BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin berkembangnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 2

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mendorong dan menggairahkan dunia usaha, Pemerintah

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK. MANDIRI (PERSERO) Tbk. BANDAR LAMPUNG. Disusun Oleh : Fika Mafda Mutiara, SH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

Data Reduksi, Data Display / Penyajian Data, Data Verifikasi / Pemeriksaan Kembali Pengulangan Data, Data Konklusi/Perumusan Kesimpulan. Hasil Penelit

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN EKSEKUSI BENDA JAMINAN YANG TELAH DIBEBANI HAK TANGGUNGAN PADA DEBITUR PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

TINJAUAN MENGENAI PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN HAK TANGGUNGAN ABSTRAK. Keywords: Credit Agreement, Bail Right, Banking ABSTRAK

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia, semakin meningkat pula kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Dalam rangka untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi, maka menjadi tugas pemerintah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi guna mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Inilah yang menjadi salah satu alasan masyarakat untuk berupaya memenuhi kebutuhannya dengan cara yang paling umum yaitu dengan mengajukan pinjaman di bank. Dalam perjanjian pinjam-meminjam di bank, bank memberikan kemudahan kepada Debitur untuk melakukan pelunasan hutangnya secara kredit. Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam untuk antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 1 1 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 1

2 Di dalam pemberian kredit, Kreditur harus menerapkan prinsipprinsip dalam perkreditan yaitu prinsip kepercayaan (trust) dan prinsip kehati-hatian (prudent) sesuai dengan Pasal 8 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Prinsip-prinsip tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya kredit macet atau tidak terbayarkan hutang-hutang Debitur. Maka dari itu, untuk menghindari hal-hal tersebut Kreditur dalam pemberian kredit biasanya diikuti dengan perjanjian pemberian jaminan. Dalam sistem perbankan di Indonesia, terdapat dua jenis jaminan yaitu pertama, jaminan khusus (preferent) merupakan jaminan yang sudah pasti pembayarannya, dimana Kreditur yang telah menerima harta benda milik Debitur maka Kreditur tersebutlah yang berhak memperoleh pelunasan hutang terlebih dahulu dari Debitur daripada Kreditur-kreditur lainnya, dalam hal ini berlaku piutang yang diistimewakan. Kedua, jaminan umum (konkuren) merupakan jaminan yang tidak pasti pembayarannya, dimana Kreditur tersebut sama-sama mempunyai hak atas pelunasan hutang seperti Kreditur-kreditur lainnya, dan atas harta benda yang telah dijaminkan oleh Debitur tersebut dapat dijual untuk kemudian hasilnya di bagi kepada Kreditur lainnya sesuai dengan jumlah hutang Debitur. Jenis-jenis jaminan ini terdapat dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata. Adanya jaminan juga termasuk dalam upaya antisipasi dari pihak Kreditur atau bank untuk menghindari adanya resiko berupa kerugian akibat tidak terbayarnya hutang Debitur atau akibat Debitur cidera janji

3 atau wanprestasi. Sebelum sertifikat tanah digunakan sebagai jaminan di bank, sertifikat tanah tersebut harus didaftarkan hak tanggungan terlebih dahulu. Dalam pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 UUHT menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hak tanggungan adalah : Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya. 2 Tujuan pemberian hak tanggungan yaitu memberikan Kreditur berkedudukan sebagai Kreditur preferent agar Kreditur pemegang jaminan pelunasan hutangnya dapat didahulukan dari Kreditur lainnya. Pembebanan hak tanggungan dilakukan dalam rangka untuk memberikan kepastian hukum dan kepastian hak kepada Kreditur dan Debitur. Pendaftaran hak tanggungan adalah sebagai pemenuhan terhadap asas publisitas, yaitu agar setiap orang yang memegang atau menguasai sertifikat tanah yang telah didaftarkan hak tanggungan tersebut mengetahui bahwa sertifikat tanah tersebut telah dibebani hak tanggungan. 3 Sertifikat Hak Tanggungan yang telah dikeluarkan oleh Badan Pertanahan mempunyai kekuatan eksekutorial yang kekuatannya sama dengan putusan pengadilan. sehingga apabila debitur tidak dapat melunasi hutangnya ataupun Debitur cidera janji atau wanprestasi, maka 2 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. 3 Septarina Budiwati, 2017/2018, Hukum Jaminan (Hand Out), Surakarta : Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 11.

4 Kreditur dapat langsung mengeksekusi jaminan yang telah diberi hak tanggungan tersebut tanpa harus menunggu keputusan dari pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Meskipun di dalam Undang-Undang telah dijelaskan secara rinci mengenai syarat-syarat dan tata cara mendaftarkan hak tanggungan, namun masih ada pihak yang dengan berbagai alasan tidak mendaftarkan sertifikat tanahnya yang telah dijaminkan atas hutangnya tersebut untuk didaftarkan hak tanggungan. Jaminan berupa sertifikat tanah yang belum didaftarkan hak tanggungan pernah terjadi pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Ceper sebagai Kreditur yang telah melayangkan gugatan kepada Sugianto sebagai Debitur dengan dasar gugatan bahwa Debitur telah melakukan cidera janji (wanprestasi). Dalam gugatan dari Kreditur tersebut Kreditur meminta Debitur untuk melunasi hutangnya beserta bunganya yang belum dibayar oleh Debitur setelah jangka waktu yang telah ditentukan, dan meminta Kepaniteraan Pengadilan Negeri Klaten untuk melakukan lelang atas jaminan kredit untuk kemudian hasil dari penjualan lelang tersebut digunakan untuk membayar hutang Debitur. Menurut Bambang Pamungkas, SH selaku kuasa hukum Sugianto menyatakan terdapat dua fakta hukum yaitu yang pertama bahwa Debitur telah wanprestasi karena telah menunggak atau tidak melakukan pembayaran angsuran atau cicilan sebagaimana yang telah disepakati oleh para pihak dalam Surat Perjanjian Kredit. Fakta yang kedua yaitu bahwa jaminan yang telah dijaminkan Debitur atas hutangnya dengan Kreditur

5 tidak dapat dilelang karena tidak ada Akta Pemberian Hak Tanggungan (selanjutnya disingkat APHT). Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul Tinjauan Hukum Terhadap Sengketa Wanprestasi Hutang Piutang Dengan Jaminan Sertifikat Tanah (Analisis Putusan No.: 26/2014/Pdt.G/PN.Kln). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan tersebut diatas, untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan permasalahan yang akan diteliti, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana akibat hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah yang belum didaftarkan hak tanggungan? 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi kreditur atas jaminan sertifikat tanah yang belum didaftarkan hak tanggungan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah yang belum didaftarkan hak tanggungan. 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi kreditur atas jaminan sertifikat tanah yang belum didaftarkan hak tanggungan.

6 D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat atau kegunaan sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Penulisan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi penulis dan pembaca mengenai tinjauan hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah. b. Memberikan literatur atau referensi terhadap pembaca. 2. Manfaat Praktis Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan secara umum kepada penulis dan pembaca, serta masyarakat mengenai tinjauan hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah dengan melakukan analisis Putusan No.: 26/Pdt.G/2014/PN.Kln, sehingga dari penulisan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat. E. Kerangka Pemikiran Definisi hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. 4 Jaminan dalam perjanjian kredit meliputi jaminan yang lahir karena Undang-Undang dan lahir karena perjanjian, jaminan umum dan jaminan khusus, jaminan kebendaan, jaminan 4 Salim HS, 2004, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal. 6.

7 penanggungan utang (Borgtocht), jaminan benda bergerak dan benda tidak bergerak. 5 Khusus untuk jaminan kebendaan berupa benda tidak bergerak yaitu Hak tanggungan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 UUHT. Hak tanggungan sebagai hak jaminan diatur mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: (a) Memberikan hak preferent (droit de preference) atau kedudukan yang diutamakan kepada Kreditur tertentu terhadap Krediturkreditur lainnya; (b) Hak tanggungannya tidak dapat dibagi-bagi, dimana pelunasan sebagian hutang debitur tidak akan membuat hapusnya seluruh hutang debitur; (c) Berlakunya sifat droit de suite, dimana hak kebendaan yang dimiliki oleh seseorang akan mengikuti obyek hak tanggungan meskipun telah berpindah menjadi milik orang lain; (d) Hak tanggungan bersifat accesoir yang artinya hak tanggungan merupak hak yang tidak dapat berdiri sendiri melainkan mengikuti perjanjian pokoknya. 6 Dalam sistem pinjam meminjam di Bank, kreditur yang bertindak sebagai pemberi kredit diharuskan untuk segera memasang hak tanggungan pada jaminan yang telah disepakati dengan debitur, dalam hal ini jaminan yang dimaksud adalah jaminan berupa sertifikat hak milik atas tanah. Serifikat tanah tersebut dapat dikatakan sudah terpasang hak tanggungan sampai pada terbitnya sertifikat hak tanggungan yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan. 5 Sutarno, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung : CV Alfabeta, hal. 144-150. 6 Ibid, hal 154.

