JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: )

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : Pendidikan Gizi, Pengetahuan Gizi, Tingkat Kecukupan Gizi, Anemia, Remaja Daftar bacaan : 91 ( )

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

Mahasiswa Bagian Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro **)

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

EFEKTIFITAS PELATIHAN PENCEGAHAN GIZI BURUK BALITA PADA PEER EDUCATOR UNTUK MENINGKATAN PENGETAHUAN KELOMPOK DASAWISMA DI PUSKESMAS BATURRADEN I.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI NARAPIDANA UMUM (Studi di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang Tahun 2016)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. balita, anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, makanan yang memenuhi syarat

BAB IV METODE PENELITIAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Dahlia Indah Amareta Jurusan Kesehatan, Prodi Gizi Klinik, Politeknik Negeri Jember ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

-LATAR BELAKANG- Akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Upaya pemerintah: suplementasi zat besi

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Pada usia sekolah dasar

Hanna Mutiara, Susi Susanti, Anggraeni Janar Wulan, Tri Umiana Sholeha. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. terhadap pengetahuan ibu tentang pola makan balita di Desa Sambirejo,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KOMIK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI DAN DAYA TERIMA PADA REMAJA PUTRI

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI METODE PEER EDUCATOR TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU REMAJA PUTRI PADA PENCEGAHAN ANEMIA DEFISIENSI BESI DI KOTA SEMARANG (Studi di 2 SMK Negeri Kota Semarang) ABSTRAK Lu lu atul Khodijah*), S.A Nugraheni**), Apoina Kartini**) *)Mahasiswa Peminatan Gizi FKM UNDIP **)Dosen Bagian Gizi FKM UNDIP e-mail: hello.khodijah@gmail.com Masalah gizi remaja putri yang masih banyak terjadi di Indonesia yaitu anemia defisiensi besi. Penderita anemia defisiensi besi terbanyak adalah remaja putri berusia 16-18 tahun yang mayoritas merupakan siswa di sekolah. Pencegahan terfokus pada ibu hamil. Sedangkan remaja putri yang nantinya mengalami kehamilan belum diberikan intervensi yang tepat. Pendidikan gizi diperlukan untuk mencegah permasalahant. Metode Peer Educator dipilih karena peran teman dekat bagi remaja sangat besar dalam perubahan perilaku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi metode Peer Educator pada perubahan perilaku pencegahan anemia remaja putri. Jenis penelitian adalah Quasy Experimental dengan desain Pre-Post Control Group. Sampel yang digunakan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 40 siswi. Pengambilan dengan teknik purposive sampling. Pada kelompok intervensi diberikan pendidikan gizi metode Peer Education selama satu minggu. Analisis data menggunakan Mann Whitney, Wilcoxon Signed Rank Test, Paired T-Test, dan Chi Square. Uji beda kondisi awal dua kelompok tidak ada perbedaan pengetahuan (p=0,128), sikap (p=0,914) serta praktik (p=0,863). Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pengetahuan sebesar 1.98±1.915, sikap 2.35±1.777 serta praktik 4.88±11.472 pada kelompok intervensi. Saran penelitian setiap sekolah memiliki kegiatan Peer Educator yang membahas mengenai kesehatan pada remaja. Kata kunci: Pendidikan Gizi, Peer Educator, Perubahan Perilaku, Anemia Defisiensi Besi, Remaja Putri Daftar bacaan: 80 (1989-2017) PENDAHULUAN Masa remaja merupakan tahapan dimana seseorang berada di antara fase anak dan dewasa dengan banyak perubahan yang terjadi, diantaranya perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. 1 Remaja adalah penduduk yang berada dalam rentang usia 10 19 tahun. Pada remaja, masalah gizi yang biasa dijumpai diantaranya anemia, obesitas, kekurangan energi kronis (KEK), serta perilaku makan menyimpang seperti anoreksia nervosa dan bulimia. 2 Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari nilai normal. Kadar Hb normal 12 gr%, untuk dewasa laki-laki 13gr% dan 12 gr% untuk dewasa perempuan. Pada tahun 2012 remaja putri prevalensi anemia mencapai 75,9%. Di tahun yang sama di Jawa Tengah, remaja yang mengalami anemia Comment [lulukho2]: 1.POLA KONSUMSI (FAKTOR INHIBITOR DAN ENHANCER FE) TERHADAP STATUS ANEMIA REMAJA PUTRI. Available from: https://www.researchgate.net/publica tion/283174663_pola_konsumsi_ FAKTOR_INHIBITOR_DAN_ENHAN CER_FE_TERHADAP_STATUS_AN EMIA_REMAJA_PUTRI [accessed Feb 25 2018]. Comment [lulukho1]: Efendy FM. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009. 378 p. 206

