Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan Dan Kewajiban Pajak Tangguhan Terhadap Laba Komersial. Pada PT. Tower Bersama Infrastruktur Tbk. Andi Primafira Bumandava Eka dan Atikah Cristie Abstrak Penelitian ini dibuat oleh Andi Primafira Bumandava Eka dan Atika Christie Magdalena pada bulan September 2017 dengan judul Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan Terhadap Laba Komersial pada PT. Tower Bersama Infrastruktur Tbk. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi hasil kajian mengenai adanya pengaruh dan seberapa besar pengaruhnya aktiva pajak tangguhan dna kewajiban pajak tangguhan terhadap laba komersial pada PT. Tower Bersama Infrastruktur Tbk, baik secara parsial maupun secara simultan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan dianalisa menggunakan teknik analisa regresi sederhana, analisa regresi berganda, koefisien korelasi, uji t, uji f, dan koefisien determinasi.dengan operasional variable, terdiri dari variable dependen atau terikat (Y), adalah laba komersial, dan variable bebas (X1) adalah aktiva pajak tangguhan dan variable independen atau bebas (X2) adalah kewajiban pajak tangguhan. Hasil dari penelitian ini adalah koefisien korelasi yang dapat dilihat bahwa antara variabel independent dan dependent sebesar 0,241 menunjukan korelasi yang terjadi antara variabel aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dengan variabel laba komersial berada dalam kategori hubungan yang lemah ( 0,200 0,399). Hasil analisis regresi berganda yaitu : Y = 362.025,681 + 0,910 X1 + 0,303 X2 + e Kenaikan aktiva pajak tangguhan sebesar Rp.1 akan meningkatkan jumlah laba komersial sebesar Rp.0,910 Kenaikan kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp.1 akan meningkatkan jumlah laba komersial sebesar Rp.0,303. Diketahui nilai determinasi (R square) sebesar 0,241 angka tersebut mengandung arti bahwa aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan berpengaruh terhadap laba komersial sebesar 24,1%, sedangkan sisanya 75,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Kata kunci : Aktiva Pajak Tangguhan, Kewajiban Pajak Tangguhan, Laba Komersial 30
Pendahuluan Peningkatan ekspansi jaringan pada perusahaan telekomunikasi, berimplikasi dalam meningkatkan jumlah pelanggan dan permintaan untuk ruang menara yang berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan penyewaan menara seluler.. Laba bersih PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. pada kuartal I/2016 meningkat 82% menjadi Rp746,67 miliar dari kuartal I tahun lalu. Penaikan laba bersih terjadi karena emiten sewa menara berkode saham TBIG itu pada kuartal I tahun ini mendulang manfaat pajak penghasilan tangguhan sebesar Rp511,92 miliar, melonjak 412,33% dari kuartal I/2015 (bisnis.com). Perusahaan merupakan suatu organisasi yang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Tujuan perusahaan menjalankan usahanya yaitu mencari laba yang sebesar-besarnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan secara terus-menerus. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, nilai perusahaan dapat digambarkan melalui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Sebuah bisnis yang tidak memberikan laba, baik kepada pemilik perusahaan dan investor bukan merupakan bisnis yang baik,karena laba merupakan ukuran sejauh mana perusahaan menghasilkan keuntungan dalam melakukan transaksi bisnis. Laba juga dapat digunakan untuk mengukurkinerja manajemen perusahaan, pihak manajemen biasanya mengevaluasi berdasarkan laba. Melalui laba, perusahaan dapat menunjukan efisiensi dalam menggunakan sumber daya. Nilai perusahaan dapat dilihat dari rasio-rasio yang menggambarkan kinerja perusahaan. Perhitungan rasio banyak melibatkan laba yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu. Laba dianggap sebagai indikator keberhasilan pihak manajemen dalam melakukan pengelolaan perusahaan. Untuk memperoleh laba yang optimal maka perusahaan perlu mengatur kinerja keuangannya secara efektif dan efisien. Informasi laba dapat diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan yaitu laporan laba rugi. Laporan keuangan sangat berguna bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Untuk memaksimalkan laba yang diperoleh setiap perusahaan bisa dicapai melalui bermacam-macam cara antara lain ialah melalui efisiensi di semua bidang, seperti produksi, sumber daya manusia, maupun keuangan. 31
