ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PERIODE 200-202 (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.) Dina Ayu Fitriana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 65 Malang Dina_ayufitriana@ymail.com Dr. Sumiati, SE., M.Si. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRAK Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Oleh karena itu, penting bagi bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat sebab kegiatan usahanya mengendalikan kepercayaan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia periode 200-202 dengan menggunakan metode CAMEL yang meliputi faktor pemodalan (capital), kualitas aktiva (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity). Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan rasio CAMEL periode 200-202 keseluruhan dapat dikatakan bahwa secara umum kinerja dan kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam kondisi cukup sehat. Kata Kunci : Kinerja keuangan bank, CAMEL (capital, asset quality, management, earning, liquidity) ABSTRACT A very rapidly developments in the banking world and a high level of complexity can influence the performance of a bank. The high complexity of the banking business can increase the risks faced by banks in Indonesia. Bank is a financial institution whose main activity is to collect funds from the public and distribute the funds back into the community and provide other banking services. Therefore, it is important for banks to maintain public confidence because their business activities are controlling public confidence. This research is quantitative descriptive study aimed to analyze the soundness of PT. Bank Rakyat Indonesia during 200-202 by using CAMEL which includes capital, asset quality, management, earnings and liquidity. Based on the analysis of bank soundness using the CAMEL ratios entire 200-202 period can be said that the overall performance and health of PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk in a fairly healthy condition. Keywords: Bank Financial Performance, CAMEL (capital, asset quality, management, earnings, liquidity)
PENDAHULUAN Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Permasalahan perbankan di Indonesia antara lain disebabkan depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau grup usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap resikoresiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun. Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga kesehatan bank perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank dilakukan dengan tetap menjaga likuiditas sehingga bank dapat memenuhi kewajibannya dan menjaga kinerjanya agar bank memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap bank akan terwujud apabila bank mampu meningkatkan kinerjanya secara optimal. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik melalui cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kemampuan suatu bank untuk melaksankan seluruh kegiatan perbankannya. Dalam peraturan tentang penilaian tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan dari peraturan terdahulu dalam beberapa hal yang bersifat menyempurnakan. Pada peraturan sebelumnya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI No. 30//KEP/DIR tahun 997 dan Surat Keputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR tahun 998 analisis CAMEL ditetapkan sebagai panduan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Seiring dengan perkembangan dalam dunia perbankan maka diikuti pula dengan meningkatnya resiko yang harus ditanggung oleh bank, maka Bank Indonesia menambahkan faktor penilaian tingkat kesehatan perbankan dengan tujuan mengantisipasi resiko karena menyangkut kepentingan banyak pihak. Dalam peraturan yang baru menambahkan faktor sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to market risk) karna dianggap sangat penting untukdiperhitungkan dalam kehidupan perbankan saat ini. Atas dasar tersebut Bank Indonesia sebagai lembaga yang bertugas mengawasi dan menilai perbankan di Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/0/PBI/2004 tanggal 2 April 2004 yang berisi tentang panduan dalam menilai tingkat kesehatan