BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI SKEMATIK HASIL RANCANGAN 3.1.1 RANCANGAN SKEMATIK RUMAH SUSUN 3.1.1.1 Rancangan Skematik Kawasan Tapak (SITE PLAN) Gambar 3.1 Tapak Eksisting Peraturan peembangunan juga merupakan dasar perancanaan tapak, pada site terpilih garis sempadan bangunan dari as jalan adalah 10 meter sehingga akan disediakan parkir serta taman pada area GSB karena tidak termasuk strutur permanen. Kemudian luas bangunan tidak melibihi 80% dari luas site serta terdapat minimal 10% ruang terbuka hijau yang juga akan dimanfaatkan sebagai plaza. 85
Gambar 3.2 Regulasi Tapak Gambar 3.3 Skematik Zonasi Tapak Zona publik, dimana zona ini dapat di jangkau secara langsung karena bersifat umum, terdapat tempat parkir dan jalur akses ke dalam bangunan. Zona bangunan, zona ini bersifat informal privat,dimana terdapat unit hunian dan fasilitas pendukung rumah susun, disini hanya orang yang mempunyai kepentingan dengan rumah susun secara spesifik. Zona semi publik, ruang terbuka hijau dan plaza dengan fasilitas pendukung rumah susun. 86
Gambar 3.4 Penerapan Organisasi Ruang Pada Site Pada hasil perancangan tapak awal ini telah diaplikasikan zonasi dengan fungsinya masing-masing, vegetasi yang mengelilingi site dimaksud unruk mereduksi kebisingan Karena bangunan yang merupakan tempat tinggal yang membutuhkan rasa nyaman, serta penggunaan pohon untuk meneduhkan kawasan. Gambar 3.5 Skematik siteplan 87
3.1.1.2 Rancangan Skematik Sistem Akses Diffabel dan Keselamatan Bangunan 1. Fasilitas Diffabel Pada bangunan rumah susun fasilitas untuk kaum diffabel disediakan pada bangunan, seperti ruang parkir khusus, dan juga ramp untuk transportasi dalam gedung. Ruang parkir diffabel sesuai standart memiliki dimensi panjang 5m dan lebar 4.6m Gambar 3.6 Dimensi Parkir Diffabel Pada Rancangan Awal Transportasi untuk akses bangunan yang digunakan kaum diffabel pada rumah susun ini adalah ramp dengan kemiringan tidak lebih dari 5 dan disetiap 9 meternya terdapat bordes untuk beristirahat. Gambar 3.7 Ramp Diffabel Pada Rancangan Awal 88
2. Keselamatan Bangunan System keselamatan pada bangunan rumah susun dengan menggunakan tangga darurat yang diselubungi dinding tahan api serta berada dalam radius maksimal 30 meter. Gambar 3.8 Jalur Evakuasi Bangunan 3.1.1.3 Rancangan Skematik Sistem Struktur Perencanaan struktur bangunan rumah susun ini menggunakan struktur grid Gambar 3.9 Skematik Sistem Struktur 89
Sistem grid yang digunakan adalah grid 6m x 5m dan grid 4m x 5m dengan ukuran Kolom 0.4m x 0.4m dengan balok h=0.6m x b=0.4m Gambar 3.10 Perspektif Sistem Struktur 3.1.2 RANCANGAN SKEMATIK KAMPUNG VERTIKAL 3.1.2.1. Rancangan Skematik Bangunan Dalam perencanaan rumah susun yang harus diperhatikan adalah diharapkan tidak terjadinya kesenjangan sosial antara penghuni, oleh sebab itu sebisa mungkin disediakan tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi dalam perencanaannya, ruang komunal juga dapat memicu adanya interaksi antar penghuni rumah susun yang juga menjadi awal terbentuknya suatu kampung pada bangunan vertikal. Pola organisasi ruang terpusat Gambar 3.11 Pola Organisasi Ruang Terpusat 90
Dari pola diatas akan menghasilkan organisasi ruang yang berpusat pada ruang komunal. Perancangan menggunakan tipe pola organisasi seperti ini diharapkan mampu menciptakan suatu kelompok interaksi pada penghuni rumah susun. Kemudian perancangan rumah susun juga didasarkan pada bentuk sirkulasi rumah susun, sirkulasi yang digunakan dalam rumah susun ini adalah tipe sirkulasi The Double-Loaded Corridor (sumber : time saver bulding type ) The Double-Loaded Corridor yaitu Koridor yang dikedua sisinya merupakan unit hunian dan pada ujungnya terdapat ruang fasilitas atau tangga. Gambar 3.12 The Double-Loaded Corridor Sumber : Time Saver