1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Kesehatan RI bersama lembaga swasta tahun 1996 telah merumuskan tentang empat komponen pelayanan reproduksi esensial yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan, dan pemberantasan IMS/HIV-AIDS dan dengan sendirinya harus ditangani secara khusus yaitu dengan peralatan yang cukup dan tenaga yang terlatih (Soetjiningsih, 2004, p. 152). WHO tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia Tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja akan informasi, keterampilan, pelayanan dan lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi remaja (Soetjiningsih, 2004, p. 152). Tujuan kesehatan reproduksi remaja adalah menurunkan risiko kehamilan dan pengguguran yang tidak aman, menurunkan penularan IMS/HIV-AIDS, memberikan informasi kontrasepsi dan konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi (Soetjiningsih, 2004, p. 152). Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder,
2 tercapainya fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal, tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap remaja (Soetjiningsih, 2004, p. 1). Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas (Soetjiningsih, 2004, p. 2). Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2004, p. 2). Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang
3 memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004, p. 133). Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik di mana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan (Soetjiningsih, 2004, p. 1). Di Jawa Tengah menurut Biro Pusat Statistik (2006), pada kelompok remaja berusia 10 19 tahun terdapat 18,9 % yang terdiri dari 52 % laki laki dan 48 % perempuan. Di SMP Negeri 37 Semarang yang digunakan penulis sebagai tempat penelitian sendiri terdapat 384 (50,2%) remaja laki laki dan 380 (49,8%) remaja perempuan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai pengetahuan remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2010 di SMP Negeri 29 Semarang, dari 10 responden terdapat 4 responden (40%) memiliki pengetahuan baik, 2 responden (20%) memiliki pengetahuan cukup, dan 4 responden (40%) memiliki pengetahuan kurang.
4 Masih banyaknya remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang tentang perubahan fisik masa pubertas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas di SMP Negeri 37 Semarang. B. Rumusan Masalah Adakah efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang. b. Tujuan Khusus a) Untuk memperoleh gambaran pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang sebelum penyuluhan. b) Untuk memperoleh gambaran pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang setelah penyuluhan.
5 c) Untuk menganalisis perbedaan pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang sebelum dan setelah penyuluhan D. Manfaat Penelitian 1 Manfaat Teoretis Dapat memberikan tambahan pengetahuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 2 Manfaat Aplikatif a. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan bagi sekolah mengenai bagaimana gambaran pengetahuan tentang pubertas dan kesehatan reproduksi remaja yang meliputi: 1) Pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas 2) Pengetahuan tentang tanda tanda berfungsinya alat reproduksi b. Bagi Responden Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang mangenai perubahan fisik masa pubertas.