BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi Dasar Sanitasi Dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari meliputi : 2.1.1. Penyediaan Air Bersih Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra 2007). 1. Sumber Air Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber, yakni : a) Air atmosfir (air hujan) Air atmosfir atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran.
b) Air permukaan Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Air permukaan ada 2 macam yakni air sungai dan air rawa/danau. c) Air tanah 1) Air tanah dangkal, terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Kritera sumur yang memenuhi syarat kesehatan ialah : (a) Dinding sumur minimal sedalam 3 m dari permukaan lantai/tanah, dibuat dari tembok yang tidak tembus air/bahan kedap air dan kuat (tidak mudah retak / longsor) untuk mencegah perembesan air yang telah tercemar ke dalam sumur. Kedalaman 3 m diambil karena bakteri pada umunya tidak dapat hidup lagi. (b) Kira-kira 1,5 m berikut ke bawah, dinding dibuat dari tembok yang tidak disemen, tujuannya untuk mencegah runtuhnya tanah. (c) Diberi dinding tembok (bibir sumur), tinggi bibir sumur ± 1 meter dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air untuk mencegah agar air sekitarnya tidak masuk ke dalam sumur, serta juga untuk keselamatan pemakai. (d) Lantai sumur disemen/harus kedap air, mempunyai lebar di sekeliling sumur ± l,5 m dari tepi bibir sumur, agar air permukaan tidak masuk. Lantai sumur tidak
retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air, kemiringan 1-5% ke arah saluran pembuanagan air limbah agar air bekas dapat dengan mudah mengalir ke saluran air limbah. (e) Sebaiknya sumur diberi penutup/atap agar air hujan dan kotoran lainnya tidak dapat masuk ke dalam sumur, dan ember yang dipakai jangan diletakkan di bawah/lantai tetapi digantung. 2) Air tanah dalam, terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapisan air. Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. 3) Mata air, adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah (Sutrisno dan Suciastuti, 2010). 2. Syarat-syarat Air Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas. a) Syarat Kuantitas Jumlah air untuk keperluan rumah tangga/hari/kapita tidaklah sama pada tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan di Negara-negara yang sudah maju. Jumlah pemakaian air/hari/kapita lebih besar dari pada di Negara-negara yang sedang berkembang. Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 100
liter/hari/kapita dengan perincian yaitu untuk minum 5 liter, memasak 5 liter, membersihkan/mencuci 15 liter, mandi 30 liter, kakus 45 liter (Entjang, 2000). b) Syarat Kualitas Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah sebagai berikut : 1) Parameter Fisika Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah zat padat terlarut (Total Dissolved Solid TDS). Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak menarik dipandang dari sudut estetika. Selain itu juga, bau busuk bisa di sebabkan proses penguraian bahan organic yang terdapat didalam air. Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Air yang baik idealnya juga tidak memiliki rasa/tawar. Air yang tidak tawar mengindikasikan adanya zat-zat tertentu di dalam air tersebut. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu di dalam air, begitu juga rasa asam disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit di sebabkan adanya basa di dalam air tersebut. Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 30C dari suhu udara.
2) Parameter Mikrobiologi Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme petunjuk (indicator organism). Dalam laboratorium, istilah Total coliform menunjukan bakteri Coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Istilah fecal coliform (koliform tinja) menunjukan bakteri koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Parameter mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba pathogen di dalam air minum. 3) Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa (Hg), Alumunium (Al), Arsen (As), Barium (Ba), Besi (Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (ph), dan zat kimia lainnya. 4) Parameter Radioaktivitas Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel-sel dapat di ganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker (Mulia, 2005). 3. Peranan Air dalam Penularan Penyakit Adanya penyebab penyakit didalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Penyebab penyakit yang mungkin ada dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu :
a) Penyebab hidup yang menyebabkan penyakit menular b) Penyebab tidak hidup yang menyebabkan penyakit tidak menular Peranan air dalam memindahkan penyakit dapat melalui empat cara : 1) Waterborne mechanism Penyakit yang paling umum dari semua penyakit yang berhubungan dengan air dan yang paling berbahaya dalam skala global mencakup penyakit-penyakit yang ditularkan atau disebarkan akibat kontaminasi air oleh kotoran manusia atau urine. Penyakit ini, infeksi atau penularannya dapat terjadi apabila organism pathogen mencapai jalan masuk ke dalam air yang kemudian dikonsumsi oleh orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit tersebut. Penyakit yang termasuk kedalam kategori ini adalah kolera, Hepatitis infeksiosa, dan penyakit Disentri basiler. 2) Water Washed mechanism Penularan penyakit ini berkaitan dengan air bagi kebersihan umum alat-alat terutama alat-alat dapur dan makanan, juga di peruntukan bagi kebersihan perorangan. Kelompok penyakit yang sangat dipengaruhi oleh media penularnya, caranya sangat banyak dan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni : (a) Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan yaitu penyakit diare. Penyakit diare ini dapat ditularkan melalui beberapa jalur diantaranya melalui air dan peralatan makanan yang dicuci dengan air. (b) Penyakit infeksi kulit. Golongan penyakit ini sangat erat kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk.