Building Types Karena kubahan massa bangunan yang berbentuk mengikuti keadaan site yang berkontur dan tidak beraturan maka ruang komunal dalam bangunan pada lantai hunian di letakkan pada satu titik pertemuan. Serta menggabungkan sirkulasi The Double-Loaded Corridor di dapatlah bentukan berikut. Gambar 3.13 Penerapan The Double-Loaded Corridor dan pola organisasi terpusat 3.1.2.2. Rancangan Skematik Interior Bangunan Perancangan yang digunakan adalah dengan tujuan untuk menciptakan suasana sebuah kampung, berdasarkan itulah terbentuknya ruang komunal yang berada di balkon bangunan rumah susun ini. 91
Gambar 3.14 Ruang Komunal yang Berada di Balkon Dengan adanya vegetasi perdu pada area parkir dan balkon balkon bangunan dapat mereduksi kebisingan dari arah luar bangunan yang juga dapat menciptakan sebuah suasana kampung. Gambar 3.15 Skematik Interior Bangunan 3.1.2.3. Rancangan Skematik Selubung Bangunan Selubung bangunan rumah susun ini terdapat bukaan bukaan aktif pada ruang komunal yang berfungsi untuk mengoptimalkan pencahayaan dan penghawaan alami di dalam bangunan, selain itu bukaan pada ruangan ini memberi kesan luas pada suatu ruangan. 92
Gambar 3.16 Selubung Menggunakan Bukaan Aktif 3.1.2.4. Rancangan Skematik Detail Arsitektural Khusus Dengan membentuk sebuah ruang komunal di balkon detail arsitektural khusus yang dapat diambil adalah penciptaan sebuah interior bangunan yang menggunakan material kayu. Gambar 3.17 Skema Penjelasan Desain Interior 93
Gambar 3.18 Skema Detail Arsitektural 3.1.3 RANCANGAN SKEMATIK KONSERVASI AIR 3.1.3.1. Rancangan Skematik Selubung Bangunan Selain berfungsi menciptakan sebuah suasana kampung, selubung pada bangunan ini juga berfungsi sebagai penciptaan prinsip konservasi air. Gambar 3.19 Skema Konservasi Air pada Atap dan Selubung Bangunan 94
Gambar 3.20 Skema Air Hujan terhadap Selubung Bangunan Seperti halnya sebuah selubung, fungsi selubung pada bangunan ini juga merespon matahari dengan memberikan shading di beberapa sisi. Gambar 3.21 Skema Selubung Merespon Matahari 95
3.1.3.2. Rancangan Skematik Sistem Utilitas Pada perancangan awal sistem utilitas yang di bahas adalah masalah transportasi vertikal yang ada dalam bangunan dimana transportasi vertikal yang digunakan adalah tangga, ramp dan lift. Gambar 3.22 Potongan Skematik Tangga Ramp, yang difungsikan untuk jalur sirkulasi kendaraan masuk dan keluar bangunan, ramp yang difungsikan untuk akses diffable. Gambar 3.23 Jenis Ramp dalam Bangunan Lift. Bangunan ini menggunakan lift karena tergolong bangunan tinggi dengan 5 lantai dengan total ketinggian 16 meter dan sebagai akses diffable. 96
Gambar 3.24 Jenis Lift dalam Bangunan Sedangkan untuk skema rencana plumbing sebagai berikut. Sistem penyediaan air bersih Sumber penyediaan air bersih utama berasal dari penangkapan, pengolahan dan penyimpanan air hujan serta PAM. Dan distribusinya menggunakan down feed system dengan menempatkan tangki air di atas bangunan dan distribusi mengandalkan gravitasi bumi guna menghemat penggunaan energi. Berikut adalah potongan skematik penjelasan pada system utilitas bangunan yang merupakan bagian utama dari rainwater harvesting. Gambar 3.25 Skema Sistem Utilitas pada bangunan Sumber : http://www.ecoideaz.com/expert-corner/innovative-water-conservation 97
Gambar 3.26 Skema Jaringan Air Bersih dan Air Hujan Untuk Jaringan Air Bersih dan Air Hujan terkumpul di satu tempat tetapi menggunakan tandon yang berbeda dikarenakan fungsi yang berbeda. Gambar 3.27 Skema Jaringan Air Kotor Pada skema air kotor bangunan ini sumur resapan dan septictank berada di belakang bangunan untuk memberi jarak kepada sumber air bersih yang berada di tengah bangunan. 98
