1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

Kurs Rupiah/ USD

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, negara-negara besar telah menaruh perhatian besar terhadap

Bab V SIMPULAN DAN SARAN. diperoleh suatu kesimpulan. Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. banyak industri yang mengalami kebangkrutan karena inflasi yang tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dipasar perdana (primary market) maupun di pasar sekunder (secondary

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya bermunculan perusahaan go publik membuat. Pada era globalisasi ini, peranan pasar modal (capital market) sangat

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

DWI NURDIYANTO B

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. yang diukur oleh pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Resiko adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. dunia yang terjadi disebabkan oleh krisis surat utang subprime mortgage

III. METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Dan juga lewat. dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. mana hal ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaanperusahaan

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode waktu yang tertentu. Adanya aktiva produktif

I. PENDAHULUAN. Pasar saham di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi mengenai investasi dan deregulasi pemerintah sehingga meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja, partisipasi masyarakat sangat diharapkan untuk ikut aktif melalui

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal berperan penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber dari kemajuan ekonomi, karena pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan (Widoatmodjo 1996). Salah satu instrumen pasar modal yang diperdagangkan adalah saham. Saham merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan yang diperoleh dari investor. Dalam berinvestasi, investor melihat pada dua faktor, yaitu faktor tingkat pengembalian (return) dan faktor risiko (risk). Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Investor pada umumnya membeli saham untuk mendapatkan return berupa pendapatan dividen (dividend) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Investor juga akan mengumpulkan infomasi terkait dengan harga saham dan kinerja perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga saham, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaannya dan sebaliknya semakin rendah harga saham maka semakin rendah nilai perusahaan. Volatilitas mengacu pada kondisi yang berarti tidak stabil, cenderung bervariasi dan sulit diperkirakan (Juanda dan Junaidi 2012). Tingginya suatu volatilitas diikuti dengan semakin tingginya risiko atau ketidakpastian return yang diperoleh dari suatu saham. Investor tidak akan mau mengambil risiko yang tinggi kecuali memperoleh kompensasi berupa return yang lebih tinggi sehingga untuk mengurangi risiko ketidakpastian investor harus dapat memperkirakan pergerakan dari indeks harga saham. Volatilitas dapat disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu sektor riil, sektor keuangan, kejadian luar biasa, dan kebijakan moneter (Bapepam 2011). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai acuan perkembangan kegiatan pada pasar modal, digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum dan mengukur penurunan ataupun kenaikan harga saham (Mustakini 1998). IHSG memiliki volatilitas yang tinggi sehingga sangat sensitif terhadap perubahan situasi yang terjadi dari suatu waktu ke waktu. IHSG merupakan indeks saham yang fluktuatif yang terpengaruh oleh perekonomian dunia. Krisis keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2008 menyebabkan terjadinya krisis finansial global yang berefek pada melambatnya pertumbuhan perekonomian dunia. Indonesia juga terkena dampak dari krisis global tersebut. Hal ini dapat dilihat dari penurunan IHSG pada level terendah bulan November tahun 2008 yang menyentuh angka 1241,541. Perekonomian Indonesia berangsur-angsur pulih pasca krisis finansial global terlihat dari pergerakan IHSG mengalami peningkatan (Gambar 1) yang mengindikasikan pemulihan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia. Tahun 2011 terjadi krisis finansial Eropa yang kembali menguncang pasar modal Indonesia, walaupun tidak memberikan dampak seperti krisis finansial global tetapi cukup membuat fluktuasi dari IHSG dan penurunan mencapai level 3549,032 pada bulan September tahun 2011.

2 5000 4000 3000 2000 1000 0 IHSG 2007 agst 2007 nov 2008 feb 2008 mei 2008 agst 2008 nov 2009 feb 2009 mei 2009 agst 2009 nov 2010 feb 2010 mei 2010 agst 2010 nov 2011 feb 2011 mei 2011 agst 2011 nov 2012 feb 2012 mei 2012 agst 2012 nov Sumber : Bursa Efek Indonesia Gambar 1. Pergerakan IHSG Penelitian yang dilakukan Bapepem (2011), pada tahun 2008 ketika IHSG sedang dalam tren menurun justru volatilitas meningkat sedangkan ketika IHSG dalam keadaan meningkat periode tahun 2009 sampai dengan 2010 volatilitas cenderung stabil dan tidak menggambarkan panic buying. Ketika terjadi penurunan maka risiko ketidakpastian return yang diperoleh semakin besar dimana investor cenderung melakukan panic selling terhadap saham yang dimilikinya sehingga menunjukkan peningkatan volatilitas. Selain IHSG, terdapat beberapa jenis indeks yang terdapat di pasar modal Indonesia, salah satunya indeks sektoral dimana pada indeks ini menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor. Berdasarkan pembagian secara sektoral, semua emiten diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor industri yang terdiri dari pertanian, pertambangan, barang konsumsi, industri dasar dan kimia, aneka industri, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur, keuangan, dan perdagangan, jasa dan investasi (Indonesia Stock Exchange 2010). Pada saat krisis finansial global, sektor-sektor yang dominan dalam transaksi ekspor atau impor mengalami dampak dari krisis tersebut. Sektor-sektor yang paling terkena dampak, yaitu sektor manufaktur, sektor pertambangan, dan sektor pertanian (Bank Indonesia 2009). Tabel 1. Perkembangan nilai indeks sektoral BEI tahun 2008-2012 Harga Penutupan Saham Indeks 2008 2009 2010 2011 2012 31-Des 31-Des 31-Des 31-Des 31-Des IHSG 1.355,408 2.534,356 3.703,512 3.821,992 4.316,687 Pertanian 918,766 1.753,090 2.284,319 2.146,036 2.062,937 Pertambangan 877,678 2.203,475 3.274,163 2.532,378 1.863,665 Industri Dasar dan Kimia 134,987 273,932 387,254 408,273 526,551 Aneka Industri 214,937 601,469 967,023 1.311,147 1.336,524 Barang Konsumsi 326,843 671,305 1.094,653 1.315,964 1.565,878 Properti dan Real Estate 103,489 146,800 203,097 229,254 326,552 Transportasi dan Infrastruktur 490,349 728,528 819,209 699,446 907,524 Keuangan 176,334 301,424 466,669 491,776 550,097 Perdagangan Jasa dan Investasi 148,329 275,758 474,080 582,186 740,949 Sumber : Bursa Efek Indonesia

3 Berdasarkan Tabel 1, diantara sembilan sektor industri yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor pertambangan merupakan salah satu industri yang menarik untuk dicermati. Dilihat dari perkembangan nilai indeks sektoral BEI mulai tahun 2008 hingga 2012 menunjukkan bahwa indeks sektor pertambangan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2011 hingga tahun 2012. Walaupun sempat mengalami peningkatan pada tahun 2009 dan 2010 pasca krisis finansial global. Indeks ini mencatat penurunan sebesar 22,66% dari sebesar 3274,163 pada tahun 2010 menjadi 2532,378 pada tahun 2011, dilanjutkan penurunan sebesar 26,41% dari sebesar 2532,378 pada tahun 2011 menjadi 1863,665 pada tahun 2012 (Tabel 1). Pada perhitungan diperoleh tingkat risiko yang dilihat dari standar deviasi dan annualised return dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, sektor pertambangan memiliki risiko yang cukup tinggi dengan annualised return paling rendah dibandingkan dengan sektor lainnya (Tabel 2). Perolehan return dan tingkat risiko tidak relevan, seharusnya dengan risiko yang tinggi maka return yang diperoleh juga akan tinggi (high risk high return). Tabel 2. Standar deviasi dan annualised return indeks sektoral tahun 2008-2012 Tahun 2008-2012 Indeks Standar Deviasi (bulanan) (%) Annualised Return(%) IHSG 26,32-5,27 Pertanian 38,92-171,27 Pertambangan 42,28-184,69 Industri Dasar dan Kimia 30,93 5,61 Aneka Industri 36,09-4,27 Barang Konsumsi 19,68 20,43 Properti dan Real Estate 29,47-21,37 Transportasi dan Infrastruktur 23,93-6,93 Keuangan 28,02 9,51 Perdagangan Jasa dan Investasi 30,44-36,53 Sumber : Bursa Efek Indonesia (diolah) Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)kontribusi masingmasing sektor terhadap PDB (Tabel 3), sektor yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDB yaitu sektor industri pengolahan diikuti sektor pertanian. Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDB berada pada urutan ke empat diantara sektor lainya. Pada tahun 2008 sektor pertambangan memberikan kontribusi sebesar 10,9% besaran kontribusi sektor pertambangan dari tahun ke tahun hingga tahun 2012 tidak terlalu mengalami perubahan yang signifikan, begitu juga sektor-sektor lainnya.

4 Tabel 3. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDB Indonesia tahun 2008-2012 Sektor Tahun (%) 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 14,5 15,3 15,3 14,7 14,4 Pertambangan & Penggalian 10,9 10,6 11,2 11,8 11,8 Industri Pengolahan 27,8 26,4 24,8 24,3 23,9 Listrik, Gas, & Air Bersih 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 Konstruksi 8,5 9,9 10,3 10,2 10,4 Perdagangan, Hotel & Restoran 14 13,3 13,7 13,8 13,9 Peangangkutan dan Komunikasi 6,3 6,3 6,6 6,6 6,7 Keuangan, Real Estate & Jasa 7,4 7,2 7,2 7,2 7,3 Perusahaan Jasa-jasa 9,7 10,2 10,2 10,6 10,8 Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah) Nilai tukar (kurs) merupakan salah satu variabel makroekonomi yang mempengaruhi volatilitas saham yang dapat mempengaruhi keputusan investor dan berdampak pada keuangan perusahaan. Pada perusahaan yang berorientasi pada kegiatan ekspor maka menurunnya nilai tukar rupiah atau depresiasi akan menyebabkan meningkatnya pendapatan perusahaan. Akan tetapi, terdepresiasinya nilai rupiah menyebabkan permintaan terhadap rupiah menurun dan permintaan terhadap US dollar akan meningkat. Terjadi peningkatkan permintaan di pasar valuta asing menyebabkan investor mengurangi alokasi investasi di pasar lain, termasuk pasar modal karena dapat memberikan return yang lebih menarik (Wijaya 2008). Hal ini menyebabkan melemahnya indeks harga saham. Penelitian mengenai pengaruh nilai tukar terhadap volatilitas saham dilakukan oleh Yaya dan Shittu (2010) yang menyebutkan nilai tukar secara positif berpengaruh terhadap volatilitas saham di Nigeria. Dalam penelitian Ratti dan Hasan (1999), Sodorsky (2001), serta Chang (2003) yang menyebutkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh negatif terhadap return saham. Pada sebagian besar proses produksi minyak mentah merupakan unsur yang sangat penting, karena saat ini sebagian besar industri menggunakan minyak mentah dalam menjalankan kegiatannya dan belum ditemukannya pengganti minyak mentah sebagai sumber energi. Harga minyak berperan penting dalam menjaga kestabilitasan perekonomian dunia. Kenaikan harga minyak dunia menjadi fenomena yang mempengaruhi seluruh negara di dunia. Bagi setiap negara pengaruh kenaikan harga minyak dunia tidak selalu sama. Pada negara importir, kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan pengeluaran negara, sedangkan pada negara eksportir kenaikan harga minyak akan meningkatkan pendapatan negara. Apabila harga minyak dunia mengalami kenaikan, maka harga saham pada sektor pertambangan justru mengalami kenaikan, sedangkan apabila harga minyak dunia mengalami penurunan, maka harga saham sektor pertambangan juga mengalami penurunan. Dalam penelitian McSweeney dan Worthington (2007) menyebutkan harga minyak memiliki pengaruh positif terhadap saham industri energi di Australia. Menurut Faff dan Brailsford (1999), Boyer dan Filion (2009), terdapat hubungan positif antara return saham energi dan peningkatan harga minyak dan gas. Penelitian yang dilakukan oleh Ratti dan

5 Hasan (2012) menyebutkan adanya hubungan negatif antara harga minyak dengan return saham. Efek asimetris juga turut mempengaruhi pasar modal di Indonesia. Efek asimetris merupakan efek yang terjadi ketika informasi negatif (bad news) memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan informasi positif (good news) sehingga tidak memiliki dampak yang sama pada volatilitas return saham atau yang disebut dengan leverage effect. Selain itu, adanya asymmetric information berupa perbedaan informasi yang diperoleh oleh investor dapat menyebabkan perbedaan perolehan return. Investor dengan informasi yang sempurna memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan investor yang memiliki informasi yang terbatas. Model ARCH-GARCH merupakan model yang dapat mengukur perilaku dari volatilitas akan tetapi model tersebut memiliki keterbatasan tidak dapat mengukur efek asimetris dari volatilitas, untuk itu digunakan pengembangan model dari ARCH dan GARCH berupa model EGARCH, TARCH dan GJR. 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 03/01/2011 03/02/2011 03/03/2011 03/04/2011 03/05/2011 03/06/2011 03/07/2011 03/08/2011 03/09/2011 03/10/2011 03/11/2011 03/12/2011 03/01/2012 03/02/2012 03/03/2012 03/04/2012 03/05/2012 03/06/2012 03/07/2012 03/08/2012 03/09/2012 03/10/2012 Sumber : Bursa Efek Indonesia Gambar 2. Pergerakan indeks sektor pertambangan Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa indeks sektor pertambangan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada kuartal dua tahun 2012 mencapai 19,86% hingga akhir Mei. Penurunan ini dikarenakan adanya penetapan kebijakan Peraturan Menteri Keuangan No. 75/2012. Sebagian besar perusahaan sektor pertambangan berorientasi pada kegiatan ekspor, dengan adanya kebijakan tersebut mempengaruhi pergerakan indeks saham sektor pertambangan. Selain itu penurunan harga batubara dunia juga sebagai salah satu faktor penyebab yang memberikan efek negatif bagi penurunan indeks saham sektor pertambangan. Indeks saham sektor pertambangan mengalami peningkatan pada kuartal tiga tahun 2012 mencapai 7,29% hingga akhir September. Peningkatan ini dipicu oleh membaiknya perekonomian global sehingga memberikan sentimen positif bagi indeks sektor pertambangan di Indonesia. Adanya volatilitas asimetris dapat terlihat dari pergerakan indeks saham sektor pertambangan yang ditunjukkan dengan penurunan indeks yang lebih besar disebabkan adanya informasi negatif hingga mencapai sebesar 19,86% dibandingkan adanya informasi positif yang menyebabkan peningkatan indeks mencapai 7,29%.

6 Berdasarkan pertimbangan di atas, pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai karakteristik return saham dari perusahaan dalam sektor pertambangan, memodelkan volatilitas saham tersebut dengan metode EGARCH yang dapat mengukur efek asimetris dari volatilitas saham. Dilanjutkan dengan melihat pengaruh dari variabel makroekonomi berupa nilai tukar dan harga minyak dunia terhadap return dan volatilitas saham masing-masing perusahaan dan pada sektor pertambangan sehingga diharapkan investor dapat mengambil keputusan investasi yang tepat agar dapat mengurangi risiko ketidakpastian return yang diperoleh dengan mengetahui tingkat risiko dari investasi yang dilakukannya. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik return saham perusahaan dalam sektor pertambangan? 2. Apakah model EGARCH dapat menggambarkan volatilitas saham perusahaan dalam sektor pertambangan? 3. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan harga minyak dunia terhadap return dan volatilitas saham dalam sektor pertambangan? 4. Bagaimana risiko investasi saham perusahaan dalam sektor pertambangan? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik dari return saham perusahaan dalam sektor pertambangan. 2. Menentukan model EGARCH terbaik pada saham perusahaan dalam sektor pertambangan. 3. Menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan harga minyak dunia terhadap return dan volatilitas saham dalam sektor pertambangan. 4. Mengetahui risiko investasi saham perusahaan dalam sektor pertambangan. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang Manajemen Keuangan khususnya yang berkaitan dengan volatilitas asimetris saham, pengaruh nilai tukar dan harga minyak dunia terhadap return dan volatilitas saham, dan tingkat risiko saham sektor pertambangan. 2. Bagi pembaca Memberikan informasi mengenai model volatilitas secara akurat yang dapat digunakan untuk meramalkan potensi kerugian dimasa yang akan datang dari saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi investor Memberikan informasi kepada investor baik perorangan maupun institusi sebelum melakukan pilihan investasi saham berdasarkan tingkat risiko dan

7 perilaku investor terhadap risiko sehingga dapat membuat keputusan secara tepat, tepat dan akurat sebelum potensi kerugian terjadi. 4. Bagi manajer investasi Memberikan informasi kepada investor mengenai nilai risiko investasi saham yang memberikan tingkat kerugian maksimum dan minimum sehingga investor dapat menggunakan dananya dengan optimal. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan terhadap indeks saham sektoral, sektor pertambangan pada Bursa Efek Indonesia. Jenis data yang digunakan, yaitu data sekunder berupa data deret waktu (time series) harian. Periode pengambilan data dimulai dari Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. Variabel makroekonomi yang digunakan, yaitu nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan harga minyak dunia. Dilakukan pemodelan AR/MA/ARMA/ARIMA untuk memperoleh model returnnya dan pemodelan volatilitas asimetris menggunakan model EGARCH. Regresi data panel untuk melihat pengaruh variabel makroekonomi terhadap return dan volatilitas saham. Nilai risiko investasi dari masing-masing perusahaan dihitung dengan menggunakan Value at Risk (VaR). Pasar Modal 2 TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teoritis Pasar modal pada dasarnya mirip dengan pasar-pasar lainnya, yang membedakannya dengan pasar-pasar lain adalah dalam hal komoditas yang diperdagangkan. Pasar modal merupakan pasar yang abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun (Widoatmodjo 1996). Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh perusahaan dijual di pasar primer (primary market). Surat berharga yang baru dijual dapat berupa penawaran perdana ke publik (initial public offering/ipo) atau tambahan surat berharga baru jika perusahaan yang sudah going public (sekuritas tambahan ini sering disebut seasoned new issues). Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market) (Mustakini 1998). Tipe lain dari pasar modal adalah pasar ketiga (third market) dan pasar keempat (fourth market). Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga yang dijalankan oleh broker (pialang) yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar kedua tutup. Pasar keempat merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menghindari komisi untuk broker yang umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar (Mustakini 1998). Widoatmodjo (1996) menjelaskan bahwa pasar modal berperan penting dalam kegiatan ekonomi. Negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber dari kemajuan ekonomi, sebab pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan. Perusahaan-perusahaan merupakan salah satu agen produksi yang secara nasional akan membentuk Gross Domestic Product (GDP). Perkembangan pasar modal

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB