I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara berkembang senantiasa melakukan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Utara terletak pada sampai Bujur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Implementasi Kebijakan PNPM Mandiri Pedesaan di Kecamatan. dengan analisis implementasi kebijakan PNPM-Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik. Data Penduduk Indonesia Per Maret Diakses 14 Februari 2011

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang sangat penting saat ini sehingga

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

I. PENDAHULUAN. individu untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya dengan layak. Kemisikinan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. program tersebut adalah PNPM Mandiri Perdesaan. PNPM Mandiri adalah. pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

I. PENDAHULUAN. Upaya penangulangan kemiskinan di Indonesia merupakan amanah konstitusional

I. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa.kesejahteraan umum dapat dicapai jika masalah. kemiskinan dapat ditanggulangi, ketidakmampuan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagi seluruh rakyat Indonesia dan di dalam undang-undang Dasar 1945,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujutkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan masalah sosial yang perlu segera diatasi, secara kualitas maupun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I P E N D A H U L U A N

EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARKAT. Oleh : Rahayu M.

I. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sekretariat PNPM MP Kecamatan Ranomeeto, maka adapun hasil penelitian. yang didapatkan dapat digambarkan sebagai berikut:

EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI DESA SONOWANGI KECAMATAN AMPELGADING KABUPATEN MALANG

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. GBHN dikatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

SAMBUTAN KEPALA DESA

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator penting untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan tidak dapat ditakar hanya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani,

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Arah Kebijakan Pengelolaan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

I. PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD Salah satu arahan. pembangunan jangka panjang nasional Tahun seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kredit berasal dari bahasa yunani credere yang berarti kepercayaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang

BAB III GAMBARAN UMUM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP) DESA TUNGU KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

Kumalasari, et al., Evaluasi Implementasi Program...

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang senantiasa melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Sesuai dengan amanat pembangunan nasional bahwa masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 harus di wujudkan melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Bermula dari tidak terkoordinasinya dengan baik program program pengentasan kemiskinan yang dimiliki oleh departemen departemen di pemerintahan RI, maka dimunculkanlah program ini. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan sendiri adalah suatu instrument pemerintah yang digulirkan untuk mencapai salah satu poin dari MDGs (Millenium Development Goals) yaitu pengentasan kemiskinan. Pendekatan pembangunan merupakan tuntutan akan partisipasi yang telah mengubah paradigma mengenai posisi masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat tidak lagi ditempatkan sebagai objek, tetapi ikut terlibat mulai dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga

2 pertanggungjawabanya. pendekatan ini menyadari betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kemempuan atas segala sumber dayayang dimilikinya. Model semacam ini sangat menekankan pentingnya pemberdayaan ( empowerment) dan inisiatif rakyat sebagai inti dari sumber daya pembangunan. Konsep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat (community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat ( community-based development), dan tahap selanjutnya diterjemahkan sebagai pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community driven development) atau diistilahkan pembangunan yang digerakan masyarakat. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat Indonesia yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat (Wrihatnolo dan Nugroho, 2007:74). Melihat dari kondisi masyarakat Indonesia yang terperangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan serta melihat urgenitas dari pemberdayaan masyarakat, maka pemerintah Indonesia meluncurkan program berbasis pemberdayaan masyarakat yang bertujuan meningkatkan kapasitas masyarakat guna menanggulangi kemiskinan dan pengangguran khususnya ditingkat pedesaan. Adapun program yang dikeluarkan pemerintah adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan(PNPM-MP). Program ini

3 merupakan penyelarsan dari program sebelumnya yakni Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah mulai sejak tahun 1998. Berdasarkan kebijakan pokok yang tertuang dalam petunjuk teknis operasional ( PTO) PNPM-MP (2009:1), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan melalui Program Pengembangan Masyarakat adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) merupakan kelanjutan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Keberhasilan PPK diantaranya, berhasil menyediakan lapangan kerja bagi rakyat miskin (mengatasi masalah pengangguran) dan sekaligus menambah penghasilan bagi rakyat miskin. PNPM-MP berupaya mempertajam visi dan peningkatan visi Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Berdasarkan Petunjuk Teknis Operasional (PNPM-MP) Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin. Kemandirian yaitu mampu mengorganisir diri untuk mobilisasi sumberdaya yang ada dilingkungan, mampu mengakses sumber daya yang ada dilingkungannya, mampu mengakses sumber daya diluar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut dalam mengatasi kemiskinan. Sedangkan misi PNPM-MP pedesaan adalah : 1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya. 2. Pelembagaan system pembangunan parsifatif. 3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal.

