Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 PRODUKTIFITAS PENGGUNAAN LAHAN DALAM TEKNIK PEMANGKASAN TANAMAN TEMBAKAU SETELAH PANEN YANG DITUMPANGSARIKAN DENGAN KACANG TANAH (Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Tembakau) Sucipto JL. Raya Telang PO Box 02 Telang Kamal - Bangkalan ABSTRAK Produktifitas lahan memegang peranan penting dalam sebuah teknik budidaya tanaman tembakau dalam peningkatan pendapatan petani khususnya didaerah lahan kering. Madura 75 persen termasuk daerah lahan kering serta kepemilikan tanah yang sempit dimana kepemilikan lahan tidak lebih dari ¼ ha rata-rata perkepala keluarga. Tujuan penelitian adalah untuk merakit budidaya tanaman tembakau Madura dengan sistem tumpangsari tanaman kacang tanah khususnya pemanfaatan setelah panen (pasca panen). Menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 2 faktor diulang 3 kali dengan uji BNT taraf 5 persen. Faktor I terdiri dari 4 level yaitu, P1 = Pemangkasan setinggi 20 cm, P2 = pemangkasan 40 cm, P3 = Pemangkasan 60 cm dan P4 = Tanpa Pemangkasan. Faktor 2 terdiri dari 2 level yaitu J1 = Jarak Tanam 20 cm x 20 cm dan J2 = 20 cm x 30 cm. Pemangkasan batang tanaman tembakau dengan A4 (J.T=20x20, P=4) dan A8 (J.T=30x20, P=4) cenderung memberikan memberikan nilai tertinggi terhadap jumlah tunas dan jumlah daun. Pemangkasan batang tanaman tembakau dengan A1 (J.T=20x20, P=4) dan A5 (J.T=30x20, P=4) cenderung memberikan memberikan nilai tertinggi terhadap luas daun sehingga berpengaruh terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman tembakau. Pada perlakuan jarak tanam tanaman kacang tanah tidak menunjukkan beda yang nyata terhadap semua parameter pengamatan/tanaman. Kata kunci : Produktifitas lahan, lahan kering,, tumpangsari, pasca panen PENDAHULUAN Areal tembakau Madura saat ini berkisar antara 60-70 ribu hektar per tahun atau 30-33 persen dari areal tembakau Indonesia. Tembakau Madura areal pengembangannya berpusat di 2 kabupaten yaitu : Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan. Mutu tembakau Madura yang khas menjadikan tembakau ini dipilih sebagai bahan racikan rokok kretek. Komposisi tembakau Madura dalam rokok kretek berkisar antara 14-22 persen, tembakau Temanggung sedikit lebih banyak, tembakau Virginia hampir seimbang dengan tembakau Madura, dan tembakau lainnya dibutuhkan dalam jumlah sedikit (Anonymous, 2009). Tembakau rajangan Madura merupakan bahan baku penting dalam pembuatan rokok kretek, luas pertanaman setiap tahunnya sekitar 20.000 hektar dan berpusat di Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan (Anonymous, 2005). Menurut GAPPRI (2006), produksi rokok Indonesia antara tahun 1996-2006 rata-rata 171,757 milyar batang per tahun, 86 persen adalah rokok kretek. Racikan (blend) untuk rokok kretek, komposisi tembakau Madura cukup dominan, proporsinya mencapai 14-22 persen,
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi sejalan dengan meningkatnya produksi kretek, kebutuhan tembakau Madura sebagai bahan baku juga meningkat. Tembakau Madura termasuk pengolahan berat karena setelah tanah diolah dengan bajak kemudian dibuat bedengan (epalo) serta adanya pembumbunan dua kali (epaongga) sehingga tanah betul-betul gembur (Anonymous, 2005). Kondisi tersebut setelah panen tidak termanfaatkan padahal pada daerah yang ada pengairannya hal tersebut perlu ditanami kembali dengan memanfaatkan kondisi tanah yang gembur tersebut untuk tanaman kacang tanah yang ditumpangsarikan dengan batang tanaman tembakau pasca panen tidak perlu dicabut dibiarkan tumbuh tunasnya (solang) dapat dipanen kembali karena harganya tidak terlalu berbeda dengan daun tembakau aslinya. Dari kebiasaan petani tembakau setelah panen tunasnya (solang) dapat dipanen kembali namun daunnya kecil-kecil sehingga produksi rendah sekali dan setelah itu baru batangnya dicabut baru ditanami tanaman jagung. Pemangkasan batang tanaman tembakau dapat meningkatkan kualitas hasil tanaman. Menurut Suprijono (1988) pemangkasan tanaman tembakau dapat merangsang perkembangan daun yang tersisa tetapi hanya beberapa daun yang dapat berkembang sepenuhnya. Pengaturan jarak tanam bertujuan untuk menghindari kompetisi antar 2 tanaman yang ditumpangsarikan dan untuk efesiensi dalam pemeliharaan tanaman. Dari permasalahan tersebut di atas, perlu adanya penelitian efektifitas pemangkasan batang tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) varietas Cangkring setelah panen dan jarak tanam kacang tanah (Arachis hypogea L.) yang ditumpang sari terhadap pertumbuhan dan hasilnya. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Masaran Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep. Penelitian dimulai bulan Juni sampai Nopember 2010. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tembakau varietas prancak, benih kacang tanah, pupuk Urea, SP36, KCl dan kompos. Sedangkan alat yang digunakan bajak, cangkul, handsprayer, timbangan, alat pencacah, alat penjemur, oven dan timbangan analitik. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 2 faktor diulang 3 kali dengan uji BNT dengan taraf 5 persen. Faktor pertama bekas tanaman tembakau dengan perlakuan pangkas yang terdiri dari 4 Level yaitu : P1 : pangkasan setinggi 20 cm dari tanah. P2 : 40 cm dari tanah, P3: 60 cm dari tanah dan P4 : tanpa di pangkas. Faktor kedua jarak tanam yang terdiri dari 2 Level yaitu : J1 : jarak tanam 20 X 20 cm dan J2 : jarak tanam 30 x 20 cm. Para meter yang diamati adalah jumlah tunas tembakau, jumlah daun tembakau, luas daun, berat kering tembakau. Untuk tanaman kacang tanah yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah dan bobot kering total tanaman, bobot basah biji dan bobot kering biji. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Tunas Tembakau Berdasarkan pengamatan menunjukkan jumlah tunas tanaman tembakau terjadi pada kurun waktu 2-6 minggu setelah tanam (MST). Hasil analisis ragam menunjukkan
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 bahwa jarak tanam dan pemangkasan pada minggu ke 4 dan 6 berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, tetapi pada minggu kedua dan keenam berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas tembakau (Tabel 1). Tabel 1. Rata Rata Jumlah Tunas Tanaman Tembakau akibat Pemangkasan Tanaman Tembakau dan Jarak Tanam Kacang Tanah pada Umur Pengamatan 2, 4, 6 Minggu Setelah Pemangkasan Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST) 2 4 6 P1J1 (J.T=20x20, P=20)cm 3.11 2.55 a 3.56 a P1J2 (J.T=20x20, P=40)cm 4.33 2.78 ab 4.89 ab P1J3 (J.T=20x20, P=60)cm 4.33 2.56 a 5.33 ab P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm 4.44 3.44 cd 6.56 b P2J1 (J.T=30x20, P=20)cm 3.00 3.22 bc 3.67 a P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm 4.11 3.55 cde 4.55 ab P2J3 (J.T=30x20, P=60)cm 4.56 3.55 cde 5.56 b P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm 4.56 4.22 f 6.89 b BNT 5 persen tn 0.80 1,8 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 persen. Tabel 1, menunjukkan bahwa pada perlakuan P1J1 (J.T=20x20, P=20)cm dan P2J1 (J.T=20x20, P=60)cm pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) jumlah tunas pada tanaman tembakau paling rendah dengan jumlah rerata 2.55 dan 2.56. Dengan perlakuan jarak tanam 20x20 dan pemangkasan 20 cm belum mampu menghasilkan tunas secara maksimal. Dan hasil yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2J2 (J.T=30x20, P=0)cm dengan jumlah rerata 4.22. Sedangkan pada umur 6 minggu setelah tanam jumlah tunas terbanyak pada kombinasi perlakuan P2J4 (JT=30x20, P=0) dengan jumlah rerata 6,89 dan P1P4 (J.T=20x20. P0) dengan nilai 6,59 serta keduanya tidak menunjukkan beda yang nyata, hal ini disebabkan karena pada tanaman tembakau tidak dilakukan pemangkasan sehingga jumlah tunas yang ada pada bagian batang jumlahnya lebih banyak. Menurut Kipps (1970) bahwa pemangkasan tanaman tembakau, dapat merangsang perkembangan daun yang tersisa tetapi hanya beberapa daun yang dapat berkembang sepenuhnya. Pada jumlah tunas tanaman tembakau mulai ditunjukkan adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan sejak umur 2 minggu setelah pemangkasan karena sebelum umur tersebut persaingan yang terjadi sangat rendah namun sejalan dengan perkembangan tanaman maka tingkat persaingan maka semakin meningkat hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pemangkasan atau makin meningkatnya jumlah daun yang disisakan pada batang, akan menurunkan rata-
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi rata panjang dan lebar daun, tetapi meningkatkan hasil jumlah daun per hektar meskipun tidak terdapat perbedaan yang nyata dibanding tanpa dipangkas. Tanaman tembakau yang tidak dilakukan pemangkasan produksinya menurun karena tanaman tembakau yang telah dipanen daunnya makin tua sehingga tunas ketiak mulai tumbuh. Perlakuan tanpa pangkas jumlah tunas banyak tumbuh dibagian batang atas dan setiap ketiak daun mencapai 2 tunas dan di setiap tunas memiliki 2 6 daun tetapi ukuran daun yang kecil, sedangkan untuk batang bawah tembakau tidak tumbuh tunas atau terjadi dormansi tunas pada batang bagian bawah. Pemangkasan tanaman dapat memacu tumbuhnya tunas lateral sehingga jumlah daun bertambah dan dapat merangsang tumbuhnya daun-daun baru yang lebih produktif. Pemangkasan pada tanaman tembakau lebih nyata pengaruhnya terhadap daun muda daripada daun tua ( luas dan berat kering ) (Sucipto, 2009). Jumlah Daun Tanaman Tembakau Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman tembakau pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST). Tabel 2, menunjukkan bahwa pada berbagai umur 4 minggu setelah pangkas berbeda nyata terhadap jumlah daun tembakau, perlakuan P1J4 (J.T=20X20, P=0) memberikan jumlah daun terbanyak (21,67) namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2J4 (J.T=30x20, P=0), dan P1J3 (J.T=20x20, P=60). Tabel 2. Rata Rata Jumlah Daun Tanaman Tembakau akibat Pemangkasan Tanaman Tembakau dan Jarak Tanam Kacang Tanah pada Umur Pengamatan 2, 4, 6 Minggu Setelah Pemangkasan Perlakuan Minggu Setelah Tanam (MST) 2 4 6 P1J1 (J.T=20x20, P=20)cm 13.89 14.11 a 15.11 ab P1J2 (J.T=20x20, P=40)cm 14.00 15.00 ab 15.00 a P1J3 (J.T=20x20, P=60)cm 15.11 19.22 bc 21.22 c P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm 18.78 21.67 c 23.67 c P2J1 (J.T=30x20, P=20)cm 16.11 16.33 ab 17.33 abc P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm 17.67 17.11 ab 17.11 abc P2J3 (J.T=30x20, P=60)cm 17.67 17.67 ab 19.67 b P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm 20.78 21.02 c 22.22 c BNT 5 persen tn 4,52 4,65 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 persen Pada umur 6 minggu setelah pangkas perlakuan P1J4 (J.T=20x20, P=0) memberikan jumlah daun terbanyak (23,67) serta berbeda nyata dengan perlakuan P1J1
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 (J.T=20x20, P=20), P1J2 (J.T=20x20, P=40), P2J1(J.T=30x20, P=20) dan P2J2 (J.T=30x20, P=40). Menurut Hartana (1979) perlakuan jarak tanam dan pemangkasan sendiri memiliki fungsi menebalkan bagian daun mengendalikan kualitas dan kuantitas daun tembakau. Tembakau Madura sendiri termasuk tembakau rajangan yang pada umumnya hasil sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen hasil dan faktor lingungan. Dengan cukupnya air dan unsur hara maka foto sintesis akan meningkat. Hasil fotosintesis yang terbentuk diarahkan pada pertumbuhan tanaman pada bagian yang meristematik (akar, batang, daun dan sebagian cadangan makanan). Luas Daun per Tanaman Tembakau Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap luas daun per tanaman tembakau pada umur 6 minggu setelah tanam (MST). Tabel 3. Rata Rata Luas Daun Per Tanaman (cm²) Tembakau akibat Pemangkasan Tanaman Tembakau dan Jarak Tanam Kacang Tanah Luas Daun Per Tanaman Perlakuan (cm²) P1J1 (J.T=20x20, P=20)cm P1J2 (J.T=20x20, P=40)cm P1J3 (J.T=20x20, P=60)cm P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm P2J1 (J.T=30x20, P=20)cm P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm P2J3 (J.T=30x20, P=60)cm P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm 98.46 g 88.19 de 85.07 cd 57.11 ab 92.81 ef 68.43 abc 50.61 a 55.93 a BNT 5 persen 28.12 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 persen Tabel 3, menunjukkan bahwa pada perlakuan P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm dan P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm pada pengamatan setelah panen luas daun pada tanaman tembakau paling rendah dengan jumlah rerata 50.61 dan 55.93. Dan hasil yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1J1 (J.T=20x20, P=20)cm dengan jumlah rerata 98.46. Hasil yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1J1 (J.T=20x20, P=20) cm dengan jumlah rerata 98.46 yaitu tanaman tembakau yang dilakukan pemangkasan menghasilkan daun yang berukuran lebar. Dengan adanya pemangkasan dapat meningkatkan luas daun tanaman tembakau. Semakin luas ukuran daun maka hasil fotosintesis akan semakin besar karena banyaknya stomata yang terdapat pada daun, sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin meningkat akibat adanya cadangan energi yang sangat tersedia untuk mendukung pertumbuhannya. Bobot Kering Rajangan Tanaman Tembakau Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap bobot kering per tanaman tembakau (Tabel 4).
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Tabel 4. Rata Rata Bobot Kering (BK) Tanaman/g Tembakau akibat Pemangkasan Tanaman Tembakau dan Jarak Tanam Kacang Tanah Perlakuan BK (J.T=20x20, P=20)cm (P1J1) (J.T=20x20, P=40)cm.(P1J2) (J.T=20x20, P=60)cm (P1J3) (J.T=20x20, P=0)cm (P1J4) (J.T=30x20, P=20)cm (P2J1) (J.T=30x20, P=40)cm (P2J2) (J.T=30x20, P=60)cm (P2J3) 0,72 c 0,64 c 0,68 c 0,53 b 0,69 c 0,52 b 0,50 ab (J.T=30x20, P=0)cm (P2J4) 0,39 a BNT 5 persen 0.12 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 persen, tn= tidak beda nyata Berat kering daun pada tanaman tembakau paling rendah dengan jumlah rerata pada perlakuan P2J4 dengan berat 0,39 tanaman/g dan P2J3 dengan berat 0,50 serta keduanya tidak berbeda nyata. Perlakuan hasil yang tertinggi terdapat pada P1J1 dengan berat rerata 0,72. Bobot basah dan bobot kering rajangan tanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh luas daun. Perlakuan P1J1 memiliki luas daun tertinggi sehingga menyebabkan berat basah dan berat kering tanaman meningkat. Tanaman yang memiliki luas daun tinggi akan memperoleh cahaya matahari lebih besar sehingga akan berpengaruh pada bobot basah dan bobot kering rajangan tanaman tembakau yang memiliki hasil yang tinggi pula karena fotosintat yang dihasilkan tinggi. Bertambahnya berat basah dan berat kering tanaman tembakau dipengaruhi oleh bertambahnya luas daun. Pada jumlah berat kering tanaman tembakau baik perlakuan pemangkasan tanaman tembakau dan jarak tanam kacang tanah pada respon perlakuan berpengaruh terhadap jumlah populasi dalam luasan tanah, jika populasi tanaman tinggi maka persaingan tanaman baik di atas dan di dalam tanah akan semakin tinggi akibatnya akan berpengaruh terhadap jumlah yang diterima oleh tanaman. Jika populasi dalam suatu luasan tinggi maka unsur hara yang akan diterima oleh tanaman akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman dengan populasi yang sedikit dalam luasan yang sama. Selain faktor persaingan (kompetisi) antar tanaman juga dapat berpengaruh pada vareabel hasil. Jika jarak tanam tanaman rapat maka kompetisi antar tanaman sangat ketat yang akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan tanaman yang kurang optimum sebaliknya jika kompetisi antar tanaman berkurang maka pertumbuhan tanaman akan mencapai optimum. Hal ini karena semua kebutuhan tanaman untuk melakukan fotosintesis terpenuhi secara optimum seperti air, cahaya matahari dan CO 2, selain itu unsur hara yang ada pada tanah dapat diambil tanpa adanya persaingan dari tanaman lain.