bank. Peraturan perbankan yang baru dalam menilai tingkat kesehatan bank digunakan analisis CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity to market risk). Dalam analisis CAMEL dapat diketahui kriteria kesehatan suatu bank yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Dari hasil penilaian tersebut nantinya, Bank dapat mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kinerja bank dimasa yang akan datang. Jika dari hasil penilaian bank dinyatakan sehat maka bank tersebut harus mempertahankan tingkat kesehatannya dan jika hasil penilaian bank dinyatakan tidak sehat maka bank tersebut harus meningkatkan tingkat kesehatannya. PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. dipilih sebagai objek penelitian karena
selalu memberikan pelayanan pada masyarakat kecil hingga saat ini dan tetap konsisten dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. periode 200-202 dengan menggunakan metode CAMEL. PENELITIAN TERDAHULU Beberapa penelitian mengenai analisis tingkat kesehatan bank telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, di antaranya :. Mohammad Very Askhar (2008) menganalisis CAMEL sebagai alat pengukuran tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia yaitu : CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 2004-2006, tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia berada dalam kondisi cukup sehat. 2. Dayu Kristiyaningsih (2008) menganalisis kinerja 0 bank-bank umum go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2004-2005. Hasil penelitian didapatkan bukti empiris bahwa semua bank yang diteliti berdasarkan rasio CAMEL, yaitu : CAR, KAP, ROA, ROE, BOPO, dan LDR berada dalam kondisi sehat. 3. Venny Dwi Lestari (2009) menganalisis tingkat kesehatan 6 bank-bank milik pemerintah periode 2006-2008 menggunakan rasio CAMEL, yaitu : CAR, KAP, ROA, BOPO, dan LDR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Bank Pembangunan Daerah NTB tahun 2007-2008 berpredikat tidak sehat.. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tahun penelitian yaitu antara tahun 200-202. 2. Peneliti menggunakan sembilan rasio CAMEL PBI No.6/0/2004 sebagai pedoman analisis tingkat kesehatan bank yaitu: CAR, KAP, NPL, NPM, ROA, ROE, BOPO, NIM, dan LDR. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Very Askhar (2008), yaitu untuk menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. dengan menggunakan metode CAMEL. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode numerik dan grafis untuk mengenali sejumlah data, merangkum informasi yang terdapat dalam data tersebut dan menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan (Kuncoro, 2007 : 2). Data yang digunakan berupa laporan keuangan tahunan, yaitu : neraca, laporan laba rugi, laporan kualitas aktiva produktif, dan laporan kecukupan pemenuhan modal minimum (KPMM). Obyek yang diteliti adalah kinerja keuangan menggunakan metode CAMEL pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dimana data dalam penelitian ini diakses melalui www.bri.co.id. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui dokumentasi atau disebut juga dengan metode arsip. Data dikumpulkan melalui pencatatan atau pemindahan data tertulis atau data dokumen perusahaan. Melalui studi atas dokumen yang relevan dengan bank yang akan diamati, didapatkan data-data kuantitatif atau berupa laporan keuangan bank yang berguna untuk menganalisis kesehatan bank.
Penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan di Indonesia mengacu pada sistem CAMEL Amerika serikat yang dikenal dengan CAMEL Rating Sistem yang meliputi komponen-komponen sebagai berikut: Capital, Asset quality, management, earning,dan liquidity juga berlaku bagi perbankan di Indonesia. Sebagai pengawas bank-bank maka bank Indonesia juga penilaian performance bank dengan memperhatikan lima faktor di atas sesuai dengan standar BI tentang Standar Tingkat Kesehatan Bank Indonesia berdasarkan lampiran surat edaran No. 6/73/INTERN bahwa tingkat kesehatan bank dapat dilakukan dengan menggunakan teknik analisa CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earning,dan Liquidity. Ada empat predikat yang diberikan Bank Indonesia dalam menilai kinerja keuangan bank yaitu batik dengan predikat sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Untuk itu bank harus tetap menjaga kinerja keuangannya agar tetap menjadi bank yang sehat dalam arti sehat sebagai lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam perkembangan perekonomian nasional, sehat sebagai suatu lembaga kepercayaan dalam mengelola dana yang diberikan masyarakat, serta sehat sebagai suatu lembaga keuangan yang merupakan sumber dana bagi kegiatan perekonomian negara. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 6/23/DPNP tanggal 2 April 2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap faktor-faktor CAMEL. Di dalam penilaian kuantitatif tersebut, Bank Indonesia menetapkan rasio-rasio yang berkaitan dengan faktor-faktor CAMEL, dimana perhitungan atas faktor-faktor CAMEL tersebut telah ditetapkan adalah sebagai berikut :. Faktor Permodalan (Capital) Bank Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio (CAR), yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan penjumlahan aktiva neraca dan aktiva administrasi, ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot risikonya (Hasibuan, 2008 : 58). Menurut Standar Internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang menjadi acuan Bank Indonesia, bobot minimum Capital Adequacy Ratio adalah sebesar 2%, dan dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi. Penghitungan CAR dirumuskan sebagai berikut : Sumber: SE Bank Indonesia No. 2//DPNP Tanggal 3 Maret 200 2. Kualitas Aset (Asset Quality) Penilaian terhadap kualitas aset merupakan penilaian terhadap kualitas aktiva produktif yang mana kualitas asset merefleksikan besarnya risiko kredit yang secara potensial dihadapi Bank, dikaitkan dengan portofolio pinjaman dan investasi, kepemilikan; asset lainnya, serta transaksi rekening admitristratif. Penilaian terhadap kualitas aset dilakukan melalui dua faktor, yaitu: a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Dalam penilaian faktor ini, hal yang dilakukan adalah menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Menurut Kasmir (2008 : 50), kualitas aset digunakan untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Rumus perhitungan kualitas aset adalah sebagai berikut : Sumber: SE Bank Indonesia No.2//DPNP Tanggal 3 Maret 200 b. Penanganan Kredit Bermasalah Penilaian dilakukan dengan menggunakan rasio NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL yang baik adalah NPL yang memiliki rasio dibawah 5%. NPL mencerminkan risiko kredit, yaitu semakin kecil NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung bank. Bank dengan NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Rumus perhitungannya : Sumber : SE Bank Indonesia No.2//DPNP tanggal 3 Maret 200 3. Faktor Manajemen Menurut Kasmir (2008 : 48) dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga harus dinilai kualitas manajemennya. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa seluruh kegiatan manajemen bank yang mencakup manajemen umum dan manajemen risiko pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba bank tersebut. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Sumber : Lukman, 2009 : 20 4. Faktor Rentabilitas (Earning) Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas standar yang telah ditetapkan (Kasmir, 2008). Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha bank dan rentabilitas yang dicapai bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.2//DPNP Tanggal 3 Maret 200 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional di Indonesia. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur rentabilitas bank adalah : a. Return On Asset (ROA) Menurut Mishkin (2008 : 306), ROA digunakan sebagai ukuran dasar keuntungan bank dalam imbal hasil atas aset karena ROA memberikan informasi mengenai efisiensi bank yang dijalankan serta menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan secara rata-rata dari asetnya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut : Sumber : SE Bank Indonesia No.2//DPNP tanggal 3 Maret 200 b. Return On Equity (ROE) Menurut Kasmir (2008 : 204) ROE menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri dengan mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin besar ROE, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dalam pengembalian saham dari total modal sendiri. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut : Sumber : SE Bank Indonesia No.2//DPNP tanggal 3 Maret 200 c. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Menurut Slamet (2006 : 59), BOPO adalah rasio perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut
karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: Sumber : SE Bank Indonesia No.2//DPNP tanggal 3 Maret 200 d. Net Interest Margin (NIM) NIM (Net Interest Margin) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rumus perhitungan NIM adalah sebagai berikut : Sumber : SE Bank Indonesia No.2//DPNP tanggal 3 Maret 200 5. Faktor Likuiditas (Liquidity) Penilaian terhadap faktor ini menggunakan LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR diperoleh dengan cara membandingkan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain) dengan dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank). Loan to deposit ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Lukman, 2009 : 6). Rumus perhitungan LDR adalah sebagai berikut : Sumber : SE Bank Indonesia No.2//DPNP tanggal 3 Maret 200 6. Keterbatasan Penelitian Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.6/0/PBI/2004 tanggal 2 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS. Sedangkan, variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu tidak diikutsertakannya faktor sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) untuk menilai kesehatan bank. Komponen-komponen tersebut tidak dipublikasikan dalam laporan keuangan bank dan cenderung bersifat internal, sehingga penulis tidak dapat memperoleh informasi yang memadai untuk dapat menilai faktor sensitivitas terhadap risiko pasar dan pada indicator S tidak ada bobotnya (0). HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN Bank Indonesia selaku bank sentral dan regulator bagi perbankan di Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/0/PBI/2004 Tanggal 2 April 2004 mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum dengan menggunakan metode CAMEL (capital, asset quality, management, earning, liquidity). Hasil analisis akan menunjukkan kondisi kesehatan bank yang digolongkan ke dalam peringkat komposit yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Tabel 4. Perhitungan Capital Adequacy Ratio PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Modal Inti 55.080.238 40.09.254 27.23.60 Modal Pelengkap 9.80.54 9.80.075 9.549.950 Penyertaan 75.02 45.769 4.538 Total Modal 64.88.779 49.820.329 36.673.0 Aktiva Tertimbang Menurut Risiko 336.08.042 269.454.726 232.972.784 (ATMR) Rasio CAR 9% 8% 6% Standard BI > 2
Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI) Berdasarkan tabel 4. di atas, tingkat kecukupan modal (CAR) yang dihasilkan oleh Bank BRI selama tahun 200-202 sangat baik (>2%) dan stabil pada peringkat, selain itu perolehan CAR Bank BRI melampaui ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum (KPMM) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu 2%. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasio karena Bank BRI menyediakan kecukupan modal untuk dapat mengantisipasi kerugian atas 56 risiko yang ditimbulkan terutama risiko kredit bermasalah (NPL), di samping antisipasi terhadap risiko pasar akibat kerugian valas. Tabel 4.2 Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan 3.895.464 0.525.973 9.975.72 (APYD) Aktiva Produktif 487.37.5 390.709.353 337.80.537 Rasio 2,85% 2,69% 2,95% Standard BI 0,5% - 6% 2 Baik 2 Baik 2 Baik Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI). Berdasarkan tabel 4.2 di atas, selama tahun 200-202 Bank BRI memiliki kualitas aset yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh kinerja Bank BRI yang baik dalam mengendalikan jumlah APYD dan rasio KAP yang dihasilkan masih memenuhi standar aman Bank Indonesia, yaitu antara 0,5% < KAP 6%. Jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan mengalami kenaikan pada semua golongan (DPK, KL, diragukan, dan macet) selama tahun 200-202 sehingga rasio KAP yang dihasilkan mengalami kenaikan. Tabel 4.3 Perhitungan Non Performing Loan PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Jumlah Kredit 4.677.220 5.95.53 3.99.454 Bermasalah Total Kredit 336.08.042 269.454.726 232.972.784 Rasio 4,37% 5,92% 6,0% Standard BI 2% - 8% 2 Baik 3 Cukup Baik 3 Cukup Baik Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI) Tabel 4.3 Bank BRI menunjukan kinerja yang cukup baik dalam menekan jumlah krediy bermasalah. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya rasio NPL selama tahun 200-202 sehingga pada tahun 202 Bank BRI memperoleh peringkat yang baik sebesar 4,37%. Tingkat kecukupan manajemen risiko kredit yang baik adalah (2% < NPL < 5%). Kinerja positif yang ditunjukkan oleh Bank BRI dalam mengendalikan jumlah kredit bermasalah ini juga tak lepas dari loyalitas dan kepatuhan nasabah dalam membayar kembali pinjaman yang telah disalurkan oleh bank, dan mengindikasikan bahwa Bank BRI memiliki tingkat kecukupan manajemen risiko kredit yang baik. Secara umum, selama tahun 200-202, rasio NPL pada Bank BRI masih aman dan memenuhi standar Bank Indonesia, yaitu antara 2% NPL 8%. Tabel 4.4 Perhitungan Non Profit Margin PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Laba Bersih 8.687.380 5.087.996.472.385 Pendapatan Operasional 94.483.99 88.367.399 83.048.298 Rasio 9,78% 7,07% 3,8% Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, Bank BRI mampu menghasilkan laba bersih yang mengalami peningkatan selama tahun 200-202 yang ditunjukkan oleh kenaikan rasio NPM. Bank BRI mengalami kenaikan rasio NPM yang disebabkan oleh pendapatan operasional yang naik cukup signifikan sehingga mampu menghasilkan laba bersih secara maksimal. Bank BRI mencatatkan laba bersih yang naik signifikan setiap tahunnya, sehingga rasio NPM juga ikut naik. Pendapatan operasional (terutama pendapatan bunga) yang naik cukup tinggi setiap tahunnya mampu menyumbang kenaikan pada laba bersih. Tabel 4.5 Perhitungan Return on Asset PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Laba Sebelum Pajak 23.859.572 8.755.880 4.908.230 Total Asset 55.336.790 469.899.284 404.285.602 Rasio 4,33% 3,99% 3,69% Standard BI >.5% Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI) Berdasarkan tabel 4.5 di atas, Bank BRI mampu menghasilkan rasio ROA yang sangat baik atau melebihi standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu >,5% dan tetap stabil pada peringkat selama tahun 200-202.. Meskipun total aset yang dimiliki naik cukup signifikan dan mampu menyumbang pendapatan bunga yang cukup tinggi (terutama berasal dari penyaluran kredit oleh Bank BRI dalam jumlah besar), tetapi hal tersebut diikuti pula oleh kenaikan beban operasional sehingga imbal hasil atas laba sebelum pajak kurang maksimal. Setiap tahunnya kenaikan total aset mampu menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi dan berakibat pada kenaikan laba sebelum pajak yang naik cukup signifikan. Tabel 4.6 Perhitungan Return on Equity PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 Laba Setelah Pajak 202 20 200 23.859.572 8.755.880 4.908.230 Modal Inti 55.080.238 40.09.254 27.23.60 Rasio 43,32% 46,87% 54,96% Standard BI > 5% Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI) Tabel 4.6 menunjukkan Return On Equity berada pada peringkat (). Rata-rata dari modal inti yang dimiliki oleh Bank BRI mampu menghasilkan laba setelah pajak yang sangat tinggi. Laba setelah pajak yang dihasilkan oleh Bank BRI ini berasal dari pendapatan operasional, terutama pendapatan bunga yang cukup tinggi yang bersumber dari kredit atau pinjaman yang diberikan. Namun Bank BRI selama tahun 200-202 mengalamin penurusan rasio yaitu 54,96% tahun 200 menjadi 46,87% di tahun 20 dan 43,32% ditahun 202.Hal ini mengindikasikan tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank dalam pengembalian saham dari total modal sendiri semakin kecil. Tabel 4.7 Perhitungan BOPO PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Beban Operasional 32.67.687 30.822.899 27.840.25 Pendapatan Operasional 94.483.99 88.367.399 83.048.298 Rasio 34,52% 34,88% 33,52% Standard BI < 90% Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, meskipun selama tahun 200-202 Bank BRI mengalami kenaikan rasio BOPO, tetapi mampu menghasilkan pendapatan operasional yang cukup tinggi. Kenaikan pada beban operasional terutama disebabkan oleh peningkatan beban bunga, beban komisi, kerugian atas jumlah kredit yang diberikan (NPL), kerugian atas penurunan nilai aset, peningkatan biaya administrasi, biaya promosi, dan biaya personalia. Di tahun 200, Bank BRI mengalami penurunan rasio BOPO, meskipun beban operasional mengalami peningkatan cukup signifikan tetapi Bank BRI mampu memperoleh pendapatan operasional (terutama pendapatan bunga) yang melonjak cukup tinggi. Secara umum, selama tahun 200-202, Bank BRI memiliki tingkat efisiensi yang sangat baik karena mampu menghasilkan rasio BOPO sesuai dengan standar Bank Indonesia, yaitu 90% dan tetap stabil pada peringkat. Tabel 4.8 Perhitungan Net Interest Margin PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Pendapatan Bunga Bersih 36.483.766 34.427.076 32.888.603 Aktiva produktif 487.37.5 390.709.353 337.80.537 Rasio 7,49% 8,8% 9,74% Standard BI > 3% Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI) Berdasarkan tabel 4.8 di atas, Bank BRI memiliki kinerja rentabilitas (NIM) yang sangat tinggi atau melampaui standar Bank Indonesia, yaitu > 3%, dan tetap stabil berada pada peringkat (sangat baik) selama tahun 200-202. Bank BRI mampu menggunakan total aktiva produktif yang dimiliki dengan sangat baik sehingga mampu menghasilkan pendapatan bunga bersih yang sangat tinggi. Pendapatan bunga yang tinggi ini terutama berasal dari jumlah kredit yang disalurkan khususnya pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan non UMKM. Dari tahun 200 202 rasio NIM yang dihasilkan oleh Bank BRI sempat mengalami penurunan akibat meningkatnya beban bunga sehingga tentunya mengurangi pendapatan bunga bersih. : Tabel 4.9 Perhitungan Loan to Deposit Ratio PT Bank BRI (Persero) Tbk 200 202 202 20 200 Jumlah Kredit Yang Diberikan 350.758.262 285.406.257 246.964.238 Dana Pihak Ketiga 487.37.5 390.709.353 337.80.537 Rasio 7,98% 73,05% 73,% Standard BI 50% - 00 % Keuangan Tahunan 200-202 Bank BRI) Berdasarkan tabel 4.9 di atas, selama tahun 200-202 Bank BRI memiliki kinerja likuiditas (LDR) yang baik (70% < LDR 75%) dan berada pada peringkat. Meskipun selama tahun 200-202 mengalami penurunan rasio namun berdasarkan standar Bank Indonesia LDR Bank BRI masih tergolong dalam batas aman, yaitu 00%. Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat oleh Bank BRI sebanding dengan jumlah kredit yang diberikan. Bank BRI merupakan bank yang fokus dalam menyalurkan kredit, khususnya pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan cukup signifikan dan berkontribusi pada pendapatan yang diperoleh oleh Bank BRI.
Secara umum, selama tahun 200-202, Bank BRI memiliki kemampuan likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas yang kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis CAMEL pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk Tahun 200-202 kondisi tingkat kesehatan BRI dinyatakan cukup sehat. Analisis terhadap tingkat kesehatan bank bertujuan untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku. Selain itu, hasil penilaian tingkat kesehatan bank diharapkan dapat membantu calon investor dalam membuat keputusan sebelum melakukan investasi pada bank. Penilaian mengenai tingkat kesehatan bank berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia, yaitu PBI No.6/0/PBI/2004 Tanggal 2 April 2004 tentang sistem penilaian kesehatan bank umum dengan menggunakan metode CAMEL. Faktor permodalan (capital) dinilai untuk mengetahui kecukupan modal yang dimiliki oleh bank dalam mengatasi eksposur risiko yang dihadapi saat ini dan untuk mengantisipasi eksposur risiko yang dihadapi di masa mendatang. Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia menetapkan bahwa setiap bank umum wajib memelihara rasio kecukupan modal (CAR) minimum sebesar 2%. Faktor kualitas aset (asset quality) dinilai untuk mengetahui kualitas aset dengan membandingkan aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) dengan total aktiva produktif yang dinilai dengan rasio KAP. Semakin besar rasio KAP yang dihasilkan oleh bank akan semakin menunjukkan bahwa kualitas aset yang dimiliki oleh bank berada pada kondisi yang tidak baik dan mengindikasikan tingkat aktiva produktif bermasalah semakin buruk. Selain itu, kualitas aset juga dinilai untuk mengetahui tingkat kecukupan manajemen risiko bank dengan membandingkan antara jumlah kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan yang diukur dengan rasio non performing loan (NPL). Apabila rasio NPL semakin besar akan semakin menunjukkan bahwa bank memiliki kinerja manajemen risiko yang kurang baik dalam mengendalikan jumlah kredit bermasalah. Faktor manajemen (management) diukur dengan melakukan penilaian terhadap penerapan manajemen umum dan manajemen risiko, dan biasanya dilakukan melalui kuesioner bagi pihak bank, namun pengukuran tersebut sulit dilakukan karena faktor ini terkait dengan unsur kerahasiaan bank. Penilaian terhadap faktor manajemen dapat diproksikan dengan net profit margin (NPM), yaitu perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan operasional. Semakin besar rasio NPM yang dihasilkan oleh bank, maka akan semakin baik pula kinerja bank dalam menghasilkan laba bersih. Faktor rentabilitas (earning) dinilai untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha bank dan kemampuan dalam mencapai rentabilitas. Indikator penilaiannya adalah dengan return on asset (ROA), yaitu perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset yang dimiliki oleh bank. Semakin besar rasio menunjukkan bahwa bank memiliki kemampuan rentabilitas yang baik dalam menghasilkan laba sebelum pajak. Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba bersih dengan total modal inti bank. Semakin besar rasio berarti semakin besar pula tingkat pengembalian saham yang dihasilkan oleh bank. Rasio beban operasional operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban operasional yang harus dikeluarkan oleh bank dalam rangka membiayai aktivitas usahanya dengan pendapatan operasional yang berhasil diperoleh bank. Semakin besar rasio semakin menunjukkan bahwa bank memiliki tingkat efisiensi yang kurang baik. Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih dengan total aktiva produktif. Semakin besar rasio akan semakin menunjukkan bahwa bank memiliki rentabilitas yang sangat baik dalam
menghasilkan pendapatan bunga bersih dari rata-rata total aktiva produktif yang dimiliki. Faktor likuiditas dinilai untuk mengetahui kemampuan likuiditas bank dan tingkat kecukupan manajemen risiko likuiditas yang diukur dengan menggunakan loan to deposit ratio (LDR). Semakin besar rasio akan semakin menunjukkan bahwa bank memiliki kemampuan likuiditas yang sangat lemah untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen risiko likuiditas yang buruk. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak digunakannya sensitivitas terhadap risiko pasar sensitivity to market risk (SMR) sebagai salah satu faktor penilaian dalam menganalisis tingkat kesehatan bank. Hal ini dikarenakan pada indikator S tidak ada bobotnya sedangkan untuk menghitung rasio sensitivitas diperlukan penilaian terhadap komponen modal cadangan dibandingkan dengan potensi kerugian akibat fluktuasi suku bunga dan modal cadangan dibandingkan dengan potensi kerugian akibat fluktuasi nilai tukar. Komponen-komponen tersebut tidak dipublikasikan dalam laporan keuangan bank dan cenderung bersifat internal, sehingga penulis tidak dapat memperoleh informasi yang memadai. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Very Askhar, yang menyimpulkan bahwa faktor kualitas aset pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. Berpredikat cukup sehat.yang baik setelah dinilai dengan menggunakan rasio KAP. Artinya PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatasi masalah kerugian, meningkatkan modal, dalam menciptakan laba selama tahun 200-202. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai tingkat kesehatan bank umum milik negara selama tahun 200-202 dengan menggunakan metode CAMEL, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :. Permodalan (capital) PT. Bank Rakyat Indonesia berada pada peringkat komposit atau digolongkan dalam kondisi sangat baik. lainnya. Hasil rasio yang ditunjukkan oleh Bank BRI berada pada peringkat (Sangat baik). 2. Kualitas aset (asset quality) dinilai dengan menggunakan rasio KAP dan non performing loan (NPL). Rasio KAP Bank BRI berada pada peringkat 2 (baik), dan rasio NPL berada peringkat 3 (cukup baik). 3. Manajemen (management) diukur dengan menggunakan rasio NPM (Net Profit Margin). NPM merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh Bank dibanding dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Dari tahun 200-202 Bank BRI menghasilkan peningkatan rasio NPM yang tinggi. 4. Rentabilitas (earning) dinilai dengan menggunakan rasio ROA, ROE, BOPO, dan NIM. Bank BRI untuk keempat rasio tersebut semuanya berada pada peringkat (sangat baik). 5. Likuiditas (liquidity) dinilai dengan menggunakan rasio LDR. Berdasarkan aspek likuiditas Bank tidak mempunyai kewajiban yang harus segera dibayar sehngga modsl inti yang dimiliki Bank dapat menutupi pinjaman lainnya. Hasil rasio yang ditunjukkan oleh Bank BRI berada pada peringkat (Sangat baik). Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:. Bagi Perusahaan (Bank) Bank BRI sebaiknya meningkatkan predikatnya dari yang cukup sehat menjadi sehat. Peningkatan kinerja keuangan ini ditujukan untuk kesehatan kinerja perbankan yang saat ini jika diukur dengan analisis CAMEL masih dinyatakan sehat. Hal ini dilakukan agar kepercayaan masyarakat atau nasabah terhadap PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk juga semakin meningkat. 2. Bagi investor atau Kreditur Investor hendaknya memperhatikan kinerja keuangan bank. Kesehatan kinerja perbankan antara cukup sehat sampai sangat sehat layak untuk dijadikan obyek investasi. Kinerja keuangan yang tidak sehat sampai kurang sehat tidak layak untuk dijadikan obyek investasi. 3. Bagi Nasabah Kinerja keuangan Bank yang sehat dapat diberi kepercayaan sebagai lembaga pembiayaan dan simpanan. Kinerja keuangan yang tidak sehat tidak layak untuk diberi kepercayaan sebagai lembaga pembiayaan dan simpanan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya hendaknya lebih memperhatikan rasio yang digunakan dalam menghitung aspek CAMEL dan menggunakan rasio S agar hasil penelitian yang diperoleh lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia, 20, Booklet Perbankan Indonesia, www.bi.go.id diakses tanggal 20 April 203. Bank Indonesia, 200, Statistik Perbankan Indonesia, www.bi.go.id diakses tanggal 20 April 203. Dayu Kristiyaningsih, 2008, Analisis Rasio CAMEL Untuk Menilai Kesehatan Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Go Public Yang Terdaftar di BEJ), Skripsi Universitas Muhammadiyah, Surakarta, www.google.com diakses tanggal 0 Mei 203. Kasmir, 2008, Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hasibuan, Malayu, 2008, Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Laporan Keuangan Tahunan Bank Rakyat Indonesia, 200-202, www.bri.co.id Mohammad Very Askhar, 2008, Analisis Camel Sebagai Alat Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk), Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Malang. Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 Tanggal 30 Januari 2006 Tentang Penerapan Good Corporate Governance Pada Seluruh Bank Umum, www.bi.go.id diakses tanggal 20 April 203. Peraturan Bank Indonesia No.6/0/PBI/2004 Tanggal 2 April 2004 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, www.bi.go.id diakses tanggal 20 April 203. Surat Edaran Bank Indonesia No.2//DPNP Tanggal 3 Maret 200 Perihal Laporan Publikasi Bank Umum, www.bi.go.id diakses tanggal 0 Mei 203. Surat Edaran Bank Indonesia No./33/DPNP Tanggal 8 Desember 2009 Perihal Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, www.bi.go.id diakses tanggal 0 Mei 203. Surat Edaran Bank Indonesia No.6/73/INTERN Tanggal 24 Desember 2004 Perihal Pedoman Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum (CAMEL RATING), www.bi.go.id diakses tanggal 0 Mei 203. Venny Dwi Lestari, 2009, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pemerintah Dengan Menggunakan CAMEL dan Analisis Diskriminan Periode 2006-2008, Jurnal Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Jakarta, www.google.com diakses tanggal 2 Juni 203.