BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. DATA dan ANALISA. Secara umum perancangan strategi komunikasi visual dititik beratkan pada mediamedia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. 2 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

BAB II DATA DAN ANALISA. Jalan Pintu Besar Utara No.27, Jakarta Kota

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CONTOH BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah, seni dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno. Kata museum sendiri berasala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dalam pelaksanaannya, yaitu dalam penyajian benda koleksi sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan dunia. Reyog Ponorogo merupakan icon wisata Jawa Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

ABSTRAK. Fitriani Dewi Pramesti, 2012 Wayang Rumput (Wayang Suket) Universitas Pendidikan Indonesia Repository.Upi.Edu i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gunakan sebagai alat bantu dalam proses belajar, dimana media tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

( ) berusaha menggabungkan semua jenis wayang yang ada menjadi satu

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

MODEL TEKNOLOGI UNTUK MEDIA PROMOSI VISUAL KESENIAN WAYANG KULIT. Leocadia Desy Pranatalisa 1, Ridwan Sanjaya 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media audio visual yang lebih dikenal dengan video klip.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Judul Halaman Pengesahan Catatan Dosen Pembimbing Halaman Pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. tugas akhir ini akan membuat sebuah film animasi 2D dengan rigging. Pada Bab

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan semakin luas bidang aplikasinya. Dalam dunia modern ini, baru dalam meningkatkan interaksi atau komunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wayang merupakan salah satu kesenian tradisi Nusantara yang sampai sekarang masih menghiruphembuskan napas kehidupannya, terutama di wilayah Bali, Sunda, dan Jawa (Achmad, 2014 : 12). Pertunjukan wayang dimainkan oleh seorang dalang yang menggerakkan tokoh-tokoh pewayangan yang dipilih sesuai dengan cerita yang dibawakan. Dalam setiap pagelaran, sang dalang dibantu oleh para swarawati atau sindhen dan para penabuh gamelan atau niyaga, sehingga pertunjukan wayang melibatkan banyak orang (Walujo, 2011 : 9). Pada tahun 2003 UNESCO menetapkan Wayang sebagai salah satu daftar Representatif Hasil Karya Warisan Budaya Tak Benda (Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) yang dikelompokkan dalam kategori artefak, karena wayang merupakan hasil karya manusia berupa benda yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. UNESCO membuat sebuah program Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) untuk meningkatkan kesadaran akan warisan budaya tak benda dari seluruh daerah dan negara (www.unesco.org, 2008). Menurut Walujo (2011), wayang yang ada di Indonesia terdiri dari berbagai jenis antara lain: Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar, Wayang Suluh, Wayang Palembang, Wayang Krucil, Wayang Thegul, Wayang Timplong, Wayang Kancil, Wayang Rumput, Wayang Cepak, Wayang Jemblug, Wayang Sasak Dan Wayang Beber. Terdapat dua jenis utama dari bentuk wayang yaitu bentuk tiga dimensi yang dikenal dengan wayang golek dan juga bentuk kulit datar yang disebut dengan wayang kulit. Pembeda dari wayang ini adalah selain bentuknya, juga kostum yang digunakan, wajah dan bagian-bagian tubuh yang menjadi ciri khasnya. Menyadari kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran akan warisan budaya tentang wayang, diperlukannya usaha terus menerus untuk melestarikan dan mengembangkan wayang. Menyediakan media atau tempat yang dapat digunakan 1

sebagai pelestarian warisan budaya khususnya wayang, merupakan langkah yang tepat dan bijak. Museum merupakan lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi untuk mengumpulkan, merawat dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan hiburan (Depatemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009). Di Indonesia terdapat empat museum yang menyimpan beberapa koleksi wayang. Pertama, Museum Wayang Kekayon yang berada di Yogyakarta. Museum ini memiliki koleksi wayang sekitar 5.465 buah koleksi wayang (www.museumindonesia.com, 2011). Kedua, Museum Wayang Indonesia yang terletak di Kabupaten Wonogiri. Terdapat kurang lebih 200 buah Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek, Wayang Bali, Wayang Klitik, Wayang Suket, Wayang Beber, Topeng dan Bakalan Wayang (www.id.wikipedia.org, 2015). Ketiga, House of Mask and Puppets yang berada di Bali. Rumah topeng dan wayang ini menyimpan 1300 buah koleksi topeng dan 5700 buah koleksi wayang yang dikumpulkan dari berbagai negara seperti China, Kamboja, Thailand, Malaysia, dan Myanmar (www.setiadarma.org, 2009). Keempat, Museum Wayang Jakarta yang terletak di Jakarta Barat. Museum ini diresmikan pada tahun 1975 oleh Bapak H. Ali Sadikin yang dulunya bernama Oude Bataviasche Museum (www.museumindonesia.com, 2014). Museum Wayang yang ada di Jakarta terletak di Kota Tua berdekatan dengan Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah. Dalam wawancara bersama Staf Museum Wayang di Jakarta (Minggu, 28/2), Bapak Sumardi mengatakan bahwa Museum Wayang memiliki 6.373 buah jenis koleksi yang diperoleh dari pembelian (pengadaan), sumbangan dan titipan museum Rotterdam di Belanda. Koleksinya berupa wayang kulit, wayang golek, lukisan kaca, patung wayang, lampu blencong, topeng dan gamelan. Pada museum ini juga terdapat koleksi boneka dari berbagai mancanegara. Koleksi boneka mancanegara berasal dari Malaysia, Suriname, India, Polandia, Perancis, Kelanten, Kamboja, Pakistan, Vietnam, Inggris, Amerika dan juga Thailand. Dari hasil observasi, gedung Museum Wayang yang pada awalnya merupakan bangunan Gereja ini, memiliki dua lantai yang di dalamnya terdapat beberapa lorong yang dipenuhi dengan koleksi-koleksi dan juga terdapat taman 2

kecil. Pengunjung dapat melihat koleksi yang ada berserta informasi tentang koleksi yang dipamerkan berupa kertas kecil berisikan tulisan dengan beberapa baris. Museum Wayang memiliki media informasi yang memuat tentang koleksi secara keseluruhan. Namun, media tersebut cenderung dilewatkan oleh pengunjung. Informasi yang disajikan terlalu panjang berupa kumpulan paragraf, dan penempatan medianya yang kurang efektif yaitu di bagian depan setelah pintu masuk. Berbagai media dapat digunakan untuk memberikan informasi kepada audiens. Seiring dengan perkembangan teknologi berbagai media yang digunakan tidak hanya berupa tulisan dan gambar, namun juga bisa menggabungkan keduanya bahkan lebih. Multimedia merupakan media yang melibatkan tidak hanya satu indera, melainkan dua bahkan lebih. Salah satu media multimedia yang digunakan adalah media video yang berisi gabungan dari gambar, suara dan juga teks. Keunggulan dari multimedia ini dibandingkan dengan media yang lain adalah audiens dapat menggunakan beberapa indera seperti mata dan pendengaran, sehingga dapat menyerap informasi dalam waktu yang singkat, jelas dan padat. Salah satu media yang sesuai untuk menyampaikan informasi mengenai koleksi di dalam museum adalah media multimedia berupa video. Motion graphic merupakan salah satu multimedia berupa video yang dibutuhkan untuk memudahkan pengujung dalam menerima informasi dan mengindentifikasi jenis-jenis koleksi wayang yang ada dalam Museum Wayang Jakarta. Berdasarkan fakta-fakta diatas, penulis tertarik untuk mengkajinya dalam Tugas Akhir ini berupa perancangan audio-visual yakni motion graphic yang ditujukan untuk memberikan informasi mengenai koleksi wayang yang ada di Museum Wayang Jakarta seseuai dengan kategorinya. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dalam pengerjaan Tugas Akhir ini penulis akan mengambil identifikasi, perumusan dan pembatasan masalah yang akan dipaparkan dibawah ini, 3

