BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan ekonomi, profesi akuntan publik sangat berperan penting dalam dunia bisnis. Profesi akuntan publik memiliki tempat yang istimewah karena hampir dibutuhkan oleh organisasi apapun, baik perusahaan swasta, BUMN/BUMD, perusahaan multinasional, perusahaan asing, pemerintahan dan organisasi nirlaba. Adanya, tuntutan sekarang ini, untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemakai eksternal maupun internal menjadikan profesi akuntan publik banyak dibutuhkan oleh para pelaku bisnis. Perusahaan sangat membutuhkan akuntan untuk membuat laporan keuangan secara sistematis dan detail. Dimana laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sarana untuk memenuhi akuntabilitas yang dituntut oleh para pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Menurut Halim (2015:62), Perusahaan yang laporan keuangannya telah diaudit oleh auditor independen dan diberi pendapat wajar tanpa pengecualian mempunyai keuntungan ekonomis. Untuk membuat percaya klien, maka auditor harus menghasilkan kualitas audit yang baik. Audit dapat dikatakan berkualitas 1
apabila auditor menggunakan standar auditing. Dimana standar auditing ini merupakan suatu kaidah agar mutu auditing dapat tercapai. Standar auditing terdiri atas tiga bagian yaitu mengatur tentang mutu profesional auditor independen atau persyaratan pribadi auditor, mengatur mengenai pertimbanganpertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan audit dan mengatur tentang pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit. Dengan semakin dibutuhkannya akuntan publik, menjadikan seorang akuntan publik dituntut untuk mampu bertindak secara profesional sesuai dengan etika profesional audit integritas, independen, dan profesionalisme merupakan suatu keharusan yang dimiliki oleh seorang auditor dalam menjalankan setiap tugasnya. Seiring dengan berkembangnya, ada saja jasa akuntan publik yang tidak mematuhi kode etik akuntan publik. Dimana kebanyakan dari mereka sudah tidak independen lagi dalam melakukan tugasnya. Mereka cenderung bekerja sama dengan kliennya untuk memenuhi kepentingan dari pihak kliennya itu sendiri seperti kasus bangkrutnya perusahaan besar di Amerika yaitu, Lehman Brothers yang turut menyeret KAP Ernst & Young yang diduga bahwa KAP Ernst & Young mengetahui bahwa Lehman Brothers menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 milliar dollar AS dan mengetahui bahwa para eksekutif dari Lehman Brothers salah melakukan penilaian bisnis untuk memanipulasi neraca perusahaan tetapi KAP Ernst & Young tetap mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian sehingga tidak terdeteksi adanya krisis di 2
dalam perusahaan tersebut. KAP Ernst & Young mengeluarkan hasil audit palsu atas laporan keuangan Lehman Brothers. Selain itu ada lagi beberapa kasus kualitas audit seperti pada kasus KAP Arthur Anderson dan Enron pada tahun 2001 yang menyebabkan Enron mengalami kebangkrutan. Dimana KAP Arthur Anderson tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sebagai KAP dan tidak berprilaku profesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data. Untuk itu spesialisasi auditor sangat berpengaruh terhadap kualitas audit. Di Indonesia juga terjadi kasus seperti, adanya kolusi dari KAP dengan klien dalam rangka untuk meloloskan mereka untuk go publik. Pada kasus PT Telkom yang melibatkan KAP Haryanto Sahari yang melakukan penolakan atas izin audit sebagai first layer yaitu acuan dalam melakukan audit lanjutan oleh second layer yaitu KAP Eddy Pianto. Penolakan izin tersebut membuat KAP Eddy Pianto kesulitan dalam mendapatkan opini hasil keuangan sebelumnya baik hasil audit keuangan holding perseroan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk maupun hasil audit anak perusahaannya yaitu PT Telekomunikasi Selular. Karena kesulitan mendapatkan opini hasil keuangan sebelumnya membuat berlarutlarutnya audit padahal waktu untuk penyerahan laporan keuangan oleh Bapepam dan SEC. Dengan terjadinya pengunduran hasil laporan menimbulkan kerugian yaitu indeks harga saham gabungan merosot dan merugikan negara. Dari kasus ini dapat diketahui bahwa lamanya masa audit atau perikatan auditor akan berpengaruh terhadap kualitas audit. 3
Selain itu, kasus pada Kimia Farma dan Bank Lippo dengan melibatkan kantor-kantor akuntan yang selama ini diyakini memiliki kualitas audit tinggi. Kasus Kimia Farma dan Bank Lippo juga berawal dari terdeteksinya manipulasi dalam laporan keuangan. Oleh sebab itu, dikeluarkan kebijakan baru tentang peraturan pengauditan di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.05/2002 dan No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 tahun dan rotasi KAP setiap 6 tahun. Menurut Athoi (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI, yang menguji pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit terhadap kualitas audit dengan metode analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variable Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Spesialisasi Audit tidak berpengaruh singnifikan terhadap kualitas audit. Menurut Dalimunthe (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Auditor Industry Specialization, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, yang menguji dengan metode purposive sampling. Alat analisis data yang digunakan yaitu dengan bantuan program komputer SPSS Versi 16. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan 4
signifikan antara auditor spesialis industry dengan kualitas audit, terdapat hubungan positif tetapi tidak signifikan antara audit tenure dengan kualitas audit, terdapat hubungan positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan kualitas audit dan terdapat hubungan positif tetapi tidak signifikan antara independensi auditor dengan kualitas audit. Menurut Astuti, Windi (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penagaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia, yang menguji dengan metode analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Tenure, Ukuran KAP, dan Rotasi Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran Perusahaan Klien berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap kualitas audit. Menurut Sartika (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013) dengan menggunakan metode regresi logistik (logistic regression). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress dan Independensi Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah audit 5
tenure, audit fee, audit switching, audit capacity strees, ukuran perusahaan, rotasi auditor, spesialisasi auditor, indepedensi komite, ukuran KAP dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan, masalah kasus audit dan penelitian yang berkaitan dengan kualitas audit, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang nantinya akan dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor dan Spesialisasi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah penelitian : Apakah terdapat pengaruh Audit Tenure, Audit fee, Rotasi Audior dan Spesialisasi Auditor terhadap kualitas audit pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial dan simultan? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Rotasi Auditor dan Spesialisasi Auditor secara parsial terhadap Kualitas Audit pada 6
Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara parsial dan simultan. 1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya mengenai audit laporan keuangan. 2. Bagi Auditor, membantu dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit, dengan mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan mempengaruhi kualitas audit. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dalam melakukan penelitian sejenis dengan memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai kualitas audit dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. 7