EFEKTIFITAS PEMBERIAN HEALTH EDUCATION (HE)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan di negara-negara sedang berkembang (Unicef-WHO, 2004). BBLR

*Armi

Diah Eko Martini ...ABSTRAK...

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KETERATURANANTENATAL CAREPADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

PENGARUH HEALTH EDUCATION

PENGARUH PENERAPAN METODE KANGURU DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR ABSTRAK

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

GAMBARAN PENERAPAN METODE KANGURU DALAM PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BBLR DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN Oleh

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

PERILAKU PIJAT BAYI BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA

Ihda Mauliyah*, Nawang Indah PS** ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL TENTANG ANEMIA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA SELAMA KEHAMILAN. Kiftiyah

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL DENGAN KETERATURAN ANC DI PUSKESMAS TURI KABUPATEN LAMONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BBLR PERIODE JANUARI SAMPAI DESEMBER 2012 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN TAHUN 2012

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI BPM HJ. A BANJARMASIN ABSTRAK

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BPM NY. SUBIYANAH, SST DESA PARENGAN KECAMATAN MADURANKABUPATEN LAMONGAN

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

PERBEDAAN SKALA NYERI PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN MASASE PUNGGUNG DAN TANPA MASASE PUNGGUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEWONDO KENDAL

STUDI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA SELAMA MASA NIFAS (Di Desa Pomahan Janggan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015)

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%. 1 Penyebab kematian neonatal. matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

EFEKTIFITAS PENINGKATAN SUHU TUBUH PADA PERAWATAN METODE KANGGURU DENGAN PERAWATAN INKUBATOR DI BLUD RS H. BOEJASIN PELAIHARI TANAH LAUT TAHUN 2013

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Buku Kesesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA PARAMEDIS TENTANG PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Hidayah, et al., Gambaran Ibu Nifas Tentang...

MEDIA AUDIO VISUAL DAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK PRA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI PADA IBU NIFAS UNTUK MENYUSUI BAYINYA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (Studi Di BPS Yuliana, Amd. Keb. Kabupaten Lamongan 2016)

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PIJAT BAYI DI BPS SUHARTATIK DESA KALIWATES KEMBANGBAHU

Lilis Maghfuroh Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN LANSIA DATANG KE POSYANDU LANSIA DI DESA BENERWOJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEJAYAN KABUPATEN PASURUAN

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWEATAN BAYI BARU LAHIRMPADA IBU PRIMIPARA DI R. 7 RSUD DR. SOEKARDJO TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

Kata Kunci : Pengetahuan,Kesehatan Reproduksi, Perilaku, Personal Hygiene

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KEBEN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN. M. Masykur*, Dian Nurafifah**...ABSTRAK...

LEMBAR KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG PENCEGAHAN HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR DI KELURAHAN ASUHAN PEMATANGSIANTAR

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i3 ( )

HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH DI DUSUN MENGAI DESA SUKOREJO KARANGBINANGUN LAMONGAN

Lilis Maghfuroh Dosen S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

Nisa khoiriah INTISARI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POST PARTUM DI RS Dr.

GAMBARAN SIKAP IBU HAMILTENTANG PERAWATAN PAYUDARA SELAMA HAMIL DI POS KESEHATAN DESA PUNDUNGREJO TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN 2013.

