1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi berasal dari bahasa belanda yaitu Verzekering atau Assurantie yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu obyek dari ancaman bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. 1 Menurut Sula, Muhammad Syakir 2 konsep asuransi (konvensional) adalah konsep untuk mengurangi risiko peserta asuransi atau tertanggung kepada perusahaan asuransi atau penanggung melalui suatu perjanjian atau polis. Tertanggung membayar sejumlah premi sebagai tanda perikatan, dan penanggung berjanji membayar ganti rugi sekiranya terjadi suatu peristiwa yang diperjanjikan dalam polis asuransi. Definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, yang memberikan pengertian asuransi adalah sebagai berikut: Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis (tertanggung) yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertangung karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti. Selain itu, penerimaan premi juga sebagai imbalan untuk memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung, atau pembayaran yang didasarkan pada 1 Abdul Kadir Muhammad, 2015, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 5. 2 Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dan Sistem Operasional, Gema Insani, Jakarta, hlm. 295
2 hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya didasarkan pada hasil pengelolaan dana. 3 Secara khusus, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian juga mengatur mengenai pelaksanaan asuransi berdasarkan prinsip syariah di Indonesia. Asuransi syariah merupakan bisnis dalam mengelola risiko agar dapat diminimalisir serendah mungkin. Risiko kerugian tersebut akan terasa ringan apabila ditanggung bersama-sama oleh semua peserta asuransi. Sebaliknya, apabila risiko kerugian hanya ditanggung sendiri, maka akan terasa sangat berat bagi pemilik risiko tersebut. 4 Pengelolaan risiko dalam asuransi syariah harus didasarkan pada prinsip tolong menolong (ta awun) dengan mekanisme saling menanggung risiko (sharing of risk) antar peserta dan perusahaan asuransi syariah. Pengertian Asuransi Syariah dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian adalah sebagai berikut : Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian diantara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan melindungi dengan cara yaitu Pertama, memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadi suatu peristiwa yang tidak pasti. Kedua, memberikan pembayaran yang didasarkan kepada meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana. 5 3 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 4 Wirdyaningsih, 2007, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media, Cetakan Ke3, Jakarta, hlm. 193. 5 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
3 Berdasarkan pengertian asuransi syariah tersebut, menunjukkan adanya perbedaan antara konsep asuransi syariah dan asuransi konvensional, dimana pengelolaan kontribusi dalam asuransi syariah didasarkan pada prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perasuransian berdasarkan pada fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI). 6 Khusus untuk asuransi syariah telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Fatwa ini mengatur bahwa akad yang sesuai dengan prinsip syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur penipuan (gharar), perjudian (maysir), riba, penganiayaan (zhulm), suap (risywah), barang haram dan maksiat. Selanjutnya, yang dimaksud akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah. 7 Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tijarah dan/atau akad tabarru. 8 Asuransi syariah dalam tataran praktis telah diatur melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. Peraturan ini mengatur bahwa polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tijarah dan 6 Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 7 Pasal 1 Angka 30 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 8 Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
4 akad tabarru. 9 Akad tijarah adalah akad antara peserta secara kolektif atau secara individu dan perusahaan dengan tujuan komersial. 10 Sementara akad tabarru adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu peserta kepada dana tabarru untuk tujuan tolong-menolong diantara para peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial. 11 Akad tabarru wajib memuat sekurangkurannya mengenai kesepakatan para peserta asuransi untuk saling tolong menolong, hak dan kewajiban peserta, cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan atau klaim, ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh peserta, ketentuan mengenai alternatif dan presentase pembagian surplus underwriting. 12 Ketentuan mengenai polis asuransi syariah juga diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi. Peraturan ini menyebutkan bahwa polis asuransi pada produk asuransi dengan prinsip syariah harus memuat ketentuan sebagai berikut : 13 1. Jenis akad yang digunakan. 2. Hak dan kewajiban dan wewenang para pihak berdasarkan akad yang disepakati. 3. Besar kontribusi yang dialokasikan kedalam dana tabarru, ujrah dan dana investasi. 9 Pasal 54 Ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 10 Pasal 1 Angka 32 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 11 Pasal 1 Angka 31 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 12 Pasal 56 Ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 13 Pasal 12 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi.