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 Bobot Basah dan Bobot Kering Total Tanaman Kacang Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan pemangkasan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering total tanaman kacang tanah Tabel 5. Rata Rata Bobot Basah (BB) dan Bobot Kering (BK) Total (g) Tanaman Kacang Tanah akibat Pemangkasan Tanaman Tembakau dan Jarak Tanam Kacang Tanah Perlakuan BB BK P1J1.(J.T=20x20, P=20)cm 214.63 41.14 P1J2 (J.T=20x20, P=40)cm 137.90 27.83 P1J3.(J.T=20x20, P=60)cm 222.70 40.95 P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm 215.03 35.67 P2J1 (J.T=30x20, P=20)cm 157.77 38.16 P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm 221.54 34.36 P2J3 (J.T=30x20, P=60)cm 151.09 29.84 P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm 157.27 30.89 BNT 5 persen tn tn Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 persen Tabel 5, menujukkan bahwa pada berbagai umur pengamatan tidak berbeda nyata terhadap cabang tanaman kacang tanah. Dari parameter bobot basah pada berbagai perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1J3 (J.T=20x20, P=60)cm dengan jumlah rerata 222.70 dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan P1J2 (J.T=20x20, P=40) cm jumlah rerata 137.90. Untuk parameter Bobot Kering (BK) pada berbagai perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1J1 (J.T=20x20, P=20)cm dengan jumlah rerata 41.14 dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan P1J2 (J.T=20x20, P=40)cm jumlah rerata 27.83. Bobot Basah Biji dan Bobot Kering Biji Tanaman Kacang Hasil analisis ragam tidak menunjukkan pengaruh beda nyata terhadap jumlah polong dan jumlah biji per polong akibat perlakuan pemangkasan tanaman tembakau dan jarak tanam kacang tanah. Tabel 6, menujukkan bahwa pada berbagai umur pengamatan tidak berbeda nyata terhadap bobot basah (BB) Biji dan bobot kering (BK) biji kacang tanah. Dari parameter bobot basah berbagai perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm dengan jumlah rerata 9,03 dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm dengan jumlah rerata 6.53. Dari parameter bobot kering berbagai perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm dengan jumlah rerata 5.53 dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm dengan jumlah rerata 1.76.
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Tabel 6. Rata Rata Bobot Basah (BB) Biji dan Bobot Kering (BK) Biji (g) Tanaman Kacang Tanah pada Kombinasi Pemangkasan Tanaman Tembakau dan Jarak Tanam Kacang Tanah Perlakuan BB BK P1J1 (J.T=20x20, P=20)cm 7,29 3,73 P1J2 (J.T=20x20, P=40)cm 8,20 3,93 P1J3 (J.T=20x20, P=60)cm 7,26 3,43 P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm 5,83 1,76 P2J1 (J.T=30x20, P=20)cm 8,03 3,36 P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm 9,03 5,53 P2J3 (J.T=30x20, P=60)cm 7,80 3,86 P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm 6,53 4,00 BNT 5 persen tn tn Keterangan :. Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada umur pengamatan yang sama tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5 persen Tanaman yang memiliki luas daun tinggi akan memperoleh cahaya matahari lebih besar sehingga akan berpengaruh pada bobot basah dan bobot kering rajangan tanaman tembakau yang memiliki hasil yang tinggi pula karena fotosintat yang dihasilkan tinggi. Bertambahnya berat basah dan berat kering tanaman tembakau dipengaruhi oleh bertambahnya luas daun. Pada jumlah berat kering tanaman tembakau baik perlakuan pemangkasan tanaman tembakau dan jarak tanam kacang tanah pada respon perlakuan berpengaruh terhadap jumlah populasi dalam luasan tanah, jika populasi tanaman tinggi maka persaingan tanaman baik di atas dan di dalam tanah akan semakin tinggi akibatnya akan berpengaruh terhadap jumlah yang diterima oleh tanaman. Jika populasi dalam suatu luasan tinggi maka unsur hara yang akan diterima oleh tanaman akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan tanaman dengan populasi yang sedikit dalam luasan yang sama. Kerapatan tanaman yang dinaikkan secara teoritis produksi tertinggi dapat diperoleh jika semua komponen hasil itu maksimal. Kerapatan tanaman pemangkasan tanaman tembakau tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang dan berat polong tanaman kacang tanah. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil pembahasan diatas menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pemangkasan batang tanaman tembakau dengan P4J1 (J.T=20x20, P=4) dan P4J2 (J.T=30x20, P=4) ( cenderung memberikan memberikan nilai tertinggi terhadap jumlah tunas dan jumlah daun. 2. Pemangkasan batang tanaman tembakau dengan P1J1 (J.T=20x20, P=1) dan P1J2 (J.T=30x20, P=4) cenderung memberikan memberikan nilai tertinggi terhadap luas daun sehingga berpengaruh terhadap bobot basah dan bobot kering tanaman tembakau.