Dalam teori ekonomi mikro, tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan secara teoritis laba adalah kompensasi atau resiko yang di tanggung oleh perusahaan, semakin besar resiko semakin besar pula laba yang di peroleh. Dalam bidang keuangan ada banyak faktor-faktor yang harus ditingkatkan dan diperbaiki dalam upaya peningkatan laba perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah biaya produksi, pengelolaan aktiva, dan tentu saja modal. Pajak dapat menjadi juga faktor yang dapat mempengaruhi upaya peningkatan laba perusahaan. Persaingan global yang dihadapi perusahaan tersebut memaksa para manajemen perusahaan untuk mengambil keputusan yang berkualitas berdasarkan fakta-fakta. Tujuan perusahaan walaupun yang satu dengan yang lainnya belum tentu sama, tetapi pada umumnya tujuan perusahaan terutama adalah memperoleh laba yang sebesar- besarnya untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Laba juga bisa dipengaruhi oleh aktiva lancar dan tidak lancar dalam laporan neraca, baik melalui penjualan aset maupun pengakuan penyusutan aset, pengakuan piutang tak tertagih, dan akun aset tidak lancar lainnya juga dapat mempengaruhi tingkat laba perusahaan. Konsep dasar pengertian penghasilan menurut akuntansi adalah penambahan aktiva dan penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan. Berdasarkan ketentuan undang-undang pajak penghasilan, terdapat penghasilan-penghasilan tertentu yang diatur secara khusus, misalnya yang pengenaan pajaknya bersifat final. Disamping itu ada juga penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak. Pajak sebagai iuran wajib kepada kas negara merupakan hal yang harus dijunjung tinggi keberlangsungannya, baik ketaatan masyarakan dalam membayar pajak, ataupun keakuratan perhitungan pajak itu sendiri. Pembayaran pajak di Indonesia masuk dalam kas negara sekitar 75% dari jumlah kas yang ada. Sehingga pajak dominan berpengaruh terhadap penyusunan anggaran belanja negara. Tetapi masih banyak masyarakat dilapisan bumi pertiwi ini yang tidak sadar akan pajak dan bahkan memanfaatkan uang pajak untuk memperkaya diri sendiri, kelompok,dll. Bicara masalah pajak kurang kiranya kalau tidak menyebutkan jenis-jenis pajak itu sendiri, baik pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak atas bea 32
materai, pajak atas bumi dan bangunan, pajak atas barang mewah, dll. Seiring dengan berkembangnya dunia akuntansi dan luasnya area perpajakan yang akan dikenakan, maka PSAK juga turut mengatur masalah perhitungan pajak. Tidak hanya hal tersebut namun dalam perkembangannya Direktorat Jendral Pajak mengeluarkan peraturan tentang perhitungan pajak, dimana dasar pengenaan pajak khususnya pada unit bisnis menggunakan laporan keuangan fiskal, artinya laporan keuangan yang dibuat oleh unit bisnis tersebut kemudian dikoreksi berdasarkan aturan-aturan perpajakan yang berlaku. Perkembangan yang terjadi munculnya perlakuan laporan keuangan komersial dan fiskal mengalami berbagai permasalahan yang timbul akibat perkembangan aturan dari perpajakan itu sendiri, PSAK No.46 tentang pajak penghasilan yang memunculkan beberapa perbedaan dalam pengakuan dan perlakuannya, yaitu adanya beda tetap dan beda permanen dalam aturan perpajakan. Keberadaan dua hal tersebut yang memunculkan timbulnya istilah pajak tangguhan. Selama ini perusahaan mengakui jumlah taksiran pajak penghasilan (provision for income taxes) dilaporkan laba rugi sesuai dengan jumlah yang terutang menurut SPT berdasarkan tax payable method. Dengan berlakunya PSAK No. 46, jumlah beban pajak (tax expense) atau provision for income taxes yang harus diakui terdapat 2 unsur utama yaitu pajak kini (current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax). Current tax merupakan jumlah PPh terutang atas penghasilan kena pajak periode berjalan, sedangkan unsur deferred tax dihitung dengan terlebih dahulu mengetahui perbedaan antara saldo menurut buku (per books) dan saldo menurut fiskal (per SPT PPh Badan) atau menghitung jumlah temporary differences (perbedaan antara accounting base dengan tax base ). Maka pada tanggal neraca dapat dilihat jumlah aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) dan kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities). Dengan membatasi focus penelitian pada factor yang dapat berpengaruh pada laba komersial pada aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pada tangguhan, maka penelitian ini akan merumuskan masalah dalam penelitian apakah aktiva pajak tangguhan secara parsial berpengaruh terhadap laba komersial? dan apakah aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan secara simultan bersama-sama mempengaruhi laba komersial. Berdasarkan uraian, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang profitabilitas perusahaan serta untuk menguji aktiva beban pajak 33
tangguhan dan beban pajak tangguhan. Apakah indikator tersebut dapat digunakan sebagai perhitungan pengaruh laba komersial perusahaan seperti yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya tetapi dengan memanfaatkan datadata teraktual. Aktiva pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang akan datang sebagai akibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat dikompensasi pada periode mendatang (IAI, 2013). Menurut Harnanto (2003: 115), beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Apabila Penghasilan Sebelum Pajak (Pretax Accounting Income) lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak (Taxable Income) maka Beban Pajak (Tax Expense) pun akan lebih besar dari Pajak Terutang (Tax Payable) sehingga akan menghasilkan Kewajiban Pajak Tangguhan (deferred tax liability). Kewajiban Pajak Tangguhan dapat dihitung dengan mengalikan perbedaan temporer dengan tarif pajak yang sesuai. Data dan Metode Analisis A. Subjek dan Objek Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berasal dari Laporan keuangan periode akhir 31 Maret 2011 31 Juni 2017 (triwulan). Subjek Penelitian alam penelitian ini adalah aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan yang terdapat pada Neraca atau Laporan Perubahan Posisi Keuangan Keuangan PT. Tower Bersama Infrastruktur Tbk. Objek Penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah akun Laba komersial pada Laporan Laba Rugi PT. Tower Bersama Infrastruktur Tbk. Sebesar 27 satuan waktu (per-triwulan). 34
B. Data yang digunakan Rekap Data Per Triwulan (Dalam Jutaan Rupiah) Periode Aktiva Kewajiban Pajak Tangguhan Pajak Tangguhan Laba 1 7.134 10.064 339.378 2 7.134 10.064 118.153 3 7.134 10.064 247.671 4 8.688 10.064 342.422 5 13.006 416 492.348 6 14.442 416 158.617 7 15.459 445 311.609 8 82.620 416 555.111 9 107.163 416 927.415 10 154.898 416 302.657 11 228.273-939.207 12 361.481 916.456 13 70.832 1.088.522 780.558 14 349.627-555.281 15 388.349-697.006 16 414.704-1.223.003 17 4.945 1.621.166 741.567 18 417.715-435.706 19 462.651-497.758 20 437.010-690.374 21 30.512 1.220.974 1.445.027 22 53.474 732.017 749.042 23 72.613 957.350 85.635 24 95.617 1.191.011 947.124 25 51.094 1.169.038 1.301.393 26 72.204 1.167.856 278.699 27 113.536 1.165.306 514.390 Sumber : Diolah 2017, Laporan Keuangan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir dan model penelitian, hipotsis penelitian ini adalah : Ho₁ : Aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap laba komersial Ho₂ : Kewajiban pajak berpengaruh terhadap laba komersial Ha₁ : Aktiva pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap laba komersial Ha₂ : Kewajiban pajak tangguhan tidak berpengaruh terhadap 35
laba komersial Hi₂ : Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan secara bersama- sama berpengaruh terhadap laba komersial Teknik Analisis Teknik analisi yang digunakan adalah sebagai berikut. : Uji Regresi a. Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut: Y = a + bx b. Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,.Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = a + b1x1+ b2x2+..+ bnxn Keterangan: Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X1 dan X2 = Variabel independen a = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2..Xn = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) Regresi Linier Berganda yang akan disimulasikan pada penelitian ini menggunakan pendekatan Ordinary Least Squares (OLS). Estimasi model 36