5 4. Besar, waktu dan cara pembayaran bagi hasil investasi dalam hal produk asuransi menggunakan akad mudharabah atau mudharabah musytarakah. 5. Alokasi penggunaan surplus underwriting untuk dana tabarru, dana peserta, dan dana perusahaan. 6. Pemberian qardh oleh perusahaan dalam hal dana tabarru tidak cukup untuk membayar manfaat asuransi. Dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dimaksud, maka Otoritas Jasa Keuangan dapat memerintakan perusahaan untuk memberhentikan pemasaran produk asuransi tersebut, 14 dan apabila tidak dipatuhi maka perusahaan juga dapat dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, denda, kewajiban bagi direksi untuk menjalani penilaian kemampuan dan kepatutan ulang, pembatasan kegiatan usaha dan pencabutan izin usaha. 15 Berdasarkan hal tersebut, maka seluruh perusahaan asuransi berdasarkan prinsip syariah dan perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit syariah harus mematuhi ketentuan mengenai polis atau akad dimaksud. PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah atau yang dikenal dengan Asuransi Jasindo Syariah adalah salah satu perusahaan asuransi yang bergerak di bidang usaha asuransi kerugian dengan prinsip syariah, yang didirikan pada tanggal 27 Januari 2016. Perusahaan asuransi ini merupakan hasil Spin Off atau pemisahaan unit usaha syariah dari PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) berdasarkan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan No. KEP-22/D.05/2016 tertanggal 30 Maret 2016 tentang Pemberian Izin Usaha di Bidang Asuransi Umum 14 Pasal 57 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi. 15 Pasal 60 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi..
6 dengan Prinsip Syariah kepada PT.Asuransi Jasa Indonesia Syariah. Kegiatan Asuransi Jasindo Syariah dalam bidang asuransi kerugian meliputi pertanggungan langsung seperti kebakaran, pengangkutan, kendaraan, engineering, dan kecelakaan diri. 16 PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah memiliki kantor pusat yang beralamat di Gedung Graha MR-21 Lantai 10, Jl. Menteng Raya No.21 Jakarta Pusat, DKI Jakarta. Jaringan dan operasional Asuransi Jasindo Syariah melalui 40 kantor cabang, 36 kantor penjualan yang tersebar diseluruh Indonesia. Pemisahan unit syariah atau yang dikenal Spin off ini dilakukan untuk mengembangkan ekspansi asuransi syariah dan menjadi role model dalam bisnis asuransi umum syariah di Indonesia. Secara umum produk yang dimiliki untuk ditawarkan kepada konsumen Asuransi Jasindo Syariah adalah produk asuransi umum, produk bundling dan produk mikro syariah. Dalam produk mikro syariah, terdapat jenis asuransi kecelakaan diri selama dalam perjalanan wisata liburan, wisata religi, dan perjalanan Ibadah Haji (Mikro Safar). 17 Produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji merupakan produk asuransi unggulan dari PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah yang dinilai sangat potensial untuk ditawarkan kepada masyarakat Indonesia. 18 Produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji adalah produk asuransi yang memberikan manfaat perlindungan terhadap risiko kerugian perjalanan Ibadah Haji seperti kecelakaan yang mengakibatkan kematian, biaya perawatan akibat kecelakaan, 16 Company Profile, PT.Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 17 Ibid. 18 Utomo Wahyu, Jasindo Syariah Spin off, diakses dari www.bumninsight.co.id/insight/ korporasi/jasindo-syariah-spin-off, Tanggal 13 Februari 2017.
7 kehilangan bagasi pribadi, kehilangan dokumen perjalanan, pembatalan perjalanan, serta santunan untuk kebongkaran atau kebakaran rumah yang ditinggalkan saat melakukan perjalanan Ibadah Haji. 19 Perbedaan asuransi kecelakaan diri pada perjalanan wisata dan asuransi kecelakaan diri pada perjalanan Ibadah Haji tentunya pada niatan peserta asuransi yang menginginkan agar Ibadah Hajinya dapat diterima dan menjadi Haji yang mabrur, dengan segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan telah sesuai dengan perintah Al-Qur an dan As-sunnah. Sebagai salah satu bentuk asuransi, produk asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji yang ditawarkan oleh PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah harus memperhatikan ketentuan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji yang mengatur mengenai hukum dan mekanisme asuransi haji. Secara khusus, fatwa ini mengatur bahwa asuransi haji harus didasarkan pada prinsip syariah yang bersifat tolong-menolong (ta awuni) antara sesama jama ah haji dan tidak dibenarkan jika menggunakan sistem asuransi konvensional. 20 Akad asuransi haji adalah akad tabarru yang dilakukan antara jama ah haji sebagai pemberi dana tabarru dengan perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dana tabarru. 21 Sifat ta awuni dan akad tabarru adalah prinsip dasar dalam asuransi syariah. Apabila dikaitkan dengan produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji milik Asuransi Jasindo syariah maka produk asuransi tersebut harus sesuai dengan prinsip syariah. 19 Company Profile, PT.Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 20 Fatwa DSN MUI No.39/DSN-MUI/X/2002 tentang Asuransi Haji. 21 Ibid.