1.2.1 Identifikasi masalah a. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai informasi koleksi wayang pada Museum Wayang, b. Media informasi yang digunakan Museum Wayang Jakarta belum efektif, seperti pada penyajian informasi tentang koleksi wayang pada Museum Wayang Jakarta kurang informatif. Karena informasi yang ditampilkan hanya berupa teks yang berisi nama koleksi, sehingga pengunjung cenderung kesulitan dalam menangkap informasi yang disajikan. 1.2.2 Rumusan masalah Bagaimana merancang video motion graphic untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi mengenai koleksi wayang pada Museum Wayang Jakarta? 1.3 Ruang Lingkup Perancangan Tugas Akhir yang dilakukan sejak bulan Januari hingga Juli tahun 2016 ini memfokuskan diri pada sebuah Museum Wayang Jakarta yang berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara no.27, Jakarta Barat. Dalam kaitannya dengan program studi Manajemen Desain Komunikasi Visual, maka fokus Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: a. Waktu perancangan motion graphic sebagai media penunjang informasi mengenai wayang pada Museum Wayang Jakarta adalah bulan Februari hingga Juni 2016. b. Lokasi perancangan motion graphic sebagai media penunjang informasi mengenai wayang pada Museum Wayang Jakarta bertempat di Jl. STT Telkom, Sukapura, Bandung dan Komplek SDN 04 Garegeh, Bukittinggi, Sumatera Barat. c. Target Audience dari perancangan motion graphic sebagai media penunjang informasi mengenai wayang pada Museum Wayang Jakarta adalah usia Remaja dengan rentang usia 12 tahun hingga 17 tahun sebagai target primer dan dewasa usia 25 tahun keatas sebagai target sekunder. 4

1.4 Tujuan Perancangan Perancangan video motion graphic sebagai media penunjang informasi mengenai wayang pada Museum Wayang Jakarta ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai koleksi wayang yang ada di Museum Wayang Jakarta sesuai dengan kategori-kategorinya dalam bentuk audio visual berupa video motion graphic. Diharapkan dengan adanya media informasi berupa audio visual ini dapat memberikan informasi secara informatif kepada masyarakat, sekaligus sebagai media promosi untuk meningkatkan kuantitas pengunjung. 1.5 Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data dari tugas akhir perancangan motion graphic sebagai media penunjang informasi mengenai wayang pada Museum Wayang Jakarta ini didapatkan dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah merupakan sumber data dari pihak yang bersangkutan langsung ataupun wawancara terhadap narasumber dan koresponden. Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari sumber data yang telah dipublikasikan ke umum seperti buku atau dokumen. 1.5.1 Pengumpulan Data a. Metode Studi Pustaka Studi pustaka adalah proses perancang membaca buku agar referensi yang dimilikinya semakin luas dan untuk mengisi frame of mind. Dengan studi pustaka juga dapat memperkuat perspektif dan kemudian meletakkannya di dalam konteks (Soewardikoen, 2013:6). Penulis melakukan studi pustaka terhadap teori-teori yang berhubungan dengan storyboard, video, motion graphic, aspek desain, dan beberapa teori pendukung lainnya. b. Metode Observasi/Pengamatan Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seseorang, suatu lingkungan, atau situasi secara tajam terinci, dan mencatatnya secara akurat dalam beberapa cara (Rohidi, 2011:87 dalam buku Soewardikoen, 2013:16). 5

Penulis akan melakukan observasi terhadap Museum Wayang Jakarta dari bulan Februari hingga Juni 2016 dan juga pengamatan terhadap beberapa referensi sejenis sebagai media pembanding. c. Metode Wawancara Wawancara adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kejadian yang oleh perancang tidak dapat diamati sendiri secara langsung, baik karena tindakan atau peristiwa yang terjadi di masa lampau ataupun karena perancang tidak diperbolehkan hadir di tempat kejadian itu (Rohidi, 2011:208 dalam buku Soewardikoen, 2013:22). Penulis melakukan wawancara mendalam kepada pengelola Museum Wayang Jakarta untuk mendapatkan informasi tentang Museum Wayang Jakarta. Kemudian pada ahli wayang untuk mendapatkan informasi tentang beberapa wayang yang akan dijadikan objek dalam perancangan motion graphic, serta seorang ahli dalam bidang desain multimedia. Terakhir penulis akan melakukan wawancara singkat kepada pengunjung Museum Wayang Jakarta untuk dimintai pendapatnya tentang keadaan museum menurut pandangan mereka. d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyidikan (Nawawi, 2005:133 dalam buku Soewardikoen, 2013). Pada pengerjaan tugas akhir ini, dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa foto, teks, gambar dan referensi gambar melalui kamera yang kemudian dijadikan acuan dalam mendesain perancangan motion graphic. e. Metode Kuesioner Kuesioner adalah cara untuk memperoleh data dalam waktu yang relatif singkat karena banyak orang dapat sekaligus dihubungi. Kuesioner 6

berisi pertanyaan mengenai sesuatu hal atau bidang yang harus diisi secara tertulis oleh responden yaitu orang yang merespon pertanyaan (Soewardikoen, 2013:25). Penulis telah membagikan kuesioner kepada pengunjung Museum Wayang yang bertujuan untuk memperoleh data pengunjung dan opini pengunjung mengenai media informasi pada Museum Wayang. 1.5.2 Analisis a. Analisis Matriks Perbandingan Matriks sebagai salah satu metode analisis pada perancangan ini. Matriks menjadi salah satu metode analisis yang sangat bermanfaat dan sering digunakan untuk menyampaikan sejumlah besar informasi dalam bentuk ruang yang padat. Matriks merupakan alat yang rapi baik pengelolaan informasi maupun analisis. (Rohidi, 2011:247 dalam buku Soewardikoen, 2013:51). Dalam tahap ini penulis akan melakukan perbandingan pada video motion graphic yang sejenis untuk dijadikan sebagai tolak ukur perancangan. 7

1.6 Kerangka Perancangan Latar Belakang Wayang sudah ditetapkan sebagai Budaya Takbenda Warisan Manusia oleh UNESCO tahun 2003. Pelestarian wayang dengan memanfaatkan fungsi museum. Museum Wayang Jakarta di Jakarta menyimpan 6.373 buah jenis koleksi. Identifikasi Masalah Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai informasi koleksi wayang pada Museum Wayang Media informasi yang digunakan belum efektif dan penyajian informasi tentang koleksi pada Museum Wayang kurang informatif sehingga pengunjung cenderung kesulitan dalam menangkap informasi yang disajikan. Rumusan Masalah Bagaimana merancang video motion graphic untuk memudahkan pengunjung mendapatkan informasi mengenai koleksi wayang pada Museum Wayang Jakarta? Ide Perancangan Video motion graphic tentang wayang sesuai kategori yang ada di Museum Wayang Jakarta Pra Produksi - Pengumpulan data: Observasi, Studi Pustaka, Wawancara, Dokumentasi, Kuesioner - Konsep - Naskah - Storyboard Produksi - Pengaplikasian konsep visual dan konsep media - Editing Pasca Produksi - Backsound : Sound Recording - Rendering Konsep Perancangan Konsep Pesan, Konsep Kreatif, Konsep Media, Konsep Visual Hasil Perancangan Video motion graphic sebagai media penujang informasi dan memudahkan pengunjung dalam menangkap informasi Gambar 1.1 Kerangka Perancangan (Sumber : Dokumentasi Penulis) 8

1.7 Pembabakan Penulis merincikan pembahasan masalah pada perancangan ini sesuai dengan susunan bab yang ada di buku panduan sehingga menghasilkan konsep dasar yang sesuai untuk mendukung karya yang dihasilkan. Adapun sistematika dalam penulisan perancangan ini sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalahan, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, metode pengumpulan data, kerangka perancangan dan pembabakan penulisan dalam perancangan desain motion graphic untuk Museum Wayang Jakarta. BAB II Dasar Pemikiran Menjelaskan teori-teori atau dasar pemikiran apa yang akan digunakan sebagai pijakan pada perancangan desain motion graphic Museum Wayang Jakarta. BAB III Data dan Analisis Masalah a. Data Menjelaskan berbagai data yang diperoleh dan berkaitan dengan obyek perancangan antara lain mengenai Museum Wayang Jakarta yang didapat dari hasil observasi dan wawancara. b. Analisis Berisikan pengolahan berbagai data yang sudah dijelaskan melalui teori pada Bab II. BAB IV Konsep dan Hasil Perancangan Menjelaskan konsep pesan atau komunikasi, konsep kreatif, konsep media, konsep visual. Hasil perancangan dimulai dari sketsa hingga penerapan visualisai pada media. 9

BAB V Penutup Bab ini merupakan penutup dari perancangan dan berisi kesimpulan dan saran dari laporan perancangan yang dibuat oleh penulis. Di akhir bab ini, disertakan pula daftar pustaka, sumber lain dan lampiran. 10