BAB III KONSEP PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Pokok-pokok Temuan Punk adalah komunitas yang mengajukan kebebasan sebagai fondasi utama setiap aktivitas. Pergerakan punk memandang kemapanan sebagai bahaya sosial karena berpotensi membatasi kebebasan berpikir, mencegah orang-orang untuk melihat sesuatu yang benar di masyarakat, dan sebaliknya memaksa mereka untuk menuruti kehendak kekuasaan. Pergerakan punk bukan sekedar ihwal musik dan penampilan melainkan sebuah pola pikir (state of mind). Punk menjadi bahan kajian yang cukup menarik bagi penulis. Karena dalam kehidupan komunitas punk terdapat nilai-nilai semangat perjuangan dan kebersamaan yang kuat. Semangat perjuangan adalah sikap untuk selalu bekerja keras dalam mencapai suatu impian. Kebersamaan punk terlihat pada saat mereka melakukan kegiatan bermusik, dengan semangat perjuangan mereka bersama-sama menyuarakan keadilan. Penulis mengangkat karya yang bertemakan tentang pemberontakan punk dengan subyek komunitas punk sebagai sumber ide. Secara pribadi hal ini menarik untuk dijadikan tema dalam karya seni patung. Tema tersebut sekaligus menjadi sikap kepedulian dengan 17
18 lingkungan masyarakat sosial dan ketidak-adilan yang terjadi di masyarakat. Untuk memperjelas pembahasan pada permasalahan yang diangkat, penulis memberi batasan tentang komunitas punk dilihat dari pemberontakannya. Karya seni terbentuk dari ide/gagasan dengan komposisi sebagai aspek pokok pertama yang dilihat penonton dalam karya seni sebab dapat mengkomunikasikan visi seniman dalam arti karya seninya kepada pengamat. Sebagai sebuah tanda, komposisi yang merupakan penyusunan atau pengorganisasian dari unsur-unsur seperti tekstur, bidang, dan sosok gumpal yang disusun dalam satu-kesatuan akan memberikan kesan berbeda-beda, seperti stabil dinamis dalam menciptakan sebuah karya seni patung, penulis akhirnya memvisualkan gagasan dari komunitas punk yang difokuskan pada sudut pandang simbolik pemberontakan dalam bentuk karya seni patung simbolik. Pemberontakan punk yang penulis ambil segi posititifnya tentang semangat perjuangan yang dilakukan komunitas punk menyuarakan nilai-nilai keadilan. 2. Gagasan Penciptaan Secara pandangan umum punk adalah sekumpulan orang-orang yang berantakan, tidak tahu aturan, berandalan, pemabuk, pembuat onar dilihat dari dandanan dan tingkah-laku mereka, tidak bisa dipungkiri salah satu hal tersebut kadang kerap dilakukan di kalangan punk yang
19 menganggap dirinya punker, itulah korban style yang mana tidak mendalami apa arti punk sebenarnya. Apakah komunitas punk ini hanya memiliki nilai negatif saja? Penulis mendapati hal di balik semua itu, bahwa komunitas ini memilki estetika tersendiri dari pergerakannya. Banyak pula nilai-nilai positif di dalam komunitas ini dalam pergerakan untuk mencapai suatu kesejahteraan dirinya sendiri dan orang lain, mereka tidak hanya berpangku tangan menunggu belas kasih orang-orang berkuasa dan kaum elit, sebagian komunitas ini berusaha menciptakan pekerjaan, mencari pekerjaan sendiri seperti halnya komunitas Marjinal yang memilki rumah kreatif. Rumah kreatif komunitas ini dinamakan Taring Babi, di rumah komunitas itulah mereka