mencapai 43,2%. Anemia defisiensi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. 3 Salah satu kelompok rawan anemia adalah remaja putri. Pada remaja putri bila anemia tidak tertangani dengan baik dapat memberikan dampak yang pada masa dewasa nantinya. Beragam metode dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia defisiensi besi pada remaja putri, salah satunya adalah edukasi gizi. Edukasi bertujuan agar remaja khususnya putri mempunyai pengetahuan gizi yang cukup sehingga penyimpangan konsumsi makan dapat dicegah. Penelitian oleh Prahastuti menunjukkan bahwa konseling dan pendidikan sebaya terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri usia 15-19 tahun dalam pencegahan anemia di Kabupaten Subang. 4 Sasaran dari penelitian ini adalah siswi kelas XI SMK Negeri 9 Semarang. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan gizi metode peer educator terhadap perubahan perilaku remaja putri pada pencegahan anemia defisiensi besi (Studi pada Siswa Kelas XI di 2 SMK Negeri Kota Semarang tahun 2018). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Experimental dengan rancangan Pre-Post Control Group. Sampel diambil dengan teknik Purposive Sampling. Jumlah sampel masingmasing kelompok perlakuan dan kontrol sebesar 40. Perhitungan melalui rumus: n = Uji statistik yang digunakan dalam penelitian adalah Wilcoxon Signed Rank Test, Paired T-Test, dan Chi Square. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Homogenitas Karakteristik dan Perilaku Sampel Sebelum Diberi Intervensi Tabel 1. Homogenitas Karakteristik dan Perilaku Sampel Variabel Usia Status gizi Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Pendapatan Perkapita Paparan Media Pengetahuan Sikap Praktik a Mann Whitney b Chi Square Hasil menunjukkan ada perbedaan pada variabel status Nilai (p) 0.172 a 0.053 a 0.802 b 0.020 b 0.396 b 0.823 b 0.264 a 0.754 b 0.128 a 0.914 a 0.863 a gizi serta pendidikan ibu dalam uji Mann Whitney (p<0,05). 2. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Sampel Penelitian Tabel 2. Uji Beda Tingkat Pengetahuan Sampel Penelitian Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Pengetahuan Mean±SD (min-max) Mean±SD (min-max) P Comment [lulukho3]: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2012. Semarang Comment [lulukho4]: Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta; 2013. Comment [lulukho5]: Lestari E, Dieny FF. Pengaruh konseling gizi sebaya terhadap asupan serat dan lemak jenuh pada remaja obesitas di semarang. J Nutr Coll. 2016;5(1):36 43 207

Sebelum 14.43±1.318 (12-17) 14.45±1.300 (11-17) 0,128 c Sesudah 16.40±2.010 (13-20) 14.35±1.424 (11-18) 0,001 c P = 0.001 a P = 0.685 b Selisih 1.98±1.915 (-3)-6-0.10±1.549 (-4)-3 0,001 c a Wilcoxon Signed Rank Test b Paired T-Test c Mann Whitney Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi (p<0.05). Pada kedua kelompok terdapat perbedaan pengetahuan sesudah intervensi (p<0.05). Pada selisih pengetahuan kedua kelompok terdapat perbedaan (p<0.05). 3. Perbedaan Sikap Pada Sampel Penelitian Tabel 3. Uji Beda Sikap Sampel Penelitian Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Sikap P Mean±SD (min-max) Mean±SD (min-max) Sebelum 9.93±1.831 (6-13) 9.90±1.892 (5-13) 0.914 c Sesudah 12.28±0.716 (11-13) 9.40±2.216 (4-13) 0.001 c P = 0.001 a P = 0.151 a Selisih 2.35±1.777 (0-7) -0.50±2.184 (-5)-5 0.001 c a Wilcoxon Signed Rank Test b Paired T-Test c Mann Whitney Hasil menunjukkan ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi (p<0.05). Pada kedua kelompok terdapat perbedaan pengetahuan sesudah intervensi (p<0.05). Pada selisih sikap kedua kelompok terdapat perbedaan (p<0.05). 4. Perbedaan Praktik Sampel Penelitian Tabel 4 Uji Beda Praktik Konsumsi Zat Besi Sampel Penelitian Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol Praktik P Mean±SD (min-max) Mean±SD (min-max) Sebelum 22.35±17.959 (3-72) 29.10±24.698 (3-108) 0.863 c Sesudah 27.23±16.979 (8-86) 27.40±19.684 (5-113) 0.900 c P = 0.003 a P = 0.818 a Selisih 4.88±11.472 (-30)- 30 a Wilcoxon Signed Rank Test b Paired T-Test c Mann Whitney Hasil menunjukkan ada perbedaan praktik sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi (p<0.05). Pada kedua kelompok tidak terdapat PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden (-1.70)±29.077 (-67)- 101 0.089 c perbedaan praktik sesudah intervensi (p>0.05). Pada selisih praktik konsumsi tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok (p>0.05). Hasil penelitian menggambarkan keadaan kelompok intervensi dan 208