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATOLOGI RSUD DR. RASIDIN PADANG TAHUN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PEMBERIAN ALTH EDUCATION () TERHADAP TINGKAT KEMAMPUAN IBU DALAM MELAKUKAN KANGAROO MOTR CARE (KMC) PADA BBLR DI RUANG NEONATUS RSUD Dr.SOEGIRI LAMONGAN Siti Sholikhah ABSTRAK Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu penyebab tingginya kematian neonates di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan menggunakan metode kanguru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian terhadap tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC pada BBLR di RSUD dr.soegiri Lamongan. Desain Penelitian yang digunakan Analitik Komparasi dengan pra experimental desain. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan BBLR di ruang neonatus yang berjumlah 12 orang dengan menggunakan Non-Probability Sampling, jenis Consecutive Sampling. Data penelitian ini diperoleh dari ruang neonates bulan Februari-Maret 2013. Data ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon Sign Rank Test (SPSS 16,0). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum dan setelah diberikan. Hasil pengujian dengan Uji Wilcoxon Sign Rank Test (SPSS 16,0) dengan Z : -2,972, n : 12, p : 0,003 dimana p< 0,05, maka H1 diterima, artinya ada perbedaan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum diberikan dan setelah diberikan di ruang neonatus RSUD dr. Soegiri Lamongan 2013. Ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum dan setelah diberikan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu ibu dalam pelaksanaan KMC, agar kematian bayi yang disebabkan BBLR dapat terselamatkan dan terhindar dari kematian. Kata kunci : Health Education (), Metode Kanguru PENDAHULUAN N Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi melekat sangatlah bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir prematur atau dengan bayi berat lahir rendah, yang dapat dilakukan selama perawatan di Rumah Sakit ataupun di rumah. Metode kanguru merupakan metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi dengan posisi seperti kanguru. Dengan metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir prematur dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. Metode kanguru ini telah terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif, lama serta denyut jantung dan pernafasan yang stabil pada bayi prematur. Sentuhan kulit ke kulit mendorong bayi untuk mencari puting dan menghisapnya, hal ini mempererat ikatan antara ibu dan bayi serta membantu keberhasialan dalam pemberian ASI (Handerson, 2006). Seorang bayi yang lahir prematur, umumnya akan diletakkan kedalam inkubator agar suhu tubunya tetap normal serta diberi bantuan oksigen untuk pernafasan. Selain inkubator suhu tubuh bayi dapat dipertahankan kehangatannya dengan metode kanguru. Dulu metode ini dianggap hanya untuk orang miskin sedangkan orang kaya bayinya diletakkan kedalam inkubator, tetapi berdasarkan pengalaman yang diperoleh hasil membuktikan metode kangurulah yang lebih efektif untuk digunakan (Rahmi, 2008). Negara-negara berkembang sangat mendukung keefektifan dan keamanan dari metode kanguru dalam perawatan bayi prematur, dimana bayi dapat merasakan kehangatan dan kenyamanan dari seorang ibu atau ayah. Selain itu mengingat terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan, maka metode kanguru sangat dianjurkan. Departemen kesehatan dan kesejahteraan sosial telah mengembangkan kebijakan pelayanan neonatal esensial dan metode kanguru sebagai salah satu cara dalam penerapan kebijakan tersebut yang bertujuan untuk pencegahan bayi hipotermi (suhu badan rendah) (Widyastutik, dkk, 2004). Di Asia Tenggara, 20% - 35% bayi yang dilahirkan terdiri dari bayi BBLR dan 70% - 80% dari kematian neonatus terjadi pada bayi kurang bulan World Health Organization (2002). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain antara 9% - 30% hasil studi 7 daerah multi SURYA 59 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

center diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara Nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (SDKI, 2007). Sedangkan di RSUD Dr. Sutomo pada tahun 2002 dari 232 kasus kematian neonatal sebesar 78,88% merupakan BBLR pada tahun 2003 62,87% dari kasus 307 kasus kematian neonatal merupakan BBLR. Berdasarkan hasil studi pendahuluan menurut Krisdyan Brigade, (2012) di Ruang Neonatus RSUD Dr.Soegiri Lamongan, diperoleh data yang diambil pada Januari 2010 sampai dengan September 2011, angka hipotermi masih cukup tinggi. Dimana pada Januari sampai Desember 2010 angka hipotermi sebanyak 23,35% atau 230 kejadian dari 985 kelahiran. Dan dari seluruh angka hipotermi tersebut, 6% atau 14 bayi meninggal. Sedangkan pada Januari sampai Desember 2011 angka hipotermi sebanyak 23% atau 268 kejadian dari 1172 kelahiran. Dimana dari seluruh angka hipotermi pada Januari sampai Desember 2011, 7,83% atau 21 bayi meninggal. Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa angka hipotermi setiap tahunnya masih cukup tinggi dan angka kematian bayi akibat hipotermi mengalami kenaikan. Dan sebagian faktor penyebab terbesar hipotermi adalah prematuritas dan BBLR. Menurut hasil survey penelitian angka kejadian BBLR pada bulan Januari sampai September tahun 2012 sebanyak 149 bayi. Sebuah studi penerapan metode kanguru di Rumah Sakit di Ethopia terdapat 67% bayi lahir prematur dan BBLR yang beresiko tinggi menjadi dapat teratasi. Begitu juga dengan India yang menerapkan metode ini lebih menurunkan angka kematian bayi. Misalnya kemampuan bayi minum ASI (kira-kira 180-200ml/kg/hr) lalu kenaikan berat badan perlahan paling tidak 20-30 gram atau 1 minggu sekitar 2 ons (Rahmi, 2008). Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan peneliti di ruang Neonatus RSUD Dr.Soegiri Lamongan, diperoleh hasil bahwa dari 10 ibu, 6 atau 60% ibu tingkat kemampuan dalam melakukan KMC masih kurang, dan 4 atau 40% ibu sudah mampu melakukan KMC dengan baik. Dari data survey awal diatas memberi informasi bahwa masih rendahnya tingkat kemampuan ibu dalam melekukan KMC pada BBLR. Banyak faktor yang mempengaruhi penatalaksanaan metode kanguru diantaranya adalah faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Adapun faktor predisposisi meliputi: Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran pola pikir seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari jenjang pendidikan inilah dapat diketahui pola pikir seseorang, semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapat dan ini akan dapat membantu dalam menyikapi dan melaksanakan metode kanguru. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek yang ada. Tradisi merupakan gambaran dimana sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang, sehingga metode tersebut juga sangat berpengaruh terhadap tradisi yang dianutnya (Notoatmodjo, 2003). Kepercayaan merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan yang dimilikinya, sehingga indivudu dapat melakukan tindakan tindakan yang dianggapnya itu penting untuk dilakukan, seperti halnya ibu atau ayah dapat melakukan metode kanguru dalam perawatan bayi prematur atau BBLR. Sistem nilai yang dianut ini merupakan rangkaian konsep dalam hidup di masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga lagi dalam kehidupan. Sosial ekonomi merupakan kondisi fisik dimana di dalam keluarga sosial ekonominya sangat rendah sehingga memungkinkan kurangnya informasi mengenai metode kanguru dan kurangnya pengalaman yang dimilikinya. Paritas merupakan jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak yang dimiliki dari hasil perkawinan, dengan banyaknya jumlah kehamilan dan jumlah anak kemungkinan besar terjadi ketidakefektifan dalam penerapan metode tersebut. Pekerjaan merupakan status simbol dalam masyarakat, dimana dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dalam keluarganya, dengan demikian banyak SURYA 60 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, dapat berdampak negatif terhadap perilaku yang dimilikinya, misalnya tidak adanya penerapan metode kanguru dikarenakan anggota keluarganya sibuk dengan pekerjaan masing masing (Notoatmodjo, 2003). Dampak yang akan terjadi bila bayi tidak dimasukan inkubator atau tidak dilakukannya metode kanguru, bayi akan terancam kematian yang diakibatkan hipotermi (suhu badan dibawah 36,5 ºC), disamping asfiksia (kesulitan bernafas), dan infeksi, bisa juga terjadi gangguan metabolisme seperti hipoglikemia dan masih banyak lagi masalah yang akan dijumpai pada BBLR (Perinasia, 2006). Sehingga upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tesebut adalah dengan memberikan pendidikan KMC kepada keluarga baik dengan ibu maupun dengan ayah, dengan diberikannya pendidikan KMC tersebut diharapkan baik ibu maupun ayah mengerti atau faham tentang pentingnya metode kanguru dan bisa menerapkan dalam perawatan bayi prematur atau BBLR. Selain menstabilkan suhu bayi, denyut jantung dan pernafasan bayi, metode kanguru juga dapat meningkatkan hubungan emosi antara ibu dan bayi, mengurangi stres pada ibu dan bayi, memperbaiki emosi ibu dan bayi, meningkatkan produksi ASI, menurunkan resiko infeksi selama perawatan di Rumah Sakit sehingga mempersingkat masa perawatan di Rumah Sakit. Selain itu juga salah satu keistimewaan dalam metode kanguru adalah bayi akan memiliki perkembangan otak dan emosi yang baik bila dibandingkan dengan bayi yang diletakan pada inkubator (Walgito, 2003). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah adakah efektifitas pemberian Health Education () terhadap tingkat kemampuan ibu dalam melakukan Kangaroo Mother Care (KMC) pada BBLR. METODE PENELITIAN N Desain Penelitian yang digunakan Analitik Komparasi dengan pra experimental desain dengan menggunakan Non-Probability Sampling, jenis Consecutive Sampling. Populasi : Seluruh ibu yang mempunyai BBLR di ruang Neonatus RSUD Dr.Soegiri Lamongan sejumlah 12 ibu. Sedangkan Sampel : Sebagian ibu yang mempunyai BBLR di ruang Neonatus RSUD Dr.Soegiri Lamongan sejumlah 12 ibu. Serta variabel independent Pemberian Health Education () sedangkan variabel dependent Tingkat kemampuan ibu dalam melakukan Kangaroo Mother Care (KMC). Pengumpulan data dengan menggunakan Checklist serta Pengolahan data dan analisa data : Editing, Coding, Scoring, Tabulating, Uji Wilcoxon sign rank test HASIL PENELITIAN N 1.1 Data Umum 1.1.1 Distribusi umur ibu Tabel 1. Distribusi Umur Ibu di Ruang Neonatus RSUD dr.soegiri No Umur Frekuensi Prosentase 1 21-30 tahun 8 66,7 2 31-40 tahun 4 33,3 Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (66,7%) ibu yang berumur diantara 21-30 tahun. 