dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh iritan, inhalasi alergen dan toksik obat-obatan yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh mempunyai nama latin Camellia sinensis. Teh merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 8 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya dengan 80% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok keempat di dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,3 milyar. Dari jumlah ini, sekitar 80% nya berada di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan terhadap superoxide yang diubah menjadi hydrogen peroxide. Superoxide

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Radikal bebas merupakan molekul yang terbentuk akibat kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 PEBDAHULUAN. kalangan usia <18 tahun dan persentasenya sebesar 51,4%. Sementara itu, insiden

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. utama lipoprotein plasma adalah low density lipoprotein (LDL). 1 LDL berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes, 2010). Seiring

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PRIA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PENDETEKSI DAN PENETRALISIR POLUSI ASAP DENGAN KONTROL MELALUI APLIKASI ANDROID (RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun dan saat ini Indonesia merupakan negara nomor 3 (tiga) dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan pewarna saat ini memang sudah tidak bisa dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok adalah suatu bentuk bahan lain dari tembakau yang banyak digunakan oleh penduduk di dunia. Rokok merupakan percampuran yang kompleks dari bahan-bahan kimia yang berikatan menjadi partikel aerosol atau menjadi udara bebas pada fase gas. Rokok merupakan salah satu permasalahan kesehatan dunia. Data WHO memperkirakan jumlah perokok dunia sebanyak 2,5 milyar dengan dua pertiga dari jumlah perokok tersebut berada di negara berkembang. Prevalensi jumlah perokok di negara dengan pendapatan perkapita yang rendah lebih tinggi dan kelompok penduduk dewasa muda merupakan kelompok terbanyak sebagai perokok dengan 27% pada laki laki dan 21% pada wanita. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), didapati jumlah perokok di Indonesia meningkat dari 28,2% pada tahun 2007 menjadi 34,7% pada tahun 2010. 1 Asap dari pembakaran rokok yaitu hasil pembakaran inti sari aerosol dari cairan partikel yang terdapat dalam atmosfer terutama nitrogen, oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida. Perokok dibagi menjadi 2 yaitu perokok aktif (mainstream smoke) dan perokok pasif (sidestream smoke) dimana perokok aktif (mainstream smoke) adalah seseorang yang menghisap rokok dari bagian ujung belakang yang telah dibakar pada bagian depan rokok, sedangkan perokok pasif (sidestream smoke) adalah seseorang yang menghirup dari sisa pembakaran rokok ketika masih menyala. Merokok dapat menyebabkan beberapa gangguan terutama pada sistem pernapasan yaitu Penyakit Paru Obstruksi Kronis salah satunya emfisema. 2 Menurut laporan World Health Organization (WHO) bahwa pada tahun 2010, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menempati peringkat keempat sebagai penyakit penyebab kematian dan angka mortalitas serta prevalensi yang semakin meningkat. WHO memperkirakan pada tahun 2020, PPOK akan menjadi peringkat ketiga penyebab kematian di dunia. Untuk Indonesia, 1

penelitian Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) working group tahun 2002 di 12 negara Asia Pasifik menunjukkan estimasi prevalensi PPOK Indonesia sebesar 5,6%. Menurut Raherison (2009) prevalensi PPOK diperkirakan 7,6%. Berdasarkan 38 penelitian, prevalensi bronkitis kronis sekitar 6,4% dan prevalensi emfisema (melalui rontgen dada) sekitar 1,8% berdasarkan delapan studi. 3,4 Seiring berkembangnya teknologi, jenis rokok yang sering dikonsumsi oleh masyarakat yakni rokok konvensional dan rokok elektrik sebagai temuan terbaru yang beredar pada kalangan muda. Rokok elektrik merupakan inovasi untuk membantu mengurangi ketergantungan dan sebagai alat berhenti merokok dari rokok konvensional. Rokok konvensional merupakan rokok yang terbuat dari bahan dasar tembakau. Hasil pembakaran rokok konvensional mengandung bermacam-macam bahan berbahaya yang memberi dampak buruk bagi kesehatan. Bahan utama dari hasil pembakaran rokok konvensional maupun elektrik dapat dibedakan melalui gas polutan yang dihasilkan yakni pada rokok elektrik gas polutan yang dihasilkan lebih rendah kandungannya dibanding kandungan gas polutan pada rokok konvensional. Gas polutan ini dapat terdiri dari nikotin, karbon monoksida, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Komponen gas polutan ini dapat disebut juga radikal bebas. 5,6 Dampak dari radikal bebas yang ditimbulkan akibat paparan asap rokok konvensional atau rokok elektrik menyebabkan ketidakseimbangan oksidan yang berasal dari asap rokok dengan antioksidan yang ada dalam tubuh. Ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam tubuh yang menyebabkan terjadi reaksi inflamasi pada alveolus serta inaktivasi dari antitriptin-α1 yang menyebabkan terjadinya destruksi septum alveolar sehingga menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas pada jaringan paru. Pada keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya emfisema yang berujung pada kejadian PPOK yang disertai dengan bronchitis kronis. 7 Merokok tidak memberikan manfaat pada tubuh tetapi lebih memberikan dampak negatif terutama paru. Dampak negatif ini tidak akan memberikan 2

tanda tanda kecuali sudah terjadi keparahan akibat merokok. Dalam Alquran Q.S Ali Imran ayat 117 Allah berfirman yang artinya. Allah tidak mendzalimi mereka, tetapi mereka yang mendzalimi diri sendiri. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak menzalimi hamba-nya, melainkan hamba- Nya yang mendzalimi diri sendiri. Dzalim disini mengarah pada perbuatan yang cenderung merugikan bahkan menganiaya diri sendiri. Hal ini berkaitan dengan merokok dimana merokok tidak mendatangkan manfaat pada tubuh tetapi hanya memberikan dampak negatif seperti kerusakan organ terutama paru. 8 Pada penelitian sebelumnya (Findi Wira, 2016) dengan organ yang diteliti adalah otot jantung pada ventrikel kiri tampak adanya perbedaan hasil pada jumlah sel piknotik pada sampel paparan asap rokok konvensional lebih banyak dibandingkan dengan sel piknotik pada sampel paparan ENDS (Eelctrics Nicotine Delivery System). Hal ini dapat menyimpulkan bahwa rokok elektrik lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional karena kadar CO (karbon monoksida) yang terkandung dalam asap rokok ENDA lebih sedikit. Oleh karena itu perlu penelitian eksperimental laboratorium, dengan cara memberikan paparan asap rokok konvensional dan elektrik pada tikus Rattus norvegicus sehingga akan tampak perbandingan gambaran histopatologi dari kerusakan alveolus paru tikus Rattus norvegicus. 9 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana perbandingan kerusakan alveolus paru pada tikus Rattus norvegicus terhadap paparan asap rokok konvensional dan elektrik. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Menganalisis perbandingan kerusakan alveolus paru pada tikus Rattus norvegicus terhadap paparan asap rokok konvensional dan elektrik. 3

1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1. Mengetahui gambaran histopatologi kerusakan alveolus paru pada tikus Rattus norvegicus terhadap paparan asap rokok konvensional 1.3.2.2. Mengetahui gambaran histopatologi kerusakan alveolus paru pada tikus Rattus norvegicus terhadap paparan asap rokok elektrik 1.3.2.3. Menganalisis perbandingan gambaran histopatologi kerusakan alveolus paru pada tikus Rattus norvegicus terhadap paparan asap rokok konvensional dan elektrik. 1.4. Keaslian Penelitian Peneliti, Penerbit Nazlyza lapatta, dkk, Sam Ratulanggi Manado, 2013 10 Tabel 1.1.keaslian penelitian Judul Penelitian Metode Hasil Perbedaan Gambaran Histopatologi Aorta Tikus Wistar yang Terpapar Asap Rokok true eksperimentral post test only control group design. Percobaan dilakukan pada 10 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu A dengan 2 tikus yang tidak terpapar asap rokok, B dengan 4 tikus yang terpapar asap rokok 24 batang per hari selama 20 hari, dan C dengan 4 tikus yang terpapar asap rokok 24 batang per hari selama 30 hari. Hasil yang didapat pada gambaran aorta yakni pada kelompok 20 hari paparan didapati hasil sel busa terdapat pada tunika intima dan tunika media sedangkan pada kelompok paparan 30 hari paparan didapati hasil lebih buruk dibandingkan dengan kelompok 20 hari yaitu sel busa sudah mencapai tunika intima dan tunika media bahkan sudah terdapat penonjolan pada lumen. Menggunakan organ uji aorta sebagai objek penelitian Nanin Triana, Syafruddin Ilyas dan Salomo Hutahaean. Departemen Biologi Fakultas MIPA Sumatera Utara. 2014 11 Gambaran Histologis Pulmo Mencit Jantan (Mus musculus L.) Setelah Dipapari Asap Rokok Elektrik Completely randomized design (CRD) dengan 3 perlakuan.percobaan dilakukan pada 24 ekor tikus selama 2minggu dengan dosis 20 kali hisapan/hari Pemberian asap rokok elektrik kepada mencit secara statistik tidak memberikan efek kerusakan terhadap membran alveolus, lumen alveolus, dan hubungan antar alveolus. Namun pada pengamatan mikroskopis lumen Penelitian ini menggunakan satu paparan asap dari rokok elektrik 4

alveolus melebar, hubungan antar alveolus yang merenggang, dan selsel endotelium pada membran tidak terlihat. Aldino Siwa Putra. Muhammadiyah Surakarta. 2015 12 Perbandingan Efek Asap Rokok Konvensional dan Rokok Herbal Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus Musculus). post test only control group design. Percobaan dilakukan pada 30 ekor tikus selama 2 minggu dengan dosis 2 batang /hari. Terdapat perbedaan kerusakan histologis paru antara mencit yang terpapar asap rokok. Rokok herbal tetap memberikan efek kerusakan histologis meskipun karsinogen yang dihasilkan sedikit dibanding rokok konvensional. Pembanding yang digunakan adalah paparan asap rokok herbal bukan rokok elektrik Findi Wira Purnawati, Muhammadiyah Semarang, 2016 9 Gambaran Histopatologi Otot Jantung Ventrikel Kiri Tikus Rattus norvegicus Terhadap Paparan Electronic Nikotin Delivery System (ENDS) dan Rokok Konvensional true eksperimentral post test only control group design. Percobaan dilakukan pada 18 ekor tikus Rattus norvegicus jantan selama 1 bulan dengan dosis 5 batang rokok perhari dan 3mg liquid perhari dengan kadar nikotin 3mg Terdapat perbedaan gambaran otot jantung ventrikel kiri antara yang terpapar asap ENDS dan rokok konvensional memberikan hasil sel piknotik pada paparan ENDS lebih banyak dibandingkan pada paparan rokok konvensional meskipun secara statistika kurang bermakna Organ yang diteliti adalah otot jantung ventrikel kiri 1.5. Manfaat 1.5.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan penjelasan secara ilmiah kepada masyarakat mengenai dampak yang ditimbulkan dari paparan asap rokok elektrik dan rokok konvensional terhadap paru sebagai salah satu upaya pencegahan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). 1.5.2. Manfaat Aplikatif Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terhadap perbandingan dampak negatif yang ditimbulkan oleh paparan asap rokok konvensional dan elektrik pada organ paru. 5