kelompok kontrol. Rentang usia responden adalah 16-18 tahun. Berdasarkan aspek psikologis diketahui bahwa semakin tinggi usia seseorang, cara berfikir semakin matang dan dewasa. Usia juga memiliki pengaruh pada daya tangkap dan pola pikir seseorang, keduanya akan berkembang seiring dengan pertambahan usia. Hasilnya adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin membaik. 5 Pada penelitian ini usia terbanyak responden adalah 17 tahun. Karakteristik status gizi responden dikategorikan menjadi 5 yaitu sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas. Pada remaja usia 16 18 tahun perhitungan status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan memperhitungkan jenis kelamin serta usia responden. 6 Status gizi responden pada kelompok intervensi sebagian besar normal sebanyak 60%. Pada kelompok kontrol, status gizi responden memiliki kesamaan dengan sebagian besar normal berjumlah 70%. Pada penelitian ini kelompok intervensi diberikan perlakuan berupa pendidikan gizi metode peer educator. Terdapat 2 kelas yang dipilih yaitu XI Pemasaran (PM) 1 dan XI Akuntansi (AK) 1. Setiap kelas dibagi menjadi 3 kelompok. Selanjutnya dari masing-masing kelompok diambil 2 siswa untuk diberikan pelatihan menjadi peer educator. Pada pertemuan selanjutnya, peer educator memberikan edukasi tentang anemia defisiensi besi pada kelompok masing-masing hingga seluruh anggota memahami materi yang diberikan. Di pertemuan terakhir masing-masing kelompok diminta mempresentasikan materi yang telah diberikan. Presentan tidak boleh peer educator yang terpilih. Pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi berupa peer educator. Namun sesuai dengan etika penelitian, di akhir pengambilan data post test siswa diberikan edukasi tentang anemia defisiensi besi oleh peneliti dan media berupa leaflet yang berisikan materi anemia defisiensi besi. B. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Anemia Defisiensi Besi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Pengetahuan merupakan hasil tahu seorang individu yang didapat dari pengindraan, diantaranya indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. 7 Hasil uji beda tingkat pengetahuan gizi menggunakan analisis Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengetahuan di awal sebelum diberikan intervensi (p=0,128). Pada kelompok kontrol hasil post test menunjukkan adanya penurunan rerata tingkat pengetahuan dari sebelumnya sebesar 14.45±1.300 menjadi 14.35±1.424. Hal ini terjadi karena pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun sebelum mengerjakan post test, sehingga jawaban yang diberikan tidak berbeda jauh dari jawaban saat mengerjakan pre test di awal. Faktor lain yang mungkin terjadi yaitu pada kelompok kontrol tidak memiliki rasa ingin tahu Comment [lulukho6]: 1.Notoatmo djo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Comment [lulukho7]: Kepmenkes RI No: 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi anak Comment [lulukho8]: 1.Notoatmo djo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2014 209