8 Pembebanan hak tanggungan pelaksanaannya diawali dengan melakukan perjanjian kredit terlebih dahulu dengan janji untuk memberikan hak tanggungan sebagai jaminan. Kemudian dilakukannya pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (selanjutnya disingkat APHT) melalui Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disingkat PPAT). Setelah penandatanganan APHT, PPAT yang bersangkutan wajib mengirimkan APHT tersebut ke Kantor Pertanahan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja. Kantor Pertanahan akan membuat buku tanah hak tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah yang menjadi objek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Hak tanggungan lahir pada hari dan tanggal yang tercantum pada buku tanah hak tanggungan yang bersangkutan. 7 Lahirnya hak tanggungan merupakan jaminan yang bersifat khusus, karena dapat memberikan kedudukan kepada Kreditur untuk menjadi Kreditur yang Preferent yaitu Kreditur yang mempunyai hak pengembalian pelunasan terlebih dahulu daripada kreditur-kreditur lainnya dan Kreditur preferent tersebut dalam proses penagihannya diistimewakan daripada tagihan kreditur-kreditur lainnya. 8 Sedangkan apabila Debitur memberikan jaminan tanpa adanya hak tanggungan, maka Kreditur pemegang jaminan tidak dapat didahulukan pelunasan hutang-hutangnya 7 Pasal 13 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. 8 Anisa Kartika Sari, 2015, Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan Yang Tidak Didaftarkan Di Kantor Pertanahan, Jurnal Repertorium, ISSN: 2355-2646, Edisi 3 (Januari-Juni 2015), hal.7-8, http://jurnal.hukum.uns.ac.id/, (Diakses pada hari Sabtu tanggal 16 September 2017, pukul 14.19 WIB).

9 oleh Debitur. Kreditur juga tidak dapat mengekseskusi jaminan yang telah diberikan oleh Debitur apabila Debitur cidera janji atau wanprestasi. Apabila Debitur cidera janji atau wanprestasi, maka yang dapat dilakukan oleh Kreditur yaitu dengan cara penyelesaian melalui jalur litigasi maupun non-litigasi. Berdasarkan dari ketentuan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata, bahwa suatu jaminan yang diistimewakan dalam hal ini yang dimaksud adalah hak tanggungan, maka pelunasannya didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya, sedangkan untuk jaminan yang tidak ada hak tanggungannya maka pelunasannya berdasarkan hasil penjualan harta benda Debitur yang telah dijaminkan kepada para Kreditur untuk kemudian hasilnya dibagi sama rata sesuai hutang Debitur kepada Kreditur yang bersangkutan. F. Metode Penelitian Adapun bentuk penelitian untuk mendapatkan data dan materi ini menggunakan beberapa cara, antara lain : 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Analisis

10 normatif terutama mempergunakan bahan-bahan kepustakaan sebagai sumber data penelitiannya. 9 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulisan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian Deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang sedang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak. Metode penelitian ini berusaha menggambarkan obyek atau subyek yang diteliti sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis, fakta dan karakteristik obyek yang sedang diteliti secara tepat tentang tinjauan hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah dengan menganalisis Putusan No.: 26/Pdt.G/2014/PN.Kln. 3. Sumber Data Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa putusan, buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan secara umum. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber-sumber yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini tentang tinjauan hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan 9 Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 112.

11 sertifikat tanah, serta buku-buku literatur sebagai pendukung dalam penulisan penelitian ini. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bahan hukum primer Bahan hukum primer yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Klaten perkara No.: 26/Pdt.G/2014/PN.Kln, Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer), Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah berupa semua publikasi, literatur-literatur, makalah-makalah, maupun jurnal yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang berkaitan dengan tinjauan hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah. c. Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah bahan hukum yang menunjang bahan-bahan sekunder seperti kamus hukum, kamus bahasa, dan sebagainya. 4. Metode Pengumpulan Data

12 Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan adalah dengan merujuk kepada bahan-bahan yang didokumentasikan, sedangkan alat yang dipergunakan adalah berupa studi dokumen yaitu studi dengan cara mempelajari data baik berupa buku, laporan hasil penelitian, makalah seminar, tulisan para ahli, dan semua peraturan yang berkaitan dengan materi penelitian. 5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis data yang dilakukan secara kualitatif. Proses analisis data secara kualitatif ini dapat diperoleh dari penelitian studi kepustakaan selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Kemudian hasil dari analisis secara kualitatif tersebut selanjutnya disajikan secara deskriptif. Dimana hal ini dilakukan dengan tujuan agar dapat dipergunakan untuk menjawab permasalahan mengenai tinjauan hukum terhadap sengketa wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah. Sehingga untuk selanjutnya, dari pembahasan permasalahan tersebut dapat dibuatnya kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Hasil dari penelitian ini akan disusun dalam format empat bab dalam memberikan gambaran secara luas dan mempermudah pembaca dalam memahami isi dan gambaran menyeluruh yang akan penulis uraikan dalam penelitian ini. Adapaun bab-bab yang tersusun secara sistematis dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

13 BAB I berisi PENDAHULUAN yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika penelitian. BAB II berisi TINJAUAN PUSTAKA. Dalam hal ini tinjauan pustaka tersebut berisi tentang tinjauan umum mengenai perjanjian, perjanjian kredit, jaminan kredit, hak tanggungan. BAB III berisi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dimana penulis akan menguraikan dan membahas mengenai akibat hukum terhadap wanprestasi hutang piutang dengan jaminan sertifikat tanah yang belum didaftarkan hak tanggungan, dan perlindungan hukum bagi kreditur atas jaminan sertifikat tanah yang belum didaftarkan hak tanggungan. BAB IV berisi PENUTUP yang menguraikan kesimpulan dari penelitian dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN