BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Di lihat dari sisi ini pembangunan kesehatan di indonesia sudah cukup berhasil, karena angka harapan hidup bangsa kita telah meningkat secara bermakna. Namun, disisi lain dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat, karena populasi penduduk usia lanjut (lansia) meningkat. Hal ini berarti kelompok risiko dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi lagi. Meningkatnya populasi lansia bukan hanya fenomena di indonesia saja tetapi juga secara global (Notoatmodjo, 2007). Keberhasilan pembangunan telah memberikan dampak di berbagai bidang, khususnya di bidang kesehatan yaitu meningkatnya mutu kesehatan penduduk, meningkatnya angka harapan hidup pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia berjumlah 6,5 % atau 12,7 juta jiwa dengan perkiraan jumlahnya akan meningkat pada tahun 2000 menjadi sebesar 7,4 % atau sekitar 15,3 juta jiwa. Proyeksi Biro Pusat Statistik untuk tahun 2005-2010 menyebutkan bahwa jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah balita yaitu sekitar 8,5 % jumlah penduduk atau sebanyak 19 juta jiwa (Departemen Kesehatan & Kesos RI, 2001). Salah satu dampak dari penurunan tingkat fertilitas yang disertai dengan penurunan mortalitas, sehingga terjadi perubahan struktur penduduk, dari penduduk berstuktir muda menjadi berstruktur tua. Kecenderungan peningkatan populasi lansia tersebut perlu
mendapatkan perhatian khusus terutama peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya. Pemerintah telah merumuskan pembinaan lanjut usia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang dan peraturan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan, yang diantaranya seperti tercantum dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pada pasal 19 di sebutkan bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuanya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Oleh karena ini berbagai upaya dilaksanakan untuk mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya duna dan produktif untuk lanjut usia (Notoatmodjo, 2005). Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia sebagai landasan Hukum yang kuat dan merupakan arahan bagi pembinaan lanjut usia, menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Pertambahan penduduk lanjut usia secara bermakna, akan disertai oleh berbagai masalah akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia baik terhadap individu maupun bagi keluarga dan masyarakat antara lain meliputi fisik biologis, amental, maupun sosial ekonomi. Meningkat lanjut usia merupakan salah satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lanjut usia sangat memerlukan perhatian khusus sesuai dengan budaya yang ada. Didalam kehidupan bangsa, lanjut usia merupakan sumberdaya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki, yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan, keluarga dan masyarakat. Pergeseran nilai budaya di masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik terutama dikota besar, menyebabkan lanjut usia kurang
mendapat perhatian dan sering tersisih dari kehidupan masyarakat atau bahkan menjadi terlantar (Departemen Kesehatan & Kesos RI, 2001). Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, upaya-upaya yang selama ini telah dilaksanakan kurang memadai, karena disamping keterbatasan alokasi sumber daya, kegiatanyapun juga harus diakui masih belum optimal akibat pelaksanaan yang belum terkoordinasi dengan baik. Cara untuk mengantisipasi berbagai dampak yang mungkin timbul sebagia akibat dari proses penuaan penduduk dan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lanjut usia maka perlu dilakukan berbagai terobosan, baik berupa inovasi baru maupun penyempurnaan terhadap program yang sudah berjalan agar dapat memberikan hasil optimal terhadap upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk penduduk lanjut usia (Murtiningsih, 2009). Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lanjut usia ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut adalah Rumah Sakit. Posyandu atau pos pelayanan terpadu merupakan program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditunjukan pada masyarakat setempat, khususnya balita wanita usia subur, maupun lansia. Pelayanan kesehatan di Posyandu Lanjut Usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di Posyandu Lansia antara lain pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke Puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Petunjuk Pengisian KMS, DKK Purbalingga, 2010). Kegiatan Posyandu Lansia yang berjalan dengan baik akan memberikan kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program Posyandu Lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya Posyandu Lansia tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Fenomena di lapangan menunjukan fakta yang berbeda, Posyandu Lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang memafaatkan Posyandu semakin berkurang. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian di Puskesmas Mojo Kecamatan Gubang Surabaya menunjukan bahwa pemanfaatan posyandu lansia sangat rendah. Kunjungan oleh lansia sakit sebanyak 17,9 % dan lansia tidak sakit 2,1 % (Mahyuliansyah,2009). Kondisi seperti ini juga terjadi di wilayah desa Jompo Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purabalingga. Pada kelompok sasaran Pra Usila sebanyak 260 orang, Usila 268 orang, Usila Dengan Resti 40 orang. (Data Puskesmas Kalimanah, 2010). Berdasarkan pencatatan kegiatan di kelompok usia lanjut Kabupaten Purbalingga kelompok sasaran di kecamatan Kalimanah untuk Pra Usila 2183 orang, Usila 3018 orang, dan Usia
