BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas), yaitu mengapresiasi pementasan drama, bermain drama, dan menulis teks atau naskah drama. Rahmanto (1997:16) menjelaskan Pengajaran drama di sekolah memiliki empat manfaat, yaitu (1) membantu keterampilan berbahasa; (2) meningkatkan pengetahuan budaya; (3) mengembangkan cipta dan rasa; dan (4) menunjang pembentukan watak. Dalam drama, empat keterampilan berbahahasa ikut terasah, seperti keterampilan menyimak apa yang dituturkan oleh lawan main, keterampilan berbicara, yakni berdialog dengan lawan main, keterampilan membaca naskah, dan keterampilan menulis naskah. Selain itu, siswa dapat melatih imajinasi, cipta dan rasa menjadi seorang tokoh dalam drama yang mungkin berbeda watak dengan dirinya. Keterampilan memerankan tokoh dalam pementasan drama dapat memperluas wawasan budaya siswa, mengembangkan daya imajinasi, keserasian gerak, dan mengembangkan karakter. Rahmanto (1997:89) mengungkapkan Dengan menghayati berbagai macam peran, para pemuda akan memiliki wawasan yang lebih luas tentang hidup dan kehidupan yang dihadapinya. Oleh karena itu, pembelajaran drama di sekolah tidak boleh disikapi sebagai karya 1
2 sastra yang hanya sebagai bahan bacaan, tetapi harus memberikan pengalaman ekspresif kepada siswa yang mementaskannya. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran Bahasa Indonesia yang membahas tentang kemampuan siswa memerankan tokoh dalam pementasan drama di Sekolah Menengah Atas terdapat di kelas XI. Hal ini terkandung pada kompetensi aspek berbicara dengan Standar Kompetensi (SK): memerankan tokoh dalam pementasan drama dan Kompetensi Dasar (KD) : menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh. Oleh karena itu, ditetapkan siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas sebagai objek penelitian. Dari Kompetensi dasar tersebut diharapkan siswa mampu memerankan tokoh dalam pementasan drama. Salah satu kompetensi pada materi drama, yaitu siswa diminta untuk melakukan dialog ataupun berperan dalam drama pendek yang diberikan oleh guru di dalam kelas. Tidak hanya itu, dalam materi ini siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami materi drama, tapi juga dapat mengidentifikasi, menjiwai dan memerankan drama tersebut dengan baik. Harapannya adalah siswa mampu untuk memerankan tokoh dalam drama, hal ini dapat dilihat dari siswa yang dapat menjiwai perannya. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui serta mengukur bagaimana kemampuan siswa dalam bermain drama. Penelitian tentang kemampuan bermain drama sebelumnya pernah dilakukan oleh Wahyuni (2007) dengan judul Kemampuan Siswa Kelas IX Unggul SLTPN 17 Kota Jambi dalam Bermain Peran Naskah Drama.
3 Kesimpulannya siswa kelas IX baik dalam memerankan tokoh dilihat dari aspek pengucapan, intonasi, mimik, dan gerak-gerik, siswa kelas IX Unggul SLTPN 17 Kota Jambi memiliki kemampuan cukup baik dalam memerankan tokoh pementasan drama. Hal ini terlihat melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai yaitu 60,5% memiliki kemampuan yang cukup dalam bermain peran, 34,2% memiliki kemampuan yang baik dalam bermain peran naskah drama, dan 5,3% memiliki kemampuan yang baik sekali dalam bermain peran naskah drama. Penelitian yang relevan lainnya tentang kemampuan bermain drama juga pernah dilakukan oleh Sawitri Kartindari (2013) dengan judul Kemampuan Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah I Kota Jambi Tahun Pelajaran 2012/2013 dalam Bermain Peran. Kesimpulannya kemampuan siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah I Kota Jambi dalam bermain drama tergolong kepada kemampuan cukup yaitu dengan indeks penilai 71,86. Hal ini dapat terlihat dari perhitungan yang dilakukan dengan mempersentasekan 35 orang dalam penelitian, 12 orang (34,29%) tergolong kategori kemampuan baik, 23 orang (65,71%) tergolong kategori kemampuan cukup. Peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Negeri 8 Batanghari karena SMA Negeri 8 Batanghari merupakan salah satu SMA yang masih menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Alasan kedua penulis memilih SMA Negeri 8 Batanghari karena di sekolah tersebut belum pernah diadakannya penelitian terhadap kemampuan siswa memerankan tokoh dalam pementasan drama. Alasan ketiga adalah lokasi sekolah yang dekat dengan lokasi peneliti sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian.
4 Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Kemampuan Bermain Drama oleh Siswa Kelas XI IPA 1 Tahun Ajaran 2016/2017. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang masalah, maka masalah yang akan diteliti adalah Bagaimanakah kemampuan bermain drama oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Batanghari Tahun Ajaran 2016/2017? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada kemampuan memerankan tokoh dalam pementasan drama oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Batanghari tahun ajaran 2016/2017 dengan memperhatikan aspek pengucapan, intonasi, mimik, gerak-gerik, dan penghayatan. 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan bermain drama oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Batanghari Tahun Ajaran 2016/2017.
5 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis Sebagai sumbangan pengetahuan bagi para peneliti dan peminat drama serta memberikan gambaran mengenai kemampuan bermain drama oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 8 Batanghari Tahun Ajaran 2016/2017. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Dapat dijadikan pedoman siswa dalam meningkatkan aspek yang lemah serta memelihara aspek yang sudah maksimal dalam memerankan tokoh pementasan drama. b. Sebagai bahan masukan bagi guru bahasa Indonesia SMA Negeri 8 Batanghari khususnya untuk dapat memberikan arahan yang tepat pada siswa mengenai bagaimana cara memerankan tokoh pementasan drama. c. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca tentang memerankan tokoh pementasan drama.