BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah cabang, dan sebagainya. Profitabilitas adalah hasil bersih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan lebih baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

Laba Bersih ROE = x 100% Modal Sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Agar pembaca laporan keuangan tadi memperoleh gambaran yang jelas, maka laporan keuangan yang disusun harus didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim (Baridwan, 2013:17). Menurut Kasmir (2017:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Laporan keuangan (financial statement) dapat mengungkapkan dan menginformasikan empat aktivitas perusahaan (business) perencanaan, pendanaan, investasi, dan 14

15 operasi (Syahrial dan Purba, 2013:3). Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan catatan yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi dan kinerja perusahaan tersebut. Hardono, dkk (2013:111) menyatakan bahwa terdapat empat macam laporan keuangan yang banyak dikenal, yaitu : a. Laporan laba/rugi, menyajikan informasi laba/rugi selama satu periode. b. Laporan perubahan ekuitas, menyajikan informasi tentang perubahan yang terjadi di elemen ekuitas selama satu periode. c. Neraca (laporan posisi keuangan), menyajikan informasi tentang posisi/kondisi dana perusahaan pada tanggal tertentu. d. Laporan arus kas, menyajikan informasi selama satu periode tentang beragam perubahan dan aktivitas yang melibatkan sumber daya kas. Informasi lain yang tidak dapat memenuhi definisi transaksi tetapi dipertimbangkan penting untuk lazimnya disajikan sebagai catatan atas laporan keuangan (CALK). 2. Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan (Hanafi dan Halim, 2016:5). Menurut Sujarweni (2017:6) analisis laporan keuangan adalah suatu proses dalam

16 rangka membantu menganalisis atau mengevaluasi keadaan keuangan perusahaan, hasil-hasil operasi perusahaan masa lalu dan masa depan, adapun tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk menilai kinerja yang dicapai perusahaan selama ini dan mengestimasi kinerja perusahaan pada masa mendatang. Bernstein dalam Syahrial dan Purba (2013:1) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis untuk laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuranukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah proses analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan untuk mengetahui dan memprediksi posisi keuangan perusahaan saat ini dalam rangka perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat di masa mendatang. Menurut Hery (2015:133) secara umum tujuan dan manfaat dilakukannya analisis laporan keuangan adalah : a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu, baik aset, liabilitas, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai selama beberapa periode. b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang menjadi kekurangan perusahaan. c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang menjadi keunggulan perusahaan.

17 d. Untuk menyusun langkah-langkah perbaikan yang perlu dilakukan di masa mendatang, khususnya yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen. f. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai hasil yang telah dicapai. 3. Profitabilitas Menurut Sartono dalam Fatmawati (2017:19) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pada umumnya perusahaan lebih menyukai pendapatan yang mereka terima digunakan sebagai sumber utama dalam pembiayaan untuk investasi. Apabila sumber dari perusahaan maka alternatif yang lain yang digunakan adalah dengan mengeluarkan hutang, baru kemudian mengeluarkan saham baru sebagai alternatif lain untuk pembiayaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan, di mana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan ketika labanya rendah berarti kinerjanya kurang baik. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di

18 masa yang akan datang. Laba juga sering dibandingkan dengan kondisi keuangan lainnya, seperti penjualan, aktiva, dan ekuitas. Perbandingan ini sering disebut rasio profitabilitas (Home and Wachowicz dalam Satriana, 2017:12). Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun penggunaan modal. (Hery, 2015:227). Hery (2015:228) menyatakan bahwa biasanya penggunaan rasio profitabilitas disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan perusahaan. Berikut adalah jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan dalam praktik untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba : a. Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) atau hasil pengembalian aset menurut Hery (2015:228) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Semakin tinggi hasil pengembalian aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Brigham dan Houston dalam Satriana (2017:15) menyatakan bahwa ROA dapat dihitung rumus sebagai berikut :

19 Menurut Horne dan Wachowicz dalam Nugroho (2011:13) menyatakan bahwa net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan. Net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. Return On Assets (ROA) dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terjadi peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam net profit margin, atau keduanya. b. Return On Equity (ROE) Rasio profitabilitas yang lain menurut Hanafi dan Halim (2016:82) adalah Return On Equity (ROE). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut :

20 Menurut Kasmir (2017:204) semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. c. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) Menurut Hery (2015 : 231) gross profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba kotor : Angka rasio gross profit margin yang rendah menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga baik harga jual maupun harga pokok. Ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan pada harga jual atau harga pokok, perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan. d. Operating Profit Margin (Margin Laba Operasional) Margin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional terhadap penjualan bersih. Laba operasional sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan

21 antara laba kotor dengan beban operasional. Semakin tinggi margin laba operasional berarti semakin tinggi pula laba operasional yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini disebabkan karena tingginya laba kotor dan/atau rendahnya beban operasional. Berikut rumus untuk menghitung margin laba operasional : (Hery, 2015:233) e. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba bersih setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan (Kasmir, 2017:200). Menurut Hanafi dan Halim (2016 :81) rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common size untuk laporan laba rugi. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Berikut adalah rumus untuk menghitung margin laba bersih : Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk

22 tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. 4. Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir dalam Satriana, 2017:18). Wild, et.al dalam Fatmawati (2017:22) mengatakan bahwa likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jangka pendek secara konvensional dianggap periode hingga satu tahun. Hal ini dikaitkan dengan siklus operasi normal perusahaan yaitu mencakup siklus pembelian-produksi-penjualan-penagihan. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan sukses atau kegagalan perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sejauh mana perusahaan itu menanggung risiko. Hery (2015 :175) menyatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang

23 akan segera jatuh tempo. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan tersebut dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Rasio likuiditas menurut Syahrial dan Purba (2013:37) adalah kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek (atau utang lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar. Semakin tinggi rasio ini adalah semakin baik artinya aktiva lancar dapat menutupi kewajiban lancar yang disebut likuid. Akan tetapi terlalu tinggi rasio ini juga tidak baik, karena perusahaan tidak dapat mengelola aktiva lancar dengan efektif. Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Menurut Mamduh dalam Satriana (2017:18), tingkat likuiditas perusahaan dapat dihitung dengan beberapa rasio, antara lain : a. Quick Ratio Quick ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap memerlukan waktu lama untuk diubah menjadi kas. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

24 b. Current Ratio Current ratio adalah perbandingan antara total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan sebagai petunjuk untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan total aktiva lancar yang dimiliki. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya resiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin kecil (Ang dalam Afriyanti, 2011:46). 5. Leverage Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,

25 baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (Kasmir, 2017:151). Menurut Sjahrian dalam Satriana (2017:23) leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti dari sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Fakhrudin dalam Satriana (2017:23) memberikan definisi bahwa leverage merupakan jumlah utang yang digunakan untuk membiayai/membeli aset-aset perusahaan. Perusahaan yang memiliki utang lebih besar dari ekuitas dikatakan sebagai perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi. Biasanya penggunaan rasio leverage disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Berikut ini adalah jenis-jenis rasio leverage yang lazim digunakan menurut Hery (2015:195) : a. Debt to Assets Ratio Debt to Assets Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan total utang dengan total aset. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset (Hery, 2015:195). Menurut Darsono dan Ashari dalam Satriana (2017:23) rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Jika rasio ini

26 mengalami penurunan, hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan semakin meningkat sengan semakin menurunnya porsi hutang dalam pendanaan aktiva, selain itu menunjukkan bahwa sebagian besar investasi didanai oleh modal sendiri dan juga mengakibatkan pembayaran bunga yang kecil. Debt to Assets Ratio dirumuskan sebagai berikut : b. Debt to Equity Ratio Hery (2015:196) menjelaskan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal. Rasio ini dihitung sebagai hasil bagi antara total utang dengan modal. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditur dengan jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Rasio ini memberikan petunjuk umum tentang kelayakan kredit dan resiko keuangan debitur. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka berarti semakin kecil jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan hutang. Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut : Debt to Equity Ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan

27 dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil (Kasmir, 2017:158). c. Long Term Debt to Equity Ratio Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. (Kasmir, 2017:159). Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Long Term Debt to Equity Ratio menurut Hery (2015:200) : d. Times Interest Earned Ratio Menurut Hery (2015:201) Times Interest Earned Ratio menunjukkan sejauh mana atau berapa kali kemampuan perusahaan dalam membayar bunga. Kemampuan perusahaan di sini diukur dari jumlah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini sering juga dikenal sebagai coverage ratio. Apabila perusahaan tidak mampu untuk membayar bunga, maka dalam jangka panjang hal ini tentu saja dapat menghilangkan kepercayaan kreditur terhadap tingkat kredibilitas perusahaan bersangkutan. Lebih

28 dari itu, kemungkinan perusahaan menuju ke arah proses pailit (kebangkrutan) juga semakin besar. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor (Kasmir, 2017:160). Rumus untuk mencari Times Interest Earned Ratio menurut Kasmir (2017:161) adalah : 6. Pertumbuhan Penjualan Menurut Kasmir dalam Putri (2015) rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Swastha dan Handoko dalam Farhana,dkk (2016:4) menyatakan bahwa pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan penjualan yang ada pada laporan keuangan per tahun. Pertumbuhan penjualan yang di atas rata-rata bagi perusahaan umumnya didasarkan pada pertumbuhan yang cepat dari industri dimana perusahaan itu beroperasi. Perusahaan dapat mencapai tingkat

29 pertumbuhan di atas rata-rata dengan jalan meningkatkan pangsa pasar (Fabozzi dalam Satriana, 2017 : 20). Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, pertumbuhan penjualan merupakan indikator penting bagi perusahaan sehingga perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat agar dapat memenangkan pasar dengan menarik konsumen untuk selalu memilih produknya. Menurut Weston dan Brigham dalam Farhana, dkk (2016 :5) dengan mengetahui seberapa besar pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diperoleh. Untuk mengukur pertumbuhan penjualan dihitung dengan penjualan sekarang dikurangi penjualan sebelumnya dibagi penjualan sebelumnya dikali seratus persen. Apabila persentase perbandingannya semakin besar, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan semakin baik atau lebih baik dari periode sebelumnya. Rumus untuk menghitung pertumbuhan penjualan menurut Horne dan Wachowicz dalam Satriana (2017:21) adalah sebagai berikut : dimana : Sales t Sales t-1 = penjualan tahun ini = penjualan tahun lalu

30 7. Ukuran Perusahaan Machfoedz dalam Fitri,dkk (2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasi besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan mengunakan total aktiva penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Indriani dalam Fatmawati, 2017). Rajan dan Zingales dalam Afriyanti (2011:45) menyebutkan bahwa menurut teori critical, semakin besar skala perusahaan maka profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan akhirnya akan menurunkan laba (profit) perusahaan. Teori critical resources menekankan pada pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap sumber daya perusahaan seperti aset, teknologi, kekayaan intelektual sebagai faktor-

31 faktor yang menentukan ukuran perusahaan. Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar. Dengan adanya penjualan yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar pada saat proses produksi. Dengan begitu, laba perusahaan akan meningkat. B. Hubungan Logis antar Variabel dan Pengembangan Hipotesis Sesuai dengan landasan teori, maka hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan ini adalah : 1. Hubungan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek (atau utang lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar (Syahrial dan Purba, 2013:37). Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi terhindar dari resiko kegagalan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas menurut Horne dan Wachowicz dalam Satriana (2017:28) adalah semakin besar tingkat aktiva lancar, maka semakin besar likuiditas perusahaan. Dengan besarnya likuiditas akan menghasilkan resiko yang kecil, namun profitabilitas juga kecil. Profitabilitas akan berbanding terbalik dengan likuiditas. Artinya, semakin tinggi likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba semakin rendah. Hal tersebut terjadi karena perusahaan telah menggunakan sebagian besar dananya untuk memenuhi kewajibannya

32 atau likuiditasnya daripada digunakan untuk investasi yang dapat menghasilkan keuntungan kembali perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas. 2. Hubungan Leverage Terhadap Profitabilitas Menurut Sjahrian dalam Satriana (2017:31) leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti dari sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Salah satu rasio leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Ang dalam Afriyanti (2011:62) semakin tinggi DER akan mempengaruhi besarnya laba (return on assets) yang dicapai perusahaan. DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt dengan total Shareholder s equity. Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

33 Berdasarkan uraian tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Leverage berpengaruh terhadap profitabilitas. 3. Hubungan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Profitabilitas Perusahaan manufaktur tidak akan berjalan tanpa adanya sistem penjualan yang baik. Penjualan merupakan ujung tombak dari sebuah perusahaan. Dengan menggunakan rasio pertumbuhan penjualan, perusahaan dapat mengetahui tren penjualan dari produknya dari tahun ke tahun. Brigham dan Houston dalam Nugroho (2011:35) menyebutkan bahwa penjualan harus dapat menutupi biaya sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Maka dari itu, perusahaan dapat menentukan langkah yang akan diambil untuk mengantisipasi kemungkinan naik atau turunnya penjualan pada tahun yang akan datang. Perusahaan yang meningkatkan pertumbuhan penjualan dan menggunakan aset mereka secara efisien serta mengarah pada penggunaan sumber daya yang optimal maka akan memberikan dampak positif terhadap profitabilitas. Ketika jumlah barang yang dijual semakin besar, maka biaya rata-rata per satuan produk akan semakin kecil sehingga profitabilitas perusahaan akan meningkat (Brigham dan Houston dalam Satriana, 2017:29). Berdasarkan uraian tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 3 : Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap profitabilitas.

34 4. Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Rajan dan Zingales dalam Nugroho (2011:36) menyebutkan bahwa menurut teori critical, semakin besar skala perusahaan maka profitabilitas juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan akhirnya akan menurunkan laba (profit) perusahaan. Teori critical menekankan pada pengendalian oleh pemilik perusahaan terhadap sumber daya perusahaan seperti aset, teknologi, kekayaan intelektual sebagai faktorfaktor yang menentukan ukuran perusahaan. Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar. Dengan adanya penjualan yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar pada saat proses produksi. Dengan begitu, laba perusahaan akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas, leverage, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan sehingga penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : H 5 : Likuiditas, leverage, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas.

35 C. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1. Nugroho Variabel Metode Hasil Penelitian Variabel Regresi Likuiditas dan pertumbuhan (2011) independen (X) : linear penjualan secara parsial tidak Likuiditas, berganda berpengaruh signifikan Pertumbuhan terhadap profitabilitas, Penjualan, sedangkan perputaran modal Perputaran Modal kerja, ukuran perusahaan dan Kerja, Ukuran leverage secara parsial Perusahaan, berpengaruh signifikan Leverage terhadap profitabilitas. Secara simultan likuiditas, Variabel dependen pertumbuhan penjualan, (Y) : perputaran modal kerja, ukuran Profitabilitas perusahaan dan leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 2. Putri Variabel Regresi Likuiditas dan leverage secara (2015) independen (X) : linear parsial berpengaruh signifikan Likuiditas, berganda terhadap profitabilitas,

36 Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja sedangkan pertumbuhan penjualan dan perputaran modal kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan likuiditas, leverage, Variabel Dependen (Y) : Profitabilitas pertumbuhan penjualan, dan perputaran modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 3. Setiawan Variabel Regresi Current Ratio dan Inventory (2015) independen (X) : linear Turnover berpengaruh Current Ratio, berganda signifikan terhadap ROA, Inventory sedangkan Debt to Equity Turnover, Debt to Ratio, Total Asset Turnover Equity Ratio, Total dan sales tidak berpengaruh Asset Turnover, signifikan terhadap ROA. dan Sales Secara simultan Current Ratio, Inventory Turnover, Debt to Variabel Dependen Equity Ratio, Total Asset (Y) : Turnover, dan sales Return On Assets berpengaruh terhadap ROA. (ROA)

37 4. Fitri, dkk Variabel Regresi Cash turnover berpengaruh (2016) independen (X) : linear positif terhadap profitabilitas, Debt to Equity berganda sedangkan Debt to Equity Ratio, Firm Size, Ratio dan Working Capital Inventory Turnover berpengaruh negatif Turnover, Cash terhadap profitabilitas. Firm Turnover, Working size, inventory turnover dan Capital Turnover, current ratio tidak berpengaruh Current Ratio terhadap profitabilitas. Variabel dependen (Y) : Profitabilitas 5. Satriana Variabel Regresi Likuiditas dan pertumbuhan (2017) independen (X) : linear penjualan berpengaruh Likuiditas, berganda signifikan terhadap Pertumbuhan profitabilitas dengan arah Penjualan, pengaruh berbanding terbalik, Efisiensi Modal efisiensi modal kerja tidak Kerja, Leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, dan Variabel dependen leverage berpengaruh (Y) : signifikan terhadap

38 Profitabilitas profitabilitas dengan arah pengaruh berbanding lurus. Secara simultan likuiditas, pertumbuhan penjualan, efisiensi modal kerja, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas 6. Kridasusila Variabel Regresi Current ratio, inventory turn dan independen (X) : linear over, dan debt to equity ratio Rachmawati Current Ratio, berganda berpengaruh secara simultan (2016) Inventory Turn dan parsial terhadap return on Over, dan Debt to assets. Equity Ratio Variabel dependen (Y) : Return On Assets 7. Fatmawati Variabel Regresi Struktur modal berpengaruh (2017) independen (X) : linear terhadap profitabilitas Struktur Modal, berganda sedangkan likuiditas dan Likuiditas, Ukuran ukuran perusahaan tidak Perusahaan berpengaruh terhadap

39 profitabilitas Variabel dependen (Y) : Profitabilitas (Sumber : Jurnal dan skripsi, diolah) D. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian adalah pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang digunakan (Sugiyono, 2007:8). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas, leverage, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun simultan, maka diperlukan suatu hubungan yang digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut :

40 Likuiditas (X 1 ) H 1 Leverage (X 2 ) Pertumbuhan Penjualan (X 3 ) H 2 H 3 Profitabilitas (Y) Ukuran Perusahaan (X 4 ) H 4 H 5 Gambar 2.1 Paradigma Penelitian (Sumber : Penulis) Salah satu tujuan berdirinya perusahaan adalah memperoleh laba yang maksimal. Manajemen perusahaan dituntut untuk mampu memenuhi target yang telah ditetapkan, artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Pihak manajemen perlu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan agar dapat memaksimalkan laba. Dengan mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor terhadap profitabilitas, perusahaan dapat menentukan langkah untuk mengatasi masalah dan meminimalisir dampak

41 negatif yang timbul serta dapat memonitor perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Semua faktor yang terdapat dalam sebuah perusahaan memiliki pengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, termasuk likuiditas, leverage, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan. Dari penjelasan tersebut, penulis menduga bahwa likuiditas, leverage, pertumbuhan penjualan, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun simultan.