dengan Resti 353 orang (Kepaka Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga, 2009). Posyandu Lansia di Desa Jompo memiliki anggota yang terdaftar dalam register Posyandu sebanyak 238 orang, dengan rata-rata kehadiran per bulan sebanyak 48 orang (48 %), Dari data tersebut terdapat 15 lansia yang selalu aktif setiap bulan mengikuti kegiatan Posyandu, sisanya 33 lansia tidak selalu aktif mengikuti kegiatan Posyandu setiap bulan. Data ini menunjukan bahwa kecenderungan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia sangat rendah, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu juga sangat rendah. Data diatas menunjukan bahwa kondisi fisik seperti sedang sakit maupun kondisi sakit sama-sama menjadi alasan tidak datang ke Posyandu. Lansia yang sedang sakit bisa mengalami kesulitan atau tidak mampu pergi ke Posyandu, sementara dilain pihak ada lansia yang karena kondisinya tidak sakit sehingga dia merasa tidak perlu datang ke Posyandu. Untuk datang ke Posyandu, lansia juga membutuhkan dukungan peran tokoh masyarakat, dan dari keluarga, (Prihandini, 2009), seperti mengijinkan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu, mengingatkan lansia akan jadwal Posyandu, bahkan keluarga harus mengantarkan lansia ke Posyandu, terutama faktor yang dominan terhadap pemanfaatan Posyandu lansia adalah jarak (Henniwati, 2009), jika jarak Posyandu dengan rumah cukup jauh. Adanya kegiatan lain yang harus dikerjakan oleh lansia, seperti bekerja di pasar, bertani dan sebagainya dapat berbenturan dengan jadwal Posyandu sehingga tidak dapat hadir pada kegiatan Posyandu. Namun dilain pihak, lansia yang masih produktif secara ekonomi tersebut membutuhkan suatu pelayayan kesehatan agar kondisi tubuhnya tetap terjaga dan terpantau dengan baik, yang bisa didapatkan melalui Posyandu Lansia.
B. Rumusan Masalah Jika banyak lansia yang tidak aktif memanfaatkan pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan, dikhawatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat Posyandu Lansia perlu terus ditingkatkan dan perlu mendapatkan dukungan berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengidentifikasi lebih lanjut tentang gambaran Determinan Perilaku Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Jompo Kecamatan Kalimanah. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran determinan perilaku pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Jompo Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia oleh masyarakat di Desa Jompo. b. Untuk mengetahui hubungan Umur, Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sosial Ekonomi, Jarak, Waktu tempuh, Partisipasi petugas kesehatan, Kemandirian Lanjut Usia. c. Untuk mengetahui determinan apa yang paling menentukan dalam pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia.
D. Manfaat penelitian Setiap penelitian yang dilaksanakan semestinya mempunyai manfaat yang jelas dan terarah. Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Manfaat bagi Peneliti Manfaat yang dicapai oleh peneliti adalah peneliti dapat mengetahui Determinan yang mempengaruhi perilaku pemanfaatan Posyandu Lansia Desa Jompo Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. 2. Manfaat bagi petugas kesehatan 1) Petugas kesehatan dapat mengetahui determinan perilaku pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Jompo. 2) Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada kepala Puskesmas untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap kesehatan lansia. 3. Manfaat bagi lansia 1) Hasil penelitian ini di harapkan bisa memberikan informasi kepada lansia untuk lebih meningkatkan kesehatan. 2) Untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi lanjut usia. E. Penelitian Terkait 1. Rusdiyanto (2007) melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan lansia tentang posandu lansia dengan frekuensi kunjungan lansia ke posyandu lansia. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kemusu II Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian
yang digunakan yaitu Deskriptif korelsional dengan metode survay pendekatan Crosssectional. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan antara pengetahuan lansia tentang Posyandu Lansia dengan frekuensi kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kemusu II Kabupaten Boyolali. 2. Basuki (2003) melakukan penelitian tentang perilaku lansia dalam kepesertaan Posyandu Lansia. Penelitian dilakukan didusun Klowok Lor Desa Kempoko Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan datanya dengan menggunakan teknik observasi, Indepth Interviuw dan Focus Group Discussion (FGD) dan dianalisis dengan menggunakan Contents Analisis. Hasil penelitain menunjukan perilaku manusia dalam pelaksanaan Posyandu Lansia didusun Klowok Lor belum berjalan sesuai sistem lima meja, kegiatan Posyandu Lansia lebih banyak sebagai pos pengobatan karena keterbatasan sarana dan prasarana terutama fasilitas untuk laboratorium sederhana, dan belum adanya petugas laboratorium serta belum trampilnya kader yang ada. 3. Henniwati (2009) melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Survei Explanatory. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang paling dominan terhadap pemanfaatan Posyandu Lansia adalah jarak berdasarkan hasil uji regresi logistik ganda. Penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti disini adalah melakukan penelitian kuantitatif dengan fokus penelitian determinan yang mempengaruhi perilaku pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia. Tempat penelitian di Posyandu Lansia Desa Jompo Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Jenis penelitian dan rancangan penelitian yang digunakan yaitu penelitian analitik dengan rancangan Cross Sectional. 2. Variabel dependen yang diteliti pemanfaatan posyandu lanjut usia. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat dari: 1. Variabel penelitian yang digunakan yaitu variabel bebas meliputi umur, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan, pelayanan (sikap dan perilaku) petugas kesehatan, dan kemandirian lansia. 2. Pengambilan sampel secara Purposive Sampling. 3. Lokasi dan waktu penelitian yaitu Posyandu Lansia Desa Jompo Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga, pada bulan Juni 2010.