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Juni, 2012 3. Berat kering daun rajangan pada tanaman tembakau paling rendah dengan jumlah rerata pada perlakuan P2J4 dengan berat 0,39 tanaman/g dan P2J3 dengan berat 0,50 keduanya tidak berbeda nyata. Perlakuan hasil yang tertinggi terdapat pada P1J1 dengan berat rerata 0,72 tanaman/g. 4. Pada parameter pertumbuhan tanaman kacang tanah, panjang tanaman kacang tanah, jumlah daun tanaman kacang tanah, jumlah cabang kacang tanah. Semua perlakuan tidak menunjukkan beda yang nyata. 5. Pada parameter pengamatan hasil tanaman kacang tanah akibat perlakuan pemangkasan tanaman tembakau dan pengaruh jarak tanamn tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada semua komponen pengamatan, bobot basah dan bobot kering total tanaman kacang tanah, bobot basah biji dan bobot kering biji pertanaman kacang. 6. Parameter bobot basah biji perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2J2 (J.T=30x20, P=40) cm dengan jumlah rerata 9,03 dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan P2J4 (J.T=30x20, P=0)cm dengan jumlah rerata 6.53. Dari parameter bobot kering berbagai perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P2J2 (J.T=30x20, P=40)cm dengan jumlah rerata 5.53 dan perlakuan terendah terdapat pada perlakuan P1J4 (J.T=20x20, P=0)cm dengan jumlah rerata 1.76. Saran 1. Dalam budidaya tanaman tembakau yang ditumpangsarikan dengan kacang tanah setelah panen (solang), Sebaiknya melakukan pemangkasan setinggi 20 cm dengan jarak tanam kacang tanah 20 cm x 20 cm. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemangkasan dan jarak tanam yang dikombinasikan dengan pemupukan. DAFTAR PUSTAKA Akhust, B. C. 1981. Tobacco 2. Longman. London. Anonymous. 1988. Laporan Tahunan Balitas. Balitas Malang.. 2009. Tembakau. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one /234/pdf/Introduksi persen20teknologi persen20tumpangsari persen20jagung persen20dan persen20kacang persen20tanah.pdf. (diakses tanggal 12 September 2009). 2009. Kacang Tanah. http://infokebun.wordpress.com/2008/06/10/ budidayakacang-tanah/. (diakses tanggal 12 September 2009). 2009. Tumpang Sari Tembakau Dan Kacang Tanah. http://www. sumenep.go.id/main.php?go=berita&xkd=7336. ( diakses tanggal 9 Oktober 2009). Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Balai Penelitian Tembakaudan Tanaman Serat. 1999. Tembakau Madura. Malang.
Juni, 2012 Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi GAPRI. 2006. Prospek Kebutuhan Tembakau Rakyat. Diakses. www.gouglr. 10.Februari 2009 Hartana, I. 1978. Budidaya Tembakau Cerutu 1. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Sub Balai Penelitian Jember. Poehlman, E. N. 1966. New Principles of Nicotina Tabacum l. Classification (as applied to original matria) proc. Of the 4 internal. Tob Sci. Congr. Athenes. P639 643. Sucipto, 2009. Produktifitas Penggunaan Lahan Dalam Teknik Pemangkasan Tanaman Tembakau Setelah Panen Yang Ditumpangsarikan Dengan Kacang Tanah (Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Tembakau) Suprijono, 1988. Pengaruh Pemangkasan, Pemupukan N (ZA) dan pupuk kandang terhadap produksi dan kualitas tembaku rajangan Temanggung (varietas Kemlamko) di Lereng Timur Gunung Wilis.