Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK PENGENAAN TARIF BEA MASUK IMPOR PADA PRODUK HORTIKULTURA (STUDI KASUS TERHADAP KOMODITAS BAWANG MERAH)



dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Pajak Ekspor Kelapa, Kakao, Jambu Mete dan Tarif Impor Terigu

STRATEGI PENGENAAN TARIF IMPOR DAGING SAPI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PENGARUH KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR TERHADAP KETERSEDIAAN MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI DALAM NEGERI : Pendekatan Produsen dan Konsumen Surplus

@ 2005 Rustam Abd. Rauf Makalah Falsafah Sains (PPs 702 Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Maret 2005

ANALISIS DAMPAK PENGENAAN KEMBALI TARIF IMPOR KEDELAI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Key words: impor, tarif, keuntungan usahatani, keseimbangan pasar.

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

PERKIRAAN DAMPAK KEBIJAKAN PROTEKSI DAN PROMOSI TERHADAP EKONOMI HORTIKULTURA INDONESIA

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA. Dr. Muchjidin Rahmat

PROTEKSI TARIF OPTIMAL UNTUK KEDELAI DI INDONESIA PROTECTION FOR OPTIMUM TARIFF OF SOYBEAN IN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tinjauan Pasar Bawang Merah

IMPOR JAGUNG: PERLUKAH TARIF IMPOR DIBERLAKUKAN? JAWABAN ANALISIS SIMULASI

IMPOR JAGUNG: PERLUKAH TARIF IMPOR DIBERLAKUKAN? JAWABAN ANALISIS SIMULASI

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

ANALISIS KEBIJAKAN TARIF, SUBSIDI DAN KUOTA TERHADAP IMPOR GULA DI INDONESIA.

PUNGUTAN EKSPOR BIJI KAKAO SEBAGAI ISU KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

DAMPAK KEBIJAKAN PROTEKSI TERHADAP EKONOMI GULA INDONESIA

cepa), namun dalam statistic internasional (FAOSTAT) hanya dikenal istilah Onion

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. dari Departemen Pertanian, bahwa komoditas daging sapi. pilihan konsumen untuk meningkatkan konsumsi daging sapi.

ekonomi Kelas X PASAR DAN TERBENTUKNYA HARGA PASAR K-13 KTSP & K-13 A. PERMINTAAN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

KONSTRUKSI KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2006

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

Mata Pelajaran : Ekonomi dan Akuntansi Kelas : Hari / Tanggal : Waktu :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

PENERAPAN FUNGSI LINIER (PENGARUH PAJAK DAN SUBSIDI PADA KESEIMBANGAN PASAR)

Perkiraan Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni)

HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP KINERJA KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Analisis Penawaran dan Permintaan Pupuk di Indonesia

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional yang dapat dilihat seperti

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Materi Minggu 2. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

Transkripsi:

Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK PENGENAAN TARIF BEA MASUK IMPOR PADA PRