BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagi seluruh rakyat Indonesia dan di dalam undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan suatu masalah fenomenal yang tidak pernah hentihentinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memacu laju pertumbuhan negara. Hal ini dipastikan akan sangat membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Indonesia yang tergolong miskin. Bagi mereka mencari kredit mandiri

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa.kesejahteraan umum dapat dicapai jika masalah. kemiskinan dapat ditanggulangi, ketidakmampuan masyarakat dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses kearah yang lebih baik sesuai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disegala bidang. Mengingat semakin meningkatnya migrasi dari desa ke kota

BAB I PENDAHULUAN. GBHN dikatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom

P E N D A H U L U A N

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujutkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB V PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA WINUMURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan masih menjadi persoalan mendasar di Indonesia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

2015 PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI PROGRAM MICROFINANCE PADA KELOMPOK SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP)DALAM MENINGKATKAN EKONOMI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius. Kemiskinan adalah sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan. Mereka yang berada dalam kategori miskin, hidupnya serba kekurangan. Di dalam masyarakat, dapat diketemukan dua macam keadaan : (1) terdapat kemiskinan sekaligus kesenjangan, atau (2) tidak terdapat kemiskinan tetapi boleh jadi masih ada kesenjangan ( Usman, 2003 : 33 ). Kemiskinan yang terjadi dalam suatu negara memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan membuat banyak masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada ( http://www.duniaesai,com mengapakemiskinan-di indonesia-menjadi-masalah-berkelanjutan.html diakses pada tanggal 12 oktober 2010 pukul 21:13 ). Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang

dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus menerus menjadi masalah yang berkepanjangan ( http://www.mediaedukasi.com diakses pada tanggal 12 oktober 2010 pukul 21:42 ). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin tahun 2007 mencapai 37,17 juta jiwa atau 16,68 persen dari total penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), memang ada penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 2,13 juta, di mana di daerah perdesaan berkurang 1,20 juta dan di daerah perkotaan berkurang 0,93 juta orang. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin pada Maret 2007 ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan Februari 2005, di mana persentase penduduk miskin sebesar 15,97 persen ( http://www.waspada.co.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=26229:k operasiuntukatasikemiskinan&catid=25:artikel&itemid=44 diakses pada tanggal 29 September 2010 pukul 11: 30 ). Di Sumatera Utara jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2009 sebesar 1.499.700 orang (11,51 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2008 yang berjumlah 1.613.800 orang (12,55 persen), berarti jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara berkurang sebanyak 114.100 orang (1,04 persen). Selama periode Maret 2008 - Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 40.400 orang (0,73 persen), sementara di daerah perkotaan

berkurang 73.700 orang (1,40 persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berbeda. Pada bulan Maret 2009, penduduk miskin berada di daerah perdesaan sebesar 11,56 persen dan di daerah perkotaan sebesar 11,45 persen. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Utara relatif kecil perubahannya dari tahun 2008 ke tahun 2009, yaitu dari 0,58 menjadi 0,50. Untuk Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), angkanya sedikit mengalami penurunan, yakni dari 2,17 menjadi 1,92. Ini mengindikasikan bahwa kondisi atau rata-rata pengeluaran penduduk miskin dan tingkat kesenjangan semakin kecil selama periode satu tahun ini ( http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=145 diakses pada tanggal 29 September 2010 pukul 11;43 ). Untuk mengatasi kemiskinan, kesenjangan, dan memberdayakan masyarakat, pembangunan nasional terangkai dalam tiga arah kebijakan yang saling mendukung. Pertama, kebijakan yang tidak langsung diarahkan pada terciptanya kondisi yang menjamin kelangsungan semua upaya pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, penyediaan sarana dan prasarana, penguatan kelembagaan, serta penyempurnaan perundang-undangan yang menunjang kegiatan sosial-ekonomi masyarakat. Masuk dalam kebijakan ini adalah penciptaan ketenteraman sosial dan politik, penciptaan iklim usaha, dan stabilitas ekonomi melalui pengelolaan ekonomi mikro yang hati-hati, pengendalian pertumbuhan penduduk, dan pelestarian lingkungan hidup. Kedua, kebijakan langsung diarahkan pada peningkatan peran serta dan produktivitas sumber daya manusia, khususnya masyarakat berpendapatan rendah,

melalui penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan kegiatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian. Pemenuhan kebutuhan dasar diharapkan dapat memberikan peluang bagi penduduk melakukan kegiatan sosial ekonomi sehingga menghasilkan pendapatan yang memadai. Dalam hubungan ini, pengembangan kegiatan sosial ekonomi rakyat diprioritaskan pada kegiatan produktif berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia dan permodalan yang didukung pelatihan. Kegiatan ekonomi produktif diharapkan dapat menghasilkan nilai tambah lebih tinggi dan pendapatan lebih besar. Dalam tataran ini, pengembangan ekonomi rakyat dilakukan melalui pendekatan kelompok berbentuk usaha bersama. Diharapkan, dengan kelembagaan yang didasarkan pada kebersamaan, kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan kelompok penduduk dapat mendorong terciptanya kemandirian secara berkelanjutan. Ketiga, kebijakan khusus diarahkan melalui mekanisme pembangunan daerah dan dikenal sebagai bantuan Inpres. Bantuan ini, yang ditujukan untuk mempercepat peningkatan pemerataan pembangunan, penguatan otonomi, dan desentralisasi pembangunan di daerah. Bantuan diberikan secara terpilih sesuai kebutuhan masyarakat dan kesiapan aparat daerah setempat ( Sumodiningrat, 2007: 33 ). Ada beberapa program pembangunan yang dilaksanakan dengan mekanisme pelaksanaan yang bertumpu pada masyarakat, yaitu bantuan disalurkan langsung kepada masyarakat. Dalam kaitan ini dikembangkan modal pembangunan kelembagaan masyarakat yang berkelanjutan yang merupakan prinsip pembangunan yang partisipatif yaitu upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri dari segenap unsur

masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Program tersebut terdiri dari Program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) dan dimantapkan dalam Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal ( P3DT ), program dilanjutkan dengan Program Pengembangan Kecamatan ( PPK ) ( Gunawan, 1999 dalam buku Miar & Rintuh, 2005 ). Program Pengembangan Kecamatan (PPK) merupakan usaha pemerintah Indonesia untuk mengurangi kemiskinan masyarakat di pedesaan, dan juga untuk memperbaiki kinerja pemerintah daerah. Selain Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Pemerintah Indonesia sejak tahun 2007 juga mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM MANDIRI) yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. (Tim Koordinasi, (Petunjuk Teknis Operasional) program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, Jakarta ). Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah perdesaan. Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat/ kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp750 juta sampai Rp3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk ( http://id.wikipedia.org/wiki/pnpm_mandiri_pedesaan diakses pada tanggal 29 September 2010 pukul 11: 15 ).

Sasaran program ini adalah kecamatan-kecamatan yang dinilai paling miskin di Indonesia diantaranya Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal termasuk salah satu yang masuk dalam Program Nasioanal Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI) karena lapisan masyarakatnya yang beragam dari mulai petani, pedagang, pejabat ataupun sopir yang kesemuanya itu mempunyai kebutuhan hidup, akan tetapi lahan pertanian dalam desa tersebut tidak begitu dapat memberikan hasil sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup dari sekian banyak profesi diatas maka pekerjaan yang paling dominan untuk usaha mereka adalah berdagang sehingga untuk usaha tersebut mereka meminjam pada bank sebagai modal awal dan juga untuk memajukan usaha kecil mereka demi meningkatkan taraf ekonomi untuk hidup yang lebih baik. Sehubungan dengan hal tersebut, usaha kecil perlu diberdayakan dalam memanfaatkan peluang kerja dan menjawab tantangan perkembangan ekonomi dimasa yang akan datang, yang dimaksud dengan usaha kecil sesuai dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil adalah usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Banyak masyarakat Desa Sinonoan yang berdagang kecilkecilan terlebih lagi kaum perempuan atau ibu-ibu. Berdagang dilakukan guna membantu perekonomian keluarga supaya dapat mencukupi kehidupan sehari-hari. Dengan suku bunga yang lebih rendah dari pada bank, diharapkan dapat membantu masyarakat terutama kaum perempuan untuk dapat meningkatkan taraf hidup serta menunjang perekonomian Negara, dan juga yang menjadi daya tarik

penulis adalah pinjaman tersebut hanya dikhususkan kepada kaum perempuan saja. Namun dalam prakteknya tidak selalu berjalan mulus dalam setiap pengeluaran dari suatu program, terlebih lagi yang berhubungan dengan uang. PNPM-MP SPP banyak mengalami hambatan dan kendala dalam hal pengembalian uang dari para nasabah atau peminjam antara lain : ( a ) Pengembalian telat atau tidak sesuai dari jadwal yang ditentukan dalam musyawarah, dan ( b ) Nasabah tidak mau membayar atau karena belum ada uang. Penulis mencoba melakukan penelitian karena program ditujukan untuk Desa yang memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran.kemiskinan dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturuktural, dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di pedesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran, peningkatan kapasitas, dan pendayagunaan. Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Bidang Simpan Pinjam Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal.

1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian ( Soehartono, 2008 : 23 ). Setelah mengetahui dan memahami uraian dari latar belakang masalah diatas maka dirumuskan permasalahannya untuk dikaji lebih dalam lagi. Perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu : Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Pada PNPM- MP Kelompok SPP ) Di Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya dicari oleh peneliti sehingga memberikan arahan dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan ( SPP ) Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Pada PNPM-MP Kelompok SPP ) Di Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal.

1.3.2 Manfaat Penelitian Setiap penelitian pasti mendatangkan manfaat sebagai tindak lanjut dari apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu : 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti. b. Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. c. Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. b. Dapat memberi masukan bagi para pihak yang berkepentingan dan referensi bagi penelitian berikutnya.

1.4 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.