(c) Penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit, penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah investasi insekta parasit pada tubuh dan pakaian. Insekta parasit akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan air, kebersihan perorangan tidak terjaga. 3) Water Bashed mechanism Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agent penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis. 4) Water Related Insect Vector mechanism Agent penyakit ditularkan melalui gigitan serangga (insekta) yang berkembang biak di dalam air. Beberapa penyakit yang di tularkan oleh insekta antara lain : filariasis, malaria, dengue, yellow fever (Yuliawati, 2002). 2.2 Pengertian Pendapatan Menurut Soetjiningsih (1997), ada dua faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan anak, yaitu faktor genetic dan faktor lingkungan, pengaruh faktor lingkungan ini jauh lebih besar dibandingkan faktor genetic. Selanjutnya untuk faktor lingkungan, dirinci menjadi lingkungan biologis, lingkungan fisik, faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat. Khusus faktor keluarga, diidentifikasi beberapa variable yang berpengaruh yaitu jenis kelamin, besar keluarga, pendapatan keluarga, umur ibu, pendidikan, pekerjaan.
Kondisi sosial ekonomi suatu keluarga sangat mempengaruhi tingkat kesehatan dalam keluarga tersebut. Apabila tingkat sosial ekonomi tinggi, daya beli keluarga tersebut terhadap makanan atau kebutuhan akan terpenuhi. Akan tetapi apabila tingkat sosial ekonomi rendah, daya beli keluarga tersebut terhadap makanan juga rendah. Selain itu, apabila tingkat sosial ekonomi suatu keluarga rendah maka kemampuan mendapatkan fasilitas kesehatan juga rendah. oleh karena itu, saat ini masih sangat diperlukan upaya pemerintah meningkatkan pelayanan kesehatan, seperti menghidupkan kembali posyandu ditingkat desa, puskesmas ditingkat kecamatan, atau rawat inap. Tingkat pendapatan keluarga diukur berdasarkan distribusi pendapatan perseorangan yang merupakan ukuran yang paling sering digunakan oleh para ekonomi, ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang di terima oleh setiap individu atau rumah tangga. Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga. Orang miskin biasanya akan membelanjakan sabagian besar pendapatannya untuk makanan. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang cukup (Sajogyo 1994). Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari besarnya pendapatan atau pengeluaran keluarga, baik pangan maupun non pangan dalam satu tahun terakhir. Pendapatan keluarga dalah besarnaya rata- rata penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung pada jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika pendapatan masih rendah maka
kebutuhan pangan cenderung lebih dominan daripada kebutuhan non pangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat maka pengeluaran untuk non pangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan pokok makanan sudah terpenuhi (Husaini et al. 2000). Tingkat pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan terhadap kuantitas maupun kualitas makanan yang dikonsumsi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli makanan menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga akan berkurang. Kondisi ini akhirnya akan mempengaruhi kesehatan keluarga (Suhardjo 2003).
2.3 Kerangka Berpikir 2.3.1 Kerangka Teori Tingkat pendapatan Keluarga Pendidikan Lingkungan Kepemilikan sarana penyediaan air bersih Penyakit-Penyakit Berbasis Lingkungan Gambar 1. Kerangka Teori
2.4 Kerangka Konsep Tingkat Pendapatan Keluarga Kepemilikan Sarana Penyediaan AirBersih Gambar 2. Kerangka Konsep Keterangan: Variabel Bebas Variabel Terikat 2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan antara Tingkat Pendapatn Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Penyediaan Air Bersih di Desa Kalumbatan Kecamatan Totikum Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2012.