8 Dana tabarru merupakan kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para peserta yang mekanisme penggunaanya sesuai dengan akad tabarru atau perjanjian asuransi syariah. 22 Peserta asuransi mempunyai hak untuk mendapatkan dana tabarru jika terjadi suatu peristiwa kerugian, sementara perusahaan asuransi sebagai pengelola dana berkewajiban membayarkan (klaim) kepada peserta asuransi. 23 Klaim adalah suatu proses dengan mana peserta asuransi dapat memperoleh hak-haknya berdasarkan perjanjian asuransi disepakati bersama antara peserta dan perusahaan asuransi. 24 Oleh karena itu, perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola dana tabarru wajib untuk melakukan penyelesaian/ pembayaran klaim secara cepat, sederhana, mudah diakses dan adil. 25 Pengaturan terhadap ketentuan yang harus dimuat dalam polis asuransi syariah sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tersebut harus diterapkan dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. Polis asuransi dimaksud harus dipastikan telah memenuhi prinsip-prinsip syariah dan ketentuan penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji telah sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini kemudian menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas dan penulis akan menganalisis bagaimana penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri 22 Pasal 1 Angka 26 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah. 23 AM. Hasan Ali, 2005, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, Cetekan kedua, Prenada Media, Jakarta, hlm. 127. 24 Muhammad Syakir Sula, Op.Cit., hlm. 259. 25 Pasal 36 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 69/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi Syariah.
9 perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah dan bagaimana ketentuan mengenai penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji tersebut, dalam penulisan tesis yang berjudul : Analisis Yuridis Prinsip Syariah dalam Polis Asuransi Kecelakaan Diri Perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah? 2. Bagaimana ketentuan mengenai penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji tersebut? C. Tujuan Penelitian Bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah 2. Untuk menganalisis ketentuan mengenai penyelesaian klaim dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah.
10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum di Indonesia, terutama mengenai penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji serta dapat menjadi acuan bagi para civitas akademika untuk mempelajari keilmuan di bidang hukum asuransi khususnya asuransi syariah. 2. Manfaat Praktis Penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat mengenai penerapan prinsip syariah dalam produk asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia. Selain itu, penelitian yang dilakukan dapat digunakan sebagai gambaran dan bahan pertimbangan bagi PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah untuk mengatasi permasalahan terkait penerapan prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan Ibadah Haji. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran peneliti maka peneliti menemukan beberapa penelitian yang hampir serupa tetapi tidak sama dengan penelitian yang peneliti lakukan diantaranya sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Romly Cahyadin dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Penelitian ini dalam bentuk tesis yang
11 dilakukan pada tahun 2010 dengan judul : Analisis Perjanjian Dengan Prinsip Syariah Dalam Produk Asuransi Sehat Mubarakah Pada PT. Asuransi Syariah Mubarakah di Kantor Cabang Yogyakarta. Kemudian masalah yang diangkat dalam penelitian yaitu bagaimana bentuk penerapan prinsip-prinsip syariah dalam perjanjian polis oleh PT. Asuransi Syariah Mubarakah dalam produk Asuransi Sehat Mubarakah dan bagaimana penyelesaian terhadap proses klaim dari pihak peserta Asuransi Syariah Mubarakah. Tesis tersebut memiliki kemiripan topik dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terkait asuransi dengan prinsip syariah, namun terdapat perbedaan yaitu dalam penelitian tesis diatas lebih menjelaskan bidang asuransi sehat mubarakah dan dalam lokasi penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk menganalisis prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Deasita Diah Susanti dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Penelitian ini dalam bentuk tesis yang dilakukan pada tahun 2011 dengan judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Asuransi Jiwa Syariah Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini mengambil masalah yaitu apakah ketentuan asuransi yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang- Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
12 tentang Usaha Perasuransian juga berlaku dan digunakan dalam perjanjian asuransi jiwa dengan prinsip syariah. Bagaimana isi perjanjian asuransi jiwa syariah pada PT. Asuransi Takaful Keluarga ditinjau dari aspek ketentuan klausula baku yang diatur dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan permasalahan hukum apa saja yang mungkin timbul dalam perjanjian asuransi jiwa syariah dan bagaimana penyelesaiannya pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Tesis tersebut memiliki kemiripan topik dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu terkait asuransi dengan prinsip syariah, namun terdapat perbedaan yaitu dalam penelitian tesis diatas membahas perjanjian asuransi jiwa syariah yang ditinjau dalam Pasal 18 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sementara penelitian yang penulis lakukan membahas mengenai prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Desiana Puja Astuti dari fakultas syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penelitian ini dalam bentuk skripsi yag dilakukan pada tahun 2010 dengan judul : Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia. Dalam penelitian ini masalah yang diangkat yaitu bagaimana penerapan prinsip syariah dalam mekanisme
13 operasional pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia dan adakah perbedaan antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia dalam menerapkan prinsip syariah pada mekanisme operasionalnya. Skripsi tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, dalam penelitian skripsi diatas melakukan perbandingan pada ruang lingkup usaha asuransi jiwa syariah dengan melakukan perbandingan kegiatan operasional pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia. Sementara penelitian yang penulis lakukan yaitu dalam ruang lingkup usaha asuransi umum syariah khususnya mengkaji prinsip syariah dalam polis asuransi kecelakaan diri perjalanan ibadah haji di PT. Asuransi Jasa Indonesia Syariah.