3.2 HASIL PEMBUKTIAN ATAU EVALUASI RANCANGAN BERBASIS METODE YANG RELEVAN Karena bentuk site merupakan bentuk yang memiliki banyak kontur serta berdasarkan teori teori psikologis untuk menciptakan suasana kampung, maka massa dibuat mengikuti bentuk dasar site untuk optimalisasi pemanfaatan site. Gambar 3.28 Ilustrasi Bentuk Denah Bangunan Dikarenakan bentukan mengadaptasi program terpusat jadi didapatkan transformasi seperti berikut. Gambar 3.29 Ilustrasi transformasi bangunan 99
Dalam perancangan sirkulasi rumah susun ini, bentuk sirkulasi The Double- Loaded Corridor (sumber : time saver bulding type ) The Double-Loaded Corridor yaitu Koridor yang dikedu sisinya merupakan unit hunian dan pada ujungnya terdapat ruang fasilitas atau tangga, Kemudian hal ini terkait dengan baum dan davis (dalam sears dkk: 1994) yang mengungkapkan bahwa para penghuni yang tinggal di rumah susun dengan kapasitas 20-30 orang serta dengan lorong yang pendek ternyata lebih berhasil dalam menjalin kekeluargaan. Sehingga lorong lorong koridor dibuat pendek dengan sekat ruang tambahan. Gambar 3.30 Ilustrasi sirkulasi dengan penerapan teori baum dan davis (dalam sears dkk: 1994) & data time saver building type Pola organisasi ruang terpusat Gambar 3.31 Pola Organisasi Ruang Terpusat Dari pola diatas akan menghasilkan organisasi ruang yang berpusat pada ruang komunal. Perancangan menggunakan tipe pola organisasi seperti ini diharapkan mampu menciptakan suatu kelompok interaksi pada penghuni rumah susun. 100
Kemudian perancangan rumah susun juga didasarkan pada bentuk sirkulasi rumah susun, sirkulasi yang digunakan dalam rumah susun ini adalah tipe sirkulasi The Double-Loaded Corridor (sumber : time saver bulding type ) The Double-Loaded Corridor yaitu Koridor yang dikedua sisinya merupakan unit hunian dan pada ujungnya terdapat ruang fasilitas atau tangga. Gambar 3.32 The Double-Loaded Corridor Sumber : Time Saver Building Types Karena kubahan massa bangunan yang berbentuk mengikuti keadaan site yang berkontur dan tidak beraturan maka ruang komunal dalam bangunan pada lantai hunian di letakkan pada satu titik pertemuan. Serta menggabungkan sirkulasi The Double-Loaded Corridor di dapatlah bentukan berikut. Gambar 3.33 Penerapan The Double-Loaded Corridor dan pola organisasi terpusat Selain berfungsi menciptakan sebuah suasana kampung, selubung pada bangunan ini juga berfungsi sebagai penciptaan prinsip konservasi air. 101
Gambar 3.34 Skema Konservasi Air pada Atap dan Selubung Bangunan Gambar 3.35 Skema Air Hujan terhadap Selubung Bangunan Seperti halnya sebuah selubung, fungsi selubung pada bangunan ini juga merespon matahari dengan memberikan shading di beberapa sisi. 102
Gambar 3.36 Skema Selubung Merespon Matahari Berikut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh penulis untuk mendapatkan persentase keuntungan menggunakan sistem konservasi air. Air Hujan yang terkumpulkan (liter) A x curah hujan x luas tangkapan air hujan A = Koefisien run-off atap Curah hujan (mm/menit) Luas tangkapan air hujan (m2) Jenis Tangkapan A Luas Tangkapan (m2) Curah Hujan (liter/menit) Air Hujan Terkumpul (liter) Seluruh Penampung Pada Bangunan 0,9 2980 1500 4.023.000 103
*Pembagian Berdasarkan Jumlah Unit Hunian Standar Kebutuhan Air (liter/orang/hari) Unit Hunian Estimasi per Unit (3 Orang Per Unit Untuk Bangunan Keluarga) Estimasi Kebutuhan Air Bersih per Orang 60 175 525 11.497.500 60 11 11 240.900 TOTAL 11.738.400 KEBUTUHAN LUBANG PIPA Curah Hujan : volume pipa KEBUTUHAN Curah Hujan volume pipa LUAS ATAP LUBANG PIPA 99 1500 255 (pipa 5) 5,882352941 DIBULATKAN JADI 6 LUBANG PIPA PADA TALANG ATAP Penggunaan Rainwater Harvesting ini memfungsikan pipa berdiameter 5cm berjumlah 6 buah lubang pipa. 4.023.000 11.738.400 x 100% : 34,27213249 : 35% Jad dapat Disimpulkan bahwa Sistem Rainwater Harvesting dapat membantu 35% Kebutuhan Air Bersih pada bangunan Rumah Susun 104