untuk mencari jawaban yang benar setelah diberikan pre test sehingga jawaban yang diberikan saat mengerjakan post test mengikuti dari apa yang ditulis sebelumnya. Setelah diberikan intervensi berupa pendidikan gizi metode peer educator pada kelompok intervensi hasil uji menunjukkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan pada kedua kelompok (p=0,001). Pada kelompok intervensi mengalami peningkatan nilai rata-rata dari sebelumnya sebesar 14.43±1.318 menjadi 16.40±2.010 sehingga terdapat selisih sebesar 1.98±1.915. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisah dimana terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang pencegahan anemia defisiensi besi di wanita usia subur yang cukup signifikan pada kelompok perlakuan (p=0,000). 8 Hasil uji Mann Whitney pada selisih tingkat pengetahuan antara kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan (p=0,001:p<0,05). Kelompok intervensi memiliki selisih sebesar 1.98±1.915 sedangkan kelompok kontrol sebesar (-0.10)±1.549. Hasil ini memiliki perbedaan yang cukup jauh karena pada kelompok intervensi pengetahuan meningkat sedangkan pada kelompok kontrol pengetahuan responden justru menurun. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa peran peer educator dapat dikatakan cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden pada kelompok intervensi. Kegiatan peer education dapat menjadi sarana untuk bertukar pikiran serta saling diskusi sehingga kelompok dapat mencapai hasil yang diinginkan. 8 C. Perbedaan Sikap Anemia Defisiensi Besi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Sikap memiliki tiga komponen pokok yaitu kepercayaan, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh. 7 Hasil uji beda sikap mengenai pencegahan anemia defisiensi besi pada kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan saat diberikan pre test (p=0,914). Besar nilai rerata yang didapat hampir sama yaitu pada kelompok intervensi sebesar 9.93±1.831 dan kelompok kontrol sebesar 9.90±1.892. Setelah dilakukan pendidikan gizi metode peer educator pada kelompok intervensi, hasil menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai rerata menjadi 12.28±0.716. Uji Mann Whitney yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan sikap pencegahan anemia setelah diberikan intervensi pada kedua kelompok (p=0,001). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisah dimana terdapat perbedaan sikap tentang pencegahan anemia defisiensi besi di wanita usia subur yang cukup signifikan pada kelompok perlakuan (p=0,000). 8 Selisih sikap pada kelompok intervensi sebesar 2.35±1.777. Pada kelompok kontrol sebesar (-0.50)±2.184. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan terdapat Comment [lulukho10]: Aisah, Siti, Junaiti Sahar, and Sutanto Priyo Hastono. "Pengaruh Edukasi Kelompok Sebaya Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita Usia Subur Di Kota Semarang." PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL. 2010. Comment [lulukho11]: 1.Notoatm odjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2014 Comment [lulukho9]: 1.Aisah, Siti, Junaiti Sahar, and Sutanto Priyo Hastono. "Pengaruh Edukasi Kelompok Sebaya Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita Usia Subur Di Kota Semarang." PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL. 2010. Comment [lulukho12]: Aisah, Siti, Junaiti Sahar, and Sutanto Priyo Hastono. "Pengaruh Edukasi Kelompok Sebaya Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita Usia Subur Di Kota Semarang." PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL. 2010. 210

perbedaan selisih rerata sikap antara kedua kelompok (p=0,001:p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan gizi metode peer educator yang diberikan pada kelompok intervensi memberikan pengaruh pada sikap responden. Faktor yang mempengaruhi penentuan sikap diantaranya pengetahuan, pikiran, keyakinan, pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang berpengaruh, media massa, serta emosi. 7 Pengetahuan responden yang meningkat mempengaruhi sikap responden. Sikap yang baik dapat terjadi apabila didasari pengetahuan yang baik pula. D. Perbedaan Praktik Anemia Defisiensi Besi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Praktik adalah sebuah tahapan seseorang dalam mengimplementasikan informasi yang mereka terima, untuk kemudian mengkonfirmasi atau mengevaluasi. Sehingga kemungkinan seseorang menolak atau menerima informasi tersebut tidak hanya didapatkan dari faktor pemberian pendidikan gizi metode peer educator yang telah diberikan. Melainkan ada faktor pengalaman maupun media informasi. 7 Domain perilaku berupa praktik pada penelitian ini didapatkan dari angka kecukupan zat besi pada responden. Angka Kecukupan Gizi (AKG) zat besi bagi remaja usia 16-18 tahun adalah sebesar 26 mg. 9 Kecukupan zat besi diambil melalui recall 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali. Pertama sebelum intervensi dan kedua setelah intervensi dengan jarak seminggu lamanya. Hasil dari recall kemudian dihitung menggunakan software Nutrisurvey dan diubah menjadi persentase kecukupan zat besi. Kecukupan zat besi di awal pada kedua kelompok tidak menunjukkan adanya perbedaan (p=0,863). Pada kelompok intervensi didapat rerata 22.45±17.959 sedangkan pada kelompok kontrol rerata sebesar 29.10±24.698. Kelompok kontrol menunjukkan persentase yang lebih tinggi. Namun, dibandingkan dengan Tingkat Kecukupan Zat Besi sebesar 77% kedua kelompok masuk kedalam kategori yang sama yaitu kurang. Setelah dilakukan intervensi berupa pendidikan gizi metode peer educator rerata pada kelompok intervensi meningkat menjadi 27.23±16.979. Sedangkan pada kelompok kontrol hasil menunjukkan penurunan menjadi 27.40±19.684. hasil uji beda Mann Whitney pada kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan praktik sesudah intervensi (p=0,900). Hasil uji sejalan dengan penelitian Novrianti yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada tindakan responden tentang sistem reproduksi remaja setelah diberi pendidikan gizi metode peer education (p=0,612). 10 Penelitian ini mengungkapkan kemungkinan faktor penyebabnya yaitu selain hanya karena pengambilan data post test hanya berselang satu minggu dari perlakuan, faktor individu dari masing-masing responden juga berpengaruh. Comment [lulukho13]: 2.Notoatm odjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2014 Comment [lulukho15]: Novrianti Q, Widaryati W. Studi Komparasi Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah dan Peer Education terhadap Perilaku Remaja dalam Menanggapi Perubahan Sistem Reproduksi di SMP N 3 Sewon Bantul Yogyakarta(Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta). Comment [lulukho14]: 2.WNPG 211

Untuk dapat mengubah praktik seseorang dibutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. Secara teori perubahan perilaku melalui proses perubahan bertahap: pengetahuan (knowledge) sikap (attitude) praktik (practice) atau KAP (PSP). Namun terdapat penelitian yang membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas. 7 E. Keterbatasan penelitian 1. Pemilihan responden tidak dilakukan benar-benar secara acak. 2. Waktu penelitian yang terbatas hanya satu minggu. 3. Tidak dilakukan pengambilan darah untuk uji kadar Hb sebagai gambaran kondisi status anemia responden. KESIMPULAN 1. Karakteristik responden sebagian besar berusia 17 tahun pada kelompok intervensi dan kontrol dengan status gizi sebagian besar normal. 2. Tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik pada kedua kelompok sebelum intervensi. 3. Ada perbedaan perubahan pengetahuan setelah intervensi pada kedua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol) berdasarkan hasil uji Mann Whitney (p=0,001:p<0,05). 4. Ada perbedaan perubahan sikap setelah intervensi pada kedua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol) berdasarkan hasil uji Mann Whitney (p=0,001:p<0,05). 5. Tidak ada perbedaan perubahan praktik setelah intervensi pada kedua kelompok (kelompok intervensi dan kelompok kontrol) berdasarkan hasil uji Mann Whitney (p=0,089:p>0,05). SARAN 1. Bagi siswi SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 9 Semarang a. Siswi menerapkan pengetahuan yang telah didapat. b. Siswi dapat meningkatkan asupan zat besi dan rutin mengkonsumsi tablet tambah darah. 2. Bagi peneliti lain a. Apabila ingin meneliti perubahan perilaku membutuhkan proses dan waktu yang lebih lama. DAFTAR PUSTAKA 1. Efendy FM. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009. 378 p. 2. POLA KONSUMSI (FAKTOR INHIBITOR DAN ENHANCER FE) TERHADAP STATUS ANEMIA REMAJA PUTRI. Available from: https://www.researchgate.net/pu blication/283174663_pola_ko NSUMSI_FAKTOR_INHIBITOR _DAN_ENHANCER_FE_TERH ADAP_STATUS_ANEMIA_REM AJA_PUTRI [accessed Feb 25 2018]. 3. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta; 2013. 4. Lestari E, Dieny FF. Pengaruh konseling gizi sebaya terhadap asupan serat dan lemak jenuh pada remaja obesitas di semarang. J Nutr Coll. 2016;5(1):36 43. 5. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2003. 6. Kementerian Kesehatan RI. Kepmenkes RI No: 1995/Menkes/SK/XII/2010 Comment [lulukho16]: Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2014 212

tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta. 2010 7. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2014 8. Aisah S, Sahar J, Hastono SP. Pengaruh Edukasi Kelompok Sebaya Terhadap Perubahan Perilaku Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita Usia Subur Di Kota Semarang. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2010. 9. Pangan WN. Gizi (WNPG). Pemantapan ketahanan pangan dan perbaikan gizi berbasis kemandirian dan kearifan lokal. 2012. 10. Novrianti Q, Widaryati W. Studi Komparasi Pendidikan Kesehatan Melalui Metode Ceramah dan Peer Education terhadap Perilaku Remaja dalam Menanggapi Perubahan Sistem Reproduksi di SMP N 3 Sewon Bantul Yogyakarta(Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta). 213