1.1.2 Distribusi Pekerjaan Ibu Tabel 2. Distribusi pekerjaan Ibu di Ruang Neonatus di RSUD dr.soegiri No Pekerjaan Frekuensi Prosentase 1. Tidak 5 41,7 Bekerja 2. Tani 2 16,7 3. Wiraswasta 4 33,3 4. PNS 1 8,3 Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa hampir setengah (41,7%) ibu yang tidak bekerja dan sebagian kecil (8,3%) ibu berkerja sebagai PNS. 1.1.3 Distribusi Pendidikan Ibu Tabel 3. Distribusi pendidikan Ibu di Ruang Neonatus di RSUD dr.soegiri No Pendidikan Frekuensi Prosentase 1. SLTP 5 41,7 2. SLTA 6 50,0 3. PT 1 8,3 SURYA 61 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa setengahnya (50,0%) ibu dengan pendidikan terakhir SLTA, dan sebagian kecil (8,3%) ibu berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi. 1.2 Data Khusus 1.2.1 Tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum diberikan Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum diberikan di Ruang Neonatus RSUD dr.soegiri No Pre Frekuensi Prosentase 1. Kemampuan 11 91,7 Kurang 2. Kemampuan 1 8,3 Cukup Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa hampir seluruhnya (91,7%) kemampuan ibu kurang. 1.2.2 Tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC setelah diberikan Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC setelah diberikan di Ruang Neonatus RSUD dr.soegiri No Post Frekuensi Prosentase 1. Kemampuan 2 16,7 Kurang 2. Kemampuan 7 58,3 Cukup 3. Kemampuan 3 25,0 Baik Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (58,3%) kemampuan ibu cukup dan sebagian kecil (16,7%) kemampuan ibu kurang 1.2.3 Tabel silang perbedaan kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum dan setelah diberikan Tabel 6. Tabel silang perbedaan kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum dan setelah diberikan di Ruang Neonatus RSUD dr.soegiri No 1. 2. 3. Sebelum dilakukan Kemampu an kurang Kemampu an cukup Kemampu an baik Kemam puan kurang Setelah diberikan Kemam puan cukup Kemam puan kurang Total 2 7 2 11 (18,2%) (63,6%) (18,2%) (100 %) 0 0 1 1 (0%) (0%) (100%) (100 %) 0 0 0 0 (0%) (0%) (0%) (0%) Jumlah 2 7 3 12 (16,7%) (58,3%) (25,0%) (100 %) Dari tabel 6 dapat dijelaskan bahwa dari 12 responden, sebelum diberikan hampir seluruhnya (91,7%) ibu mempunyai kemampuan kurang dan setelah diberikan sebagian besar (58,3%) ibu mempunyai kemampun cukup. Berdasarkan hasil pengujian uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan SPSS versi 16.0 dengan hasil nilai Z : -2,972, n : 12 dan p : 0,003 dimana p < 0,05, maka H1 diterima, artinya ada perbedaan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum diberikan dan setelah diberikan di ruang Neonatus RSUD dr.soegiri Lamongan. PEMBAHASAN N 1. Tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum diberikan Pada saat pertama dilakukan KMC hampir seluruhnya ibu mempunyai kemampuan kurang. Kesimpulan tersebut dapat diambil berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa (91,7%) ibu yang mempunyai kemampuan kurang dan sebagian kecil (8,3%) ibu mempunyai kemampuan cukup. Dari fakta di atas hampir seluruhnya ibu mempunyai kemampuan kurang, hal ini bisa SURYA 62 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu, yang mana setengahnya ibu berpendidikan SLTA/SMA sehingga ibu masih sulit untuk menerima dan mencerna informasi yang didapatkan dan pada akhirnya pengetahuan yang diterima hanya sdikit disamping itu juga ketrampilan yang dimilikipun cuma sedikit. Hal tersebut dapat menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai-nilai baru yang diperkenalkan terutama ibu dalam melakukan KMC pada BBLR. Adapun faktor lain yang mempengaruhi kemampuan ibu dalam melakukan KMC yaitu faktor usia. Usia ibu dalam penelitian ini sabagian besar (66,7%) ibu berumur 21-30 tahun yang merupakan fase dewasa yang menuju tahap perkembangan. Pada umur tersebut belum banyak pengalaman yang dimiliki sehingga kemampuan mereka masih dalam katagori cukup dan kurang. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan bertambah pula tingkat pengetahuan dan tingkat kemampuan yang dimiliki. Namun demikian bila bertambahnya umur tidak secara otomatis maka tingkat pengetahuan dan tingkat kemampuan akan semakin kurang bila tidak didukung dengan informasi yang diterima. Kemampuan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan unsur kematangan yang berkaitan pula dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan dan pengetahuan (Thoha, 1994). Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (Robbins, 2000). Hal ini sesuai teori menurut Notoatmodjo, S (2003) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan. Jadi makin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pengetahuan yang diperoleh sehingga dapat mempengaruhi kesadaran serta keinginan untuk mencoba hal yang baru. Dan sesuai dengan teori Koentjoroningrat yang ditulis Nursalam (2001) yang menyatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Begitu pula sebalikknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. 2. Kemampuan ibu dalam melakukan KMC setelah diberikan Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar (58,3%) kemampuan ibu cukup dan sebagian kecil (16,7%) kemampuan ibu kurang. Dari fakta di atas sebagian besar kemampuan ibu cukup. Hal ini disebabkan karena Health Education atau pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan sangat membantu ibu dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan KMC. Memang tidak sama peningkatan kemampuan yang dapat dicapai oleh orang yang mendapatkan informasi walaupun informasi tersebut diberikan oleh orang yang sama dan waktu yang sama. Masih ada faktor lain yang mempengaruhinya sehingga responden penelitian ini tidak semuanya mempunyai kemampuan baik karena faktor lain tersebut, misalnya ketertarikan terhadap materi, tingkat konsentrasi selama mendapatkan informasi, kecerdasan dalam menerima informasi, pengulangan penerimaan informasi dan lainlain. Menurut Notoatmodjo (2003), Health Education adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Heaith Education () adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan keshatan. Kegiatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan informasi. Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat pengetahuan dan tingkat kemampuan terhadap suatu hal (Nursalam dan Pariani, 2001). 3. Perbedaan kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum dan setelah diberikan Berdasarkan tabel silang pada tabel 6 di atas, didapatkan hasil bahwa sebelum SURYA 63 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

diberikan hampir seluruhnya (91,7%) ibu mempunyai kemampuan kurang dan setelah diberikan sebagian besar (58,3%) ibu mempunyai kemampun cukup. Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan SPSS versi 16.0 dengan hasil nilai Z : - 2,972, n : 12 dan p: 0,003 dimana p < 0,05, maka H1 diterima, artinya ada perbedaan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum diberikan dan setelah diberikan di ruang neonatus RSUD dr. Soegiri Lamongan. Dari fakta di atas terdapat perbedaan tingkat kemampuan ibu sebelum diberikan Health Education dan setelah diberikan Health Education, dimana sebelum diberikan Health Education tingkat kemampuan ibu kurang dan setelah diberikan Health Education tingkat kemampuan ibu cukup, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan, sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat dan kesediaan waktu. Adanya peningkatan kemampuan ibu memperlihatkan bahwa pendidikan kesehatan benar-benar dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam penelitian ini karena Health Education atau pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk pemberian informasi. Adapun kelebihan Health Education atau pendidikan kesehatan bila dibandingkan cara lain dalam memberikan informasi adalah adanya umpan balik atau metode dua arah. Selama dilakukan pendidikan kesehatan, penerima informasi dapat bertanya bila belum mengerti tentang informasi yang didapat dan pertanyaan yang diajukan sangat sesuai dengan keadaan yang dialami penerima informasi sehingga jawaban yang diberikan penyuluh sangat sesuai dengan keinginannya sehingga akan selalu diingat dan menambah pengetahuan dan ketrampilannya. Disisi lain kelebihan pendidikan kesehatan lainnya dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan bila penerima informasi mempunyai tingkat pendidikan yang cukup sesuai materi, mempunyai tingkat sosial ekonomi yang baik, secara adat istiadat materi penyuluhan tidak bertentangan, materi penyuluhan diberikan oleh orang yang dipercaya masyarakat dan ada waktu yang cukup untuk mengikuti pendidikan kesehatan. Menurut Ahira (2008), Pendidikan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsipprinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan. Health Education adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Heaith Education () adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan keshatan. Kegiatan yang dilakukan dengan cara menyebarkan informasi. KESIMPULAN DAN SARAN N 1. Kesimpulan Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasil analisa, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Hampir seluruhnya tingkat kemampuan ibu kurang dalam melakukan KMC sebelum diberikan Health Education () di ruang neonatus RSUD dr.soegiri Lamongan. 2) Sebagian besar tingkat kemampuan ibu cukup dalam melakukan KMC setelah diberikan Health Education () di ruang neonatus RSUD dr.soegiri Lamongan. 3) Terdapat perbedaan tingkat kemampuan ibu dalam melakukan KMC sebelum dan setelah diberikan Health Education () di ruang neonatus RSUD dr.soegiri Lamongan. 2. Saran Dengan melihat hasil simpulan diatas, maka ada beberapa saran dari peneliti yaitu sebagai berikut : 5.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukkan bagi Rumah Sakit dan untuk disebarkan kepada ibu dengan BBLR dalam usaha mencegah kematian bayi berat badan lahir rendah dan dimasukkan dalam program KIA dalam upaya mencegah kematian bayi akibat BBLR. 5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan perawat sebagai pedoman dalam memberikan SURYA 64 Vol.02, No.XV, Agustus 2013

Health Education () dan menyediakan diagram-diagram tentang metode kanguru pada BBLR yang dapat dipakai dalam praktek kerja lapangan sehingga penyuluhan dapat lebih mudah diterima audien. 5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan disebarluaskan kepada ibu dengan BBLR dan bisa juga disebarluaskan kepada masyarakat luas diluar responden penelitian ini sehingga bila ada permasalahan BBLR dapat merawat dan mencegah kematian neonatal. DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari Syaifudin, (2002). Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Tridarsa Printer Ahira, Anne, (2008). Penyuluhan Kesehatan Bagi Masyarakat. [Internet]. Bersumber dari : < http://www. anneahira. com/v1/artikel-kesehatan/penyuluhankesehatan. htm >. [Diakses tanggal : 21 Maret 2013 Jam 19.00 WIB. Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Handerson, Cristine, (2006). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Hidayat, A Aziz Alimul, (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Iqbal Mubarok, Wahid, dkk, (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Luize, (2005). Merawat Bayi Ala Kanguru, (http://www.compas.co.id.laccessed. Diakses 18 September 2012 jam 19.30 WIB ) M. Daklan, (2001). Kamus Istilah Medis. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S, (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta A (2003). Prinsip prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam, Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto Nasnul effendy, (1998). Dasar dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Rahmi, (2008). Merawat Bayi Prematur Dengan Metoda Kanguru. (http://www.harianglobal.com. Diakses tanggal 19 September 2012. Jam 16.35 WIB) Surviana, (2009). Metode Kanguru Untuk Merawat Bayi Prematur. (online) (http://belajarkesehatan. Wordpress. Com./2009/04/19/Posisi-Kangguru, diakses 20 September 2012 jam 20.15 WIB) Yongki, dkk. (2012). Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Wafi Nur Muslihatun, (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya Walgito, (2003). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi SURYA 65 Vol.02, No.XV, Agustus 2013