dilakukan secara sekaligus dengan pengujian asumsi klasik. Sehingga output yang dihasilkan dari pengolahan data dapat digunakan untuk uji asumsi klasik dan uji kelayakan model. 1. Uji r Uji r atau uji korelasi digunakan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan yang dipelajari adalah hubungan yang linier atau garis lurus. Oleh karena itu, uji r ini sering disebut juga uji korelasi linier. Perlu dipahami juga bahwa uji korelasi ini hanya dipakai untuk variabel kuantitatif. Ukuran korelasi disebut koefisien korelasi, disingkat dengan r. Nilai r berkisar antara 1 sampai +1, termasuk 0. Semakin besar nilai r (mendekati angka 1), maka semakin erat hubungan kedua variabel tersebut. Sebaliknya, semakin kecil nilai korelasi (mendekati angka 0), maka semakin lemah hubungan kedua variabel tersebut. Perlu diketahui bahwa kendatipun nilai r besar, yang menunjukkan ada hubungan yang erat, tetapi kita tidak dapat serta merta menyatakan bahwa hubungan yang terjadi adalah hubungan sebab-akibat antara dua variabel tersebut 2. Uji T Uji t Parsial dalam analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).Dasar pengambilan keputusan untuk uji t parsial dalam analisis regresi adalah : 1. Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel a. Jika nilai t hitung > t tabel, maka variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat b. Jika nilai t hitung < t tabel, maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat 2. Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS a. Jika nilai Sig. < 0,05, maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat b. Jika nilai Sig. > 0,05, maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat 37
4. Uji F Uji F pada prinsipnya bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari dua atau lebih variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan untuk uji f adalah : a. Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel 1.) Jika nilai f hitung > f tabel, maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat 2.) Jika nilai f hitung < f tabel, maka variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel terikat b. Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS 1.) Jika nilai Sig. < 0,05, maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat 2.) Jika nilai Sig. > 0,05, maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat 5. Analisa Koefisien Korelasi R Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai Rsquare atau Adjusted R- Square. R-Square digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja (biasa disebut dengan Regresi Linier Sederhana), sedangkan Adjusted R-Square digunakan pada saat variabel bebas lebih dari satu. Dalam menghitung nilai koefisien determinasi penulis lebih senang menggunakan R-Square daripada Adjusted R-Square, walaupun variabel bebas lebih dari satu d. Temuan dan Hasil Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,120 > 2,064 dan nilai signifikansi (Sig.) 0,044 < 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan Ho diterima yang membuktikan adanya pengaruh signifikan aktiva pajak tangguhan berpengaruh signifikan terhadap laba komersial. Persamaan Linear Berganda Berdasarkan Hasil Penelitian 38 Y =362.025,681 + 0,910x1 + 0,303 x2 + e
Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,449 > 2,064 dan nilai signifikansi (Sig.) 0,022 < 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa Ha ditolak dan Ha diterima artinya kewajiban pajak tangguhan berpengaruh signifikan terhadap laba komersial. Berdasarkan koefisien korelasi dapat dilihat bahwa antara variabel independent dan dependent sebesar 0,241. Koefisien korelasi bertanda positif artinya korelasi yang terjadi antara variabel aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dengan laba komersial adalah searah, dimana semakin besar kedua variabel independent maka akan diikuti oleh semakin besarnya variabel dependent. Nilai 0,241 menunjukan korelasi yang terjadi antara variabel aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan dengan variabel laba komersial berada dalam kategori hubungan yang lemah ( 0,200 0,399 ). Berdasarkan persamaan regresi dapat diketahui bahwa konstanta sebesar 362.025,681, artinya jika laba komersial dianggap konstan, maka besaran aktiva pajak tangguhan adalah 0,910 dan kewajiban pajak tangguhan adalah 0,303. Koefisien regresi aktiva pajak tangguhan bernilai positif artinya pada saat aktiva pajak tangguhan naik maka jumlah laba komersial juga akan mengalami kenaikan. Begitu pula pada saat aktiva pajak tangguhan turun maka laba komersialnya juga turun. Kenaikan aktiva pajak tangguhan sebesar Rp.1 akan meningkatkan jumlah laba komersial sebesar Rp.0,910 dan sebaliknya, penuruhan aktiva pajak tangguhan sebesar Rp.1 akan menurunkan jumlah laba komersial sebesar Rp.0,910. Koefisien regresi kewajiban pajak tangguhan bernilai positif memiliki arti yang sama dengan koefisien regresi aktiva pajak tangguhan. Pada saat kewajiban pajak tangguhan meningkat maka jumlah laba komersial akan mengalami peningkatan. Begitu pula pada saat kewajiban pajak tangguhan menurun maka jumlah laba komersialnya juga menurun. Kenaikan kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp.1 akan meningkatkan jumlah laba komersial sebesar Rp.0,303 dan sebaliknya, penurunan kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp.1 akan menurunkan jumlah laba komersial sebesar Rp. 0,303. 39
Sementara nilai dari R-Square (0.241), menunjukkan bahwa kedua variabel independent yang terdiri dari aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan secara simultan mempunyai pengaruh yang membuat laba komersial meningkat. Artinya secara bersama-sama variabel aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan memberikan pengaruh sebesar 24,1% terhadap laba komersial pada PT. Tower Bersama Infrastruktur Tbk. Sisanya merupakan pengaruh faktor lain diluar kedua variabel bebas yang diteliti. Jadi besar kecil laba komersial tidak hanya dipengaruhi kedua variabel tersebut, namun juga dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Kesimpulan. Dari Hasil olahan data dan analisis, penelitian ini menjawab Ho₁, Ho₂ dan Hi₂, serta menolak Ha₁ dan Ha₂. Secara parsial, bahwa ada pengaruh aktiva pajak tangguhan terhadap laba komersial sebesar 0,051 (R square). nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh aktiva pajak tangguhan terhadap laba komersial adalah sebesar 5,1% sedangkan 94,9% laba komersial dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak diteliti da nada pengaruh kewajiban pajak tangguhan terhadap laba komersial yang besarnya nilai pengaruh (R square) yaitu sebesar 0,098 nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh kewajiban pajak tangguhan terhadap laba komersial adalah sebesar 9,8% sedangkan 90,2% laba komersial dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak diteliti. Secara simultan dan bersam-sama, menjelaskan besarnya nilai pengaruh (R square) yaitu sebesar 0,241 nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan terhadap laba komersial secara bersama-sama adalah sebesar 24,1% sedangkan 75,9% laba komersial dipengaruhi oleh variabel yang belum diteliti. 40
DAFTAR PUSTAKA Baridwan Zaki, 2010, Intermediet Accounting, Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Harnanto, Wahyu. 2003. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta, Badan penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46: Akuntansi Pajak Penghasilan, Jakarta, Salemba Empat Kaelan Ms, 2010, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma Kieso Dan Weygandt. 2007, Intermediet Accounting, Jakarta, Erlangga Pindiharti, Dewi. 2011, Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Dan Akrual Terhadap Earning Management, Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah S Munawir, 2004, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta, Liberty Soemarso Sr, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta, Salemba Empat Soemitro, 2008, Perpajakan, Bandung, Graha Ilmu Sugiyono.2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung. Alfabeta Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametriks Untuk Penelitian. bandung. Alfabeta Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. Rajagrafindo Persada Zain Mohammad, 2003, Manajemen Perpajakan, Jakarta, Salemba Empat Tim Penyusun, 2013, Undang-undang Pajak Lengkap Tahun 2014,Jakarta, Mitra Wacana Media 41