4 4. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sarana sosial dan ekonomi masyarakat. 5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan. Dalam rangka melaksanakan visi dan misi PNPM-MP, strategi yang dikembangkan yaitu menjadikan Rumah Tangga Miskin (RTM) sebagai kelompok sasaran dan penguatan sistem pembangunan partisipatif. Dalam program PNPM-MP ini, terdapat sembilan Kabupaten di Provinsi Lampung yang menerima PNPM-MP yakni Lampung Selatan, Pesawaran, Tanggamus, Lampung Barat, Way Kanan, Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Timur, Dan Tulang Bawang, dengan total 52 Kecamatan. Sementara untuk pendanaan PNPM-MP ini menggunakan cost sharing dengan APBD, Dalam pelaksanaannya, program ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat Indonesia paling miskin di wilayah Perdesaan. Program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan masyarakat kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp. 750 juta sampai Rp. 3 miliar per kecamatan, tergantung jumlah penduduk. Pelaksana PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.

5 Salah satu lokasi yang menjadi titik pelaksanaan program mandiri pedesaan di Provinsi Lampung adalah Kecamatan Abung Barat. Kecamatan Abung Barat menjadi lokasi sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) pada tahun 2009. Berdasarkan Surat Penetapan Bantuan Program Pengembangan Kecamatan (SPBPPK), besarnya total dana untuk membiayai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-MP) di dua belas kampung untuk tahun anggaran 2009 adalah sebesar Rp.2 miliar. Kegiatan yang sudah dilaksanakan di Kecamatan Abung Barat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) ini adalah sarana fisik yaitu infrastruktur seperti jembatan penyebrangan sungai, jalan batu (onderlagh) atau badan jalan, dan non fisik yaitu kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan. Alasan peneliti memilih lokasi ini, dalam Moleong (2004 : 128 ), menyatakan cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori subtantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Sementara itu, keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, tenaga, biaya, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penelitian. Berdasarkan pra-riset yang telah dilakukan pada 31 Maret 2011, berkaitan dengan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) di Kecamatan Abung Barat, diketahui bahwa jumlah anggota kelompok SPP penerimaan bantuan Program Nasional pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) 47 kelompok tersebar dalam dua belas kampung yang

6 berada dalam lingkup Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Adapun ke-sebelas dari dua belas kampung tersebut adalah Cahaya Negri, Kistang, Bumi Nabung, Lepang Besar, Simpang Abung, Bumi Mandiri, Kamplas, Pengaringan, Way Kakak, Tanjung Harta, Gunung Betuah, Pematang Kasih, secara rinci dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Kelompok Penerima SPP Melalui PNPM mandiri pedesaan tahun Anggaran 2009 Pembiayaan Pemanfaat (Rp) No Desa Kelompok SPP Anggota/ Kelompok 1. Cahaya Negri Kelompok Anggrek 9.500.000.- 10 Kelompok Evorbia 9.500.000.- 10 Kelompok Melati 9.500.000.- 10 Kelompok Mawar 9.500.000.- 10 2. Kistang K. Nurul Falah 9.500.000.- 10 K. Tanimawar 9.500.000.- 10 K.Tani Melati 9.500.000.- 10 K. Tani Cempaka 9.500.000.- 10 3. Bumi Nabung K. Mari Bertaqwa 9.500.000.- 10 K. Mawar 9.500.000.- 10 K.Melati 9.500.000.- 10 4. Lepang Besar - - - 5. Simpang K.Alhidayah 9.500.000.- 10 Abung K. Nurul Iman 9.500.000.- 10 K.Mawar 9.500.000.- 10 K. Kemboja 9.500.000.- 10 6. Bumi Mandiri K.Al Baqoroh 9.500.000.- 10 K. Mawar 9.500.000.- 10 K. Anggrek 9.500.000.- 10 7. Kamplas K. Anggrek 9.500.000.- 10 K. Melati 9.500.000.- 10 K. Pkk 9.500.000.- 10 K. Pengajian 9.500.000.- 10 8. Pengaringan K. Al-Iklas 9.500.000.- 10 K. An-Nisa2 9.500.000.- 10 K. Aqrobul Iman 1 9.500.000.- 10 K.Aqrobul Iman 2 9.500.000.- 10 K.Nurul Iman 9.500.000.- 10 9. Way Kakak K. Al Hidayah 9.500.000.- 10 K. Al-Baqoroh 9.500.000.- 10

