh tufa batu apung dan breksi andesit formasi Genteng (Tpg). Sedangkan pada lembar Jakarta, formasi Bojongmanik (Tmb) ini tertindih oleh breksi, tuf breksi dan tuf batu apung oleh formasi Batu Gunung Api Muda (Qv). 4.3 Vegetasi dan Penggunaan lahan Penggunaan lahan di lokasi penelitian diantaranya adalah sebagai kebun percobaan, lahan yang pengusahaan dan lahan yang diberakan. Adapun jenis tanaman yang terdaat di lokasi penelitian adalah sengon (Paracereanthes falcataria), Mangium (Acacia mangium wild), pepaya (Carica papaya, Linn), karet (Havea brasiliensis), singkong (Manihot esculenta), pisang (Musa sp.), ubi (Ipomea batatas), Rumpia (Metroxylon sagu) dan beberapa tanaman sayuran lainnya. Lainnya merupakan lahan yang diberakan yaitu lahan yang sudah dibersihkan, dan lahan yang masih ditumbuhi oleh alang-alang dan semak belukar.
Gambar 5. Peta Geologi Lokasi Penelitian dan Sekitarnya
4.4 Iklim Faktor iklim yang berpengaruh besar pada pembentukan tanah di daerah tropika adalah suhu dan curah hujan. Data curah hujan daerah penelitian diambil dari Stasiun Pengamat Perkebunan Jasinga, Desa Setu. Sedangkan data suhu udara diambil dari Stasiun Pengamat Klimatologi Darmaga Bogor, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Curah Hujan, Suhu Tanah dan Suhu udara Rata-rata Bulanan Tahun 2004 2008 Suhu Udara ( 0 C) b Suhu Tanah Curah Hujan Bulan maksimum minimum Rata-rata Rata-rata ( 0 C) c Rata-rata ( 0 C) a Januari 30.6 22.5 25.5 28.0 348.8 Februari 29.9 22.7 25.1 27.6 284.4 Maret 31.1 22.8 25.7 28.2 236.1 April 31.8 22.9 25.9 28.4 267.6 Mei 31.8 22.8 26.1 28.6 168.7 Juni 31.5 22.2 25.6 28.1 189.6 Juli 31.7 21.7 25.6 28.1 81.75 Agustus 31.9 21.5 25.5 28.0 63.5 September 32.8 21.7 25.9 28.4 117.3 Oktober 32.8 22.3 26.1 28.6 205.9 November 32.0 22.7 26.0 28.5 233.3 Desember 30.6 22.8 25.6 28.1 282.9 Rata-rata Tahunan 31.5 22.4 25.7 28.2 2479,9 Keterangan : a. Dihitung dari hasil pengamatan stasiun Perkebunan Jasinga dari tahun 2004-2008 b. Dihitung dari hasil pengamatan stasiun Klimatologi Darmaga Bogor dari tahun 2004-2008 c. Didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan perhitungan Van Wambeke (1982, dalam Hardjowigeno, 1993) Jumlah curah hujan rata-rata tahunan di lokasi penelitian tergolong tinggi dengan nilai rata-rata tahunan mencapai 2479,9 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai rata-rata 348,8 mm/tahun dan terendah terjadi pada bulan Agustus rata-rata 63,5 mm/tahun. Berdasarkan klasifikasi Oldeman, lokasi penelitian tergolong tipe B2 dengan jumlah bulan basah (>200 mm/bln) selama 7
bulan terjadi pada bulan Oktober sampai April dan bulan kering (<100 mm/bln) selama 2 bulan terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Dengan sebaran curah hujan yang demikian maka tanah cenderung lembab sepanjang tahun - tidak akan mengalami kekeringan selama > 90 hari secara kumulatif. Oleh karena itu regim kelembaban tanah di lokasi penelitian tergolong regim kelembaban udik. Suhu udara di lokasi penelitian tidak terlalu bervariasi dari bulan ke bulan. Perbedaan rata-rata suhu minimum dan suhu maksimum bulanan tidak terlalu besar. Suhu rata-rata minimum sebesar 21,5 0 C terjadi pada bulan Agustus dan suhu ratarata maksimum sebesar 32,8 0 C terjadi pada bulan September dan Oktober. Berdasarkan suhu udara tersebut maka dapat diduga suhu tanah melalui model pendekatan yang dikemukakan oleh Wambeke (1982; dalam Hardjowigeno, 1993). Detail metode pendugaan suhu tanah disajikan pada Lampiran 4. Hasil pendugaan suhu tanah dapat dilihat pada Tabel 2. Suhu tanah rata-rata tahunan lokasi penelitian sebesar 28,3 0 C. Variasi suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin adalah 3,0 0 C atau kurang dari 5,0 0 C sehingga regim temperatur tanah pada lokasi penelitian tergolong isohiperthermik. 4.5 Topografi Dari hasil pengkelasan lereng dari peta kontur, lokasi penelitian memiliki kelas lereng datar hingga sangat curam. Dimana lokasi penelitian lebih didominasi oleh lereng landai. Kelas dan persentse kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kelas dan Persentase Kemiringan Lereng Kemiringan Simbol Nama Luas (Ha) Jumlah (%) (%) A B C D E F 0-3 3-8 8-15 15-25 25-40 >40 Datar Agak landai Landai Agak curam Curam Sangat curam 3.9 11.8 13.9 10.7 2.5 0.5 9.00 27.16 32.14 24.78 5.69 1.23 Total 43.3 100.00