membuka suatu tempat untuk bekerja, belajar, bermain dan bermusik untuk siapa saja yang mau. Komunitas Marjinal lebih dikenal sebagi band punk yang menyuarakan semangat perjuangan melawan ketidak-adilan lewat liriklirik lagu yang berisikan protes sindiran terhadap pemerintahan dan kaum yang menindas, melalui media bermusiklah komunitas punk menyuarakan semangat perjuangan walau hanya dengan alat musik gitar saja. Ada juga media lain untuk menyalurkan protes perlawanan antara lain seperti mural, gaya berpakaian dan membuat kaos. Apabila dikaji lebih mendalam, aksi pemberontakan atau suatu protes yang di lakukan komunitas punk ini adalah wujud dari cintanya kepada negeri ini. Dimana negeri ini sudah di kuasai kaum-kaum berkuasa
20 yang tak memandang keadilan dan hak asasi manusia, maka munculah suatu pemberontakan terhadap ketidak-adilan di negeri ini. Hal ini menyentuh perasaan dan sisi batiniah penulis dan kemudian bermaksud untuk mengekspresikan pemberontakan ketidak-adilan sosial berdasarkan kesadaran penulis. Dari pengamatan penulis berdasarkan kajian melalui media terhadap suatu pergerakan dan semangat perjuangan pemberontakan maka penulis hanya memfokuskan pemberontakan punk untuk diwujudkan dalam karya seni. Gitar dipilih penulis sebagai simbol pemberontakan punk karena gitar adalah alat musik yang mudah dijumpai dan dengan gitarpun komunitas punk bisa menyuarakan semangat perjuangan pemberontakan. Penulis ingin memvisualisasikan alat musik gitar dalam pemberontakan punk dengan wujud karya seni patung simbolik menurut pemahaman penulis, dengan mendeformasi bentuk asli gitar ke dalam bentuk struktur gitar yang menggambarkan perlawanan. Kemudian penulis membuat karya tersebut dengan menggunakan teknik assembling (merakit), barang-barang bekas di pilih penulis sebagai bahan pembutan karya, barang-barang bekas (rongsokan besi) tersebut dirangkai dengan menggunkan las listrik.
21 B. Implementasi Visual 1. Konsep Bentuk Pada dasarnya apa yang dimaksud dengan bentuk itu sendiri adalah totalitas dari pada karya itu sendiri. Bentuk merupakan organisasi atau satu-kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah garis, shape, gelap terang, tekstur dan warna. Ini berarti bahwa bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap dengan panca indera, yaitu yang bisa dilihat, diraba dan didengar (P. Mulyadi, 2000 : 15 ). Bentuk karya patung yang disajikan adalah bentuk-bentuk simbolik semangat perjuangan yang merupakan representasi dari pemberontakan punk dengan mendeformasi bentuk gitar menjadi beberapa bentuk yang menyimbolkan perlawanan. Penulis menghadirkan empat karya patung dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. Bentuk gitar penulis pilih sebagai perwakilan komunitas punk dalam menyuarakan perlawanan melawan ketidak-adilan di masyarakat. Pengkaitan antara dua obyek yang menjadi simbol perlawanan. Dalam pembuatan karya penulis hadirkan bentuk-bentuk dibuat menggunakan barang bekas(rosokan besi). Secara keseluruhan bentuk karya yang penulis hadirkan adalah berbagai macam bentuk gitar dengan pengaitan atau penggabungan bentuk yang berbeda-beda, sehingga kesan penyampaian perlawanan komunitas punk lebih terasa.
22 Tekstur pada karya patung penulis berbentuk kasar. Tekstur kasar dipilih agar cahaya yang menyorot pada karya patung terkesan gelap terangnya, sehingga volume bentuk patung menjadi lebih tegas. Tekstur pada karya seni penulis merupakan tekstur nyata yang sesuai antara yang tampak dan nilai rabanya. Untuk warna penulis sengaja membiarkan warna dari barang bekas kemudian di lapisi dengan cat clear doff sehingga memberi kesan urakan dan kuat seperti halnya komunitas punk. Bentuk yang penulis hadirkan berupa gitar yang berbentuk sebuah anak panah yang lengkap dengan busur panahnya dengan posisi siap melontarkan anak panah tersebut/gitar. Gitar membentuk sebuah kepala tengkorak dengan rambut mohawk sebagai setang gitarnya. Wadah gitar (softcase) yang dibuat lebih besar dari aslinya dengan posisi penutup wadah terbuka kemudian didalamnya terdapat senapan mesin. Kemudian mendeformasi bentuk otak menjadi sebuah gitar dimana bagian depan atas otak menjulur seperti sebuah usus yang membentuk sebuah setang gitar. Merakit (assembling) barang-barang bekas/rosokan besi dengan cara di las, sehingga membentuk struktur gitar yang memiliki bentuk perlawanan. Barang-barang bekas yang diperoleh penulis dalam proses perjalanan berkarya, telah menempati posisi yaitu suatu nilai dimana barang tersebut yang sebelumnya sudah tidak terpakai tetapi dalam kehidupan penulis barang-barang tersebut sangatlah berharga, yang mana barang-barang tersebut dapat mewakili perasaan penulis tentang latar
23 belakang subjek yang termarjinalkan untuk menciptakan sebuah karya seni patung simbolik. 2. Medium dan Teknik penggarapan Bahan atau material dalam dunia seni dikenal dengan medium yang pada dasarnya merupakan sesuatu yang ada nyata, melalui proses pengamatan dan pemikiran yang matang, barang-barang bekas dipilih penulis untuk menciptakan karya seni mengambil tema tentang pemberontakan punk yang diwujudkan dalam karya seni patung simbolik dengan menggunakan teknik assembling. Asemblasi dari assemblage (Ing.) merupakan teknik mengkreasi objek-objek karya seni dengan sistem mengkonstruksi, merakit atau mengkobinasikan berbagai media secara bersama-sama, biasanya dalam karya seni tiga dimensi seperti patung, seni lingkungan, atau seni instalasi. Istilah ini pertama digunakan pada tahun 1950-an oleh pelukis Prancis, Jean Dubuffet, yang berkarya dengan mengkombinasikan (kolase), figur yang dibuat dari kayu, spon, kertas dan lem. Istilah ini juga memiliki kesamaan dengan istilah junk art. Teknik ini mulai berkembang pada era Dada yang membebaskan segala cara berkreasi, salah satu tokohnya adalah Marchel Duchamp. Perkembangan ditahun setelahnya dipakai oleh seniman pop art Amerika Robert Rauschenberg. Assembling memiliki berbagai metode, seperti memaku, menempel, memancang, menyekrup, menyolder, mengelas/mematri dan lain-lain. Dapat pula dikatakan metode
24 ini merupakan kombinasi barang-barang temuan yang kemudian ditampilkan sebagi karya seni (Mikke Susanto, 2012:38). Teknik tersebut dipilih oleh penulis karena dirasa sangat pas dengan material yang dipakai oleh penulis dalam pembuatan karyanya. a. Material atau Bahan Penulis menggunakan material antara lain besi tralis, kampas rem, velg sepeda, laker, gear, elektroda, clear paint. Bahan-bahan tersebut dipilih untuk menunjang visual yang akan di hadirkan. Material tersebut kiranya dapat menimbulkan kesan yang lain. Perubahan bentuk akan lebih mudah di capai jika menggunakan bahan-bahan tersebut. elektroda digunakan sebagai bahan penyambung antara besi yang satu dengan potongan besi lainnya. b. Alat dan Proses Kerja Grinder (alat mesin potong), palu, las listrik, tang pemotong, tang penjepit, obeng, kunci besi, kunci inggris digunakan penulis sebagai proses berkarya, kemudian penulis mulai menyiapkan sketsa patung yang akan dibuat nantinya. Sketsa dibuat sebagai acuan dan pertimbangan visual. Ada beberapa perubahan visual dari sketsa pada proses berkarya dikarenakan menyesuaikan material bahan barangbarang bekas. Hal ini dihubungkan dengan pertimbangna harmonisasi dan aspek ekspresi dalam pengolahan elemen bentuk yang ada saat proses pembuatan karya.
25 Penulis menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat patung. Kemudian penulis mulai merangkai barang-barang bekas sehingga bentuk terlihat seperti sketsa, memotong dan menyambung barang-barang tersebut dengan cara mengelas sehingga membentuk bidang yang diinginkan. Penyelesaian akhir adalah melapisi karya dengan menggunakan cat semprot clear, cat semprot clear dipilih untuk mempertahankan warna dari barang-barang bekas tersebut.