7 K. An-Nisa 9.500.000.- 10 10. Gunung K. Usaha Abadi 9.500.000.- 10 betuah K. Muslim 9.500.000.- 10 K. Sukses Jaya 9.500.000.- 10 K. Usaha Jaya 9.500.000.- 10 K. Usaha Makmur 9.500.000.- 10 K. Usaha Maju 9.500.000.- 10 K. Melati 9.500.000.- 10 K. Mawar 9.500.000.- 10 K. Melati 2 9.500.000.- 10 K.Usaha Mandiri 9.500.000.- 10 K.Usaha Mandiri2 9.500.000.- 10 11. Tanjung harta K.Melati 9.500.000.- 10 12. Pematang K.Al-Hidayah 1 9.500.000.- 10 kasih K.Al-Hidayah 2 9.500.000.- 10 K.Al-Hidayah 3 9.500.000.- 10 K.Al-Hidayah 4 9.500.000.- 10 K.Al-Hidayah 5 9.500.000.- 10 Data ini diolah peneliti pada April 2011 (Sumber : Surat Penetapan Bantuan Program PNPM Mandiri Kecamatan Abung Barat tahun 2009). Dalam pra-riset yang peneliti lakukan pada 31 maret 2011, peneliti menemukan temuan di lapangan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP), permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) yang akan menjadi kajian adalah : 1. Terdapat kelompok perempuan yang terlambat dalam mengembalikan dana pinjaman yang disebut pinjaman bermasalah. 2. Masih ada kelompok yang belum mengembalikan dana pinjaman tersebut, seperti yang peneliti masukan kedalam tabel. 2. kelompok pinjaman bermasalah 3. Kurangnya partisipasi dalam menghadiri musyawarah.

8 Hal ini mengakibatkan beberapa jadwal kegiatan terlambat untuk dilaksanakan. Seperti pencairan dana untuk kegiatan yang sama pada tahun 2010 melalui program yang sama yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) menjadi ditunda. Hasil wawancara observasi dan wawancara pra-riset dengan Ibu Yusmalida (Ketua Unit Pelaksana Kegiatan pada, 31 April 2011). Berdasarkan laporan pinjaman Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM-MP 2009 Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, pada bulan November 2009 terdapat 34 Kelompok SPP yang dikategorikan sebagai kelompok yang memiliki pinjaman bermasalah. Secara rinci dijelaskan dalam tabel berikut :

9 Tabel 2. Kelompok Pinjaman Bermasalah (SPP) PNPM Mandiri Pedesaan 2009 No Kelompok/ Kampung Target Pengembalian Komulatif Realisasi Pengembalian Tunggakan Pengambalian Pokok Bunga Pokok Bunga Pokok Bunga % 1. Anggrek/ cahaya negri 2. Evorbia/ cahaya negri 3. Melati/ cahaya negri 4. Mawar/ cahaya negri 5. Nurul fatah 2/ kistang 6. Tani mawar/ kistang 7. Tani melati/ kistang 8. Mari taqwa/ bumi nabung 9. Melati/ bumi nabung 10. Al-hidayah/ simpang abung 11. Nurul iman/ simpang.abg 12. Mawar/simpa ng abung 13. Kamboja/sim pang abung 14. Al-baqoroh/ bumi mandiri 15. Mawar/bumi mandiri 16 Anggrek/bu mi mandiri 17. Anggrek/ kamplas 18. Melati/ kamplas 19. Ibu PKK /kamplas 20. Pengajian/ kamplas 21. Annisa2/ pengaringan 9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50% 9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50% 9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50% 9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50% 9.500.000 1.425.000 1.572.250 285.000 7.927.000 1.140.000 93% 9.500.000 1.425.000 6.713.500 1.282.500 2.786.500 142.500 29% 9.500.000 1.425.000 5.263.000 855.000 4.237.000 570.000 45% 9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10% 9.500.000 1.425.000 7.122.000 1.140.000 2.378.000 285.000 25% 9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % 9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % 9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % 9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % 9.500.000 1.425.000 4.750.000 712.500 4.750.000 712.500 50% 9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10% 9.500.000 1.425.000 3.800.000 570.000 5.700.000 855.000 60% 9.500.000 1.425.000 5.550.000 997.500 3.950.000 427.500 42% 9.500.000 1.425.000 2.665.000 427.000 6.835.000 997.500 72% 9.500.000 1.425.000 1.900.000 285.000 7.600.000 1.140.000 80% 9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10% 9.500.000 1.425.000 3.253.750 570.000 6.746.250 855.000 66%

10 22. Aqrobuliman 9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10% /pengaringan 23. Aqrobuliman 9.500.000 1.425.000 7.282.000 1.282.500 2.218.000 142.500 23% 2/pngaringan 24. Al-hidayah/ 9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70% way kakak 25. Al-iklas/way 9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70% kakak 26. Melati/way 9.500.000 1.425.000 1.640.000 285.000 7.800.000 1.140.000 83% kakak 27. Melati/ 9.500.000 1.425.000 948.000 285.000 8.552.000 1.140.000 90% tanjung harta 28. Usah maju/ gunung 9.500.000 1.425.000 - - 9.500.000 1.425.000 100 % betuah 29. U.makmur/g 9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70% unung betuah 30. U.jaya/gunun 9.500.000 1.425.000 2.850.000 427.500 6.650.000 997.500 70% g betuah 31. Sukses jaya/ 9.500.000 1.425.000 3.800.000 427.500 5.700.000 855.000 60% gunung betuah 32. u.abadi/gunu 9.500.000 1.425.000 2.850.000 1.282.500 6.650.000 997.500 70% ng. Betuah 33. Melati/gunun 9.500.000 1.425.000 8.550.000 1.282.500 950.000 142.500 10% g betuah 34. Al-hidayah/ pmatang ksih 9.500.000 1.425.000 1.425.000 5.315.000 4.185.000 570.000 34% Data diolah oleh peneliti pada April 2011 Sumber :Laporan Perkembangan Pinjaman (SPP) PNPM -MP Mandiri Pedesaan 2009 Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Pinjaman bermasalah tersebut mungkin terjadi karena adanya kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah ditetapkan ( guidelines), atau terjadi bentuk penyimpangan dari kelompok sasaran ( target group), terutama berkaitan dalam pengunaan dana bantuan program. Dengan demikian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP), khususnya dalam Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) akan memberikan

11 manfaat bagi kesejahteraan masyarakat apabila dalam pelaksanaannya sesuai dengan mekanisme dan tujuan yang ingin dicapai, serta tidak adanya penyimpangan-penyimpangan dalam proses pelaksanaannya. Alasan lain yang menjadi dasar peneliti mengkaji Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP), sebagai kajian penelitian adalah adanya keterlibatkan langsung dari masyarakat khususnya kaum perempuan dalam konsep pemberdayaan yaitu pembangunan masyarakat ( community development) dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community-based development), dimana kaum perempuan yang secara struktural dapat dikatakan sebagai kelompok lemah sehingga perlu untuk diberdayakan guna memiliki kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka. Namun dalam hal ini masalah krusial yang perlu untuk dipahami adalah sejauh mana hasil yang dicapai dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) terutama yang berkaitan dengan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) yang diberikan pada Kecamatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ada dan sudah diterapkan. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan suatu kajian secara sistematis terhadap pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP), dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) tersebut. William N Dunn dalam Winarno (2002:29), menyatakan bahwa kebijakan dipandang sebagai suatu pola

12 kegiatan yang berurutan, mulai dari penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan, tingkat efektivitasnya. Pada dasarnya kebijakan publik dijalankan dengan maksud tertentu, untuk meraih tuhuan-tujuan tertentu yang berangkat dari masalahmasalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pelaksanaan kebijakan diperlukan satu kajian evaluasi kebijakan. Menurut Anderson dalam Sulsistio (2004:37), evaluasi kebijakan merupakan aktifitas atau kegiatan yang menyangkut etimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup subtansi, implementasi, dan dampak. Berdasarkan pemaparan di atas, diperlukan kajian evaluasi terhadap pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri pedesaan tahun anggaran 2009. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Analisis Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) dalam kasus pelaksanaan kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP) di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun anggaran 2009?.

13 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara tahun anggaran 2009 dalam kasus pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Pada Kelompok Perempuan (SPP). D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan masukan ide dan pemikiran bagi masyarakat dan Tim Pelaksana Kegiatan (PTK) dalam pelaksanaan Implementasi Kebijakan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM -MP) di Desa Simpang Abung Kecamatan Abung Barat tahun 2009. 2. Menjadi inspirasi bagi instansi pemerintahan khususnya Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara agar lebih memperhatikan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM- MP) secara langsung dan tidak terlalu mudah percaya terhadap panitia/tim pelaksana yang ada di desa agar lebih akuntabel dan terlihat hasil dari kegiatan yang efektif atau tidak efektif, baik fisik maupun non fisik.