IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum 4.1.1 Sejarah dan Keadaan Umum Peternakan Jimmy s Farm merupakan suatu perusahaan peternakan ayam buras yang bergerak di bidang pembibitan ayam lokal. Tahun 1969 perusahaan tersebut mulai berkembang menjadi pembibitan ayam broiler sebagai penghasil DOC yang komersial hingga tahun 1997. Terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 menyebabkan pendapatan Jimmy s Farm mengalami penurunan karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan pembibitan ayam broiler yang berskala besar. Termotivasi dengan perusahaan berskala besar, akhirnya Jimmy s Farm bangkit kembali dan beralih usaha menjadi pembibitan ayam lokal karena prospek pembudidayaan ayam lokal cukup baik dan menguntungkan. Usaha pembibitan ayam lokal dimulai dengan jumlah ayam ± 2000 ekor. Perusahaan peternakan ayam lokal Jimmy s Farm terletak di Desa Gadong, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Lokasi peternakan tersebut berada pada ketinggian ± 1070 m dpl dengan suhu berkisar 15-18 0 C. Desa Gadong terletak di dataran yang cukup tinggi degan curah hujan 2.98 mm dengan jarak antar Desa Gadong dengan pusat Kecamatan ± 3 km, sedangkan dengan Kabupaten ± 18 km. 4.1.2 Jenis Ayam dan Sistem Pemeliharaannya Ayam yang dipelihara adalah ayam parent stock yang menghasilkan DOC final stock pedaging maupun petelur. Jenis ayam lokal yang dipelihara di Jimmy s Farm adalah hasil persilangan dari ayam Kedu, ayam Cemani, ayam Kapas, ayam
27 Hutan, dan ayam Pelung. Pemeliharaan ayam lokal di Jimmy s Farm terbagai menjadi tiga priode yaitu priode starter, grower, dan layer untuk pembibitan. Pada priode starter ayam mulai dipelihara dari DOC sampai berumur dua bulan. Pada saat ini (awal priode grower) dilakukan seleksi pada calon bibit dengan yang buka calon bibit. Ayam yang bukan calon bibit dijadikan komersil atau ayam pedaging. Kriteria ayam yang dipilih sebagai calon bibit diantaranya ayam harus sehat, berbadan besar, kuat, dan memiliki kaki yang normal. Kandang yang digunakan di peternakan Jimmy s Farm adalah sistem kandang terbuka (open house). Berdasarkan fase pemeliharaan yang diterapkan di Jimmy s Farm kandang yang digunakan adalah kandang sistem pemeliharaan ayam mulai dari awal priode starter sampai akhir priode layer yang dipelihara dalam satu kandang yang sama. 4.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Darah Pengaruh pemberian imbangan energi dan protein ransum terhadap kadar glukosa darah ayam lokal Jimmy s Farm dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kadar Glukosa Darah Ayam Lokal Jimmy s Farm setiap Perlakuan Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5...mg/dL... 1 213,64 224,02 222,10 225,01 219,35 2 224,06 219,05 217,81 218,54 223,02 3 218,04 220,11 216,45 223,18 218,11 4 218,01 220,04 221,04 221,01 217,32 Total 873,75 883,22 877,40 887,74 877,80 Rataan 218,43 220,80 219,35 221,93 219,45 Keterangan : P1 (2750 kkal/kg : 15% protein), P2 (2750 kkal/kg : 17% protein), P3 (2750 kkal/kg : 19% protein), P4 (2950 kkal/kg : 15% protein), P5 (2950 kkal/kg : 17% protein). Tabel 5. menyajikan rataan kadar glukosa darah ayam. Rataan kadar glukosa darah pada setiap perlakuan mengindikasikan bahwa ayam lokal Jimmy s
28 Farm mampu mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran normal meskipun diberi imbangan energi dan protein ransum berbeda. Ayam lokal merupakan ayam yang licah dan banyak bergerak, sehingga untuk memenuhi energinya maka glukosa darah akan cepat di metabolisme. Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa terjadi sedikit fluktuasi rataan kadar glukosa darah ayam lokal Jimmy s Farm dengan pemberian imbangan energi dan protein berbeda dalam ransum. Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3) menunjukan pemberian imbangan energi dan protein P1 (183 : 1), P2 (162 : 1), P3 (145 : 1), P4 (197 : 1), dan P5 (174 : 1) tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar glukosa darah ayam lokal Jimmy s Farm. Hal ini karena glukosa darah diatur sedemikian rupa untuk tersedia dalam keadaan normal, hal tersebut sesuai dengan pendapat Adisuwirjo dkk. (2001) bahwa glukosa darah diatur selalu dalam kondisi normal dalam tubuh melalui proses homeostasis dengan bantuan hormon insulin yang disekresikan oleh kelenjar pankreas. Kadar glukosa darah normal pada ayam berkisar 200 250 mg/dl (Austic dkk, 1990). Kadar glukosa darah juga dipengaruhi oleh keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk dan jumlah yang diserap oleh sel-sel tubuh (Ganong, 2012). Energi dalam ransum dihasilkan dari karbohidrat, lemak, dan protein yang dicerna kemudian dialirkan dalam bentuk glukosa darah, metabolisme glukosa terjadi di dalam sel untuk kemudian menghasilkan ATP (Adenosin Triposfat). Glukosa yang berlebih dalam beberapa menit saja akan dikonversikan menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati (<4%) dan otot (<1%), sementara 30 40% akan diubah menjadi trigliserida atau lemak yang pada giliranya glikogen dan lemak tersebut berfungsi sebagai cadangan energi (Poedjiadi, 1994; Klasing 2000,
29 dan Ganong, 2012). Glikogen akan disinteis dengan cepat pada unggas yang diberikan ransum tinggi energi (Hazelwood, 1986). 4.3 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Trigliserida Darah Pengaruh pemberian imbangan energi dan protein ransum terhadap kadar trigliserida darah ayam lokal Jimmy s Farm dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kadar Trigliserida Darah Ayam Lokal Jimmy s Farm setiap Perlakuan Perlakuan Ulangan P1 P2 P3 P4 P5...mg/dL... 1 39,81 34,26 51,85 52,78 47,22 2 32,41 41,67 44,44 47,22 53,70 3 37,96 31,48 42,14 50,00 58,33 4 34,26 45,37 34,00 50,93 58,33 Total 144,44 152,78 172,43 200,93 217,59 Rataan 36,11 38,19 43,11 50,23 54,40 Keterangan : P1 (2750 kkal/kg : 15% protein), P2 (2750 kkal/kg : 17% protein), P3 (2750 kkal/kg : 19% protein), P4 (2950 kkal/kg : 15% protein), P5 (2950 kkal/kg : 17% protein). Berdasarkan rataan trigliserida darah pada Tabel 6 tersebut diketahui bahwa rataan kadar trigliserida terendah pada P1 yaitu 36,11 mg/dl, sedangkan rataan kadar triliserida tertinggi pada P5 yaitu 54,40 mg/dl. Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 4) dapat diketahui bahwa pemberian imbangan energi dan protein ransum berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar trigliserida darah ayam lokal Jimmy s Farm. Untuk mengetahui perbedaan rataan kadar trigliserida darah antar perlakuan dilakukan uji jarak Duncan dengan hasil pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji Duncan Kadar Trigliserida Darah Ayam Lokal Jimmy s Farm Perlakuan Rata-rata (mg/dl) Signifikansi (0.05) P1 36,11 a P2 38,19 a P3 43,11 ab P4 50,23 bc P5 54,40 c Keterangan : Hurup yang sama pada kolom signifikansi menunjukan tidak berbeda nyata (P>0,05). Trigliserida merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme dan golongan ini merupakan energi kimia simpanan yang paling penting (Lehninger, 1991). Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukan bahwa P4 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan P5, namun berbeda nyata lebih besar dari P1, P2, P3. Hal tersebut dikarenakan kandungan energi dalam ransum mempengaruhi kadar trigliserida darah.ransum P4 dan P5 memiliki energi 2950 kkal/kg dengan protein 15% dan 17% lebih tinggi dibandingkan dengan ransum perlakuan P1, P2, P3 yang memiliki energi 2750 kkal/kg dengan protein 15%, 17%, dan 19%. Hal itu sesuai dengan pendapat Holsheiner dan Veerkamp (1992) menyatakan bahwa ransum yang mengandung energi tinggi akan meningkatkan konsentrasi trigliserida darah. Ayam yang diberikan ransum dengan energi yang tinggi dalam ransum akan meningkatkan kadar trigliserida darah, karena kadar glukosa yang berada dalam darah akan menggeretak pankreas untuk mensekresikan hormon insulin yang membawa glukosa masuk ke dalam sel, dimana glukosa yang tidak teroksidasi akan disintesis menjadi glikogen dan hampir 30-40% glukosa yang tidak teroksidasi akan dikonversi menjadi Asetil Ko-A kemudian diubah menjadi trigliserida (Mayes, 1999). Pada unggas domestik granivora seperti ayam, asam lemak disintesis dari karbohidrat khususnya glukosa sehingga banyaknya ransum yang mengandung energi akan segera dibentuk menjadi trigliserida (Klasing, 30
31 2000) dan dijadikan simpanan energi yang akan digunakan dalam keadaan pasokan energi tidak memadai (Poedjiadi, 1994). Kadar trigliserida yang tinggi dalam darah mengindikasikan glukosa yang berlebih akibat pemberian pakan yang mengandung energi tinggi sehingga ransum tersebut kurang efisien untuk diberikan pada ayam tersebut, akibatnya terjadi penumpukan lemak yang berlebih di dalam tubuh ayam. Oleh karena itu yang paling efisien dalam pemberian ransum pada ayam adalah membuat ransum yang seimbang antara tingkat energi dan protein (Wahyu, 1992). Pada perlakuan ransum P1 memberikan kadar trigliserida yang rendah dengan glukosa yang mencukupi kebutuhan ayam lokal Jimmy s Farm, hal tersebut mengindikasikan bahwa imbangan energi dan protein ransum P1 sudah mencukupi kebutuhan glukosa dan memberikan kadar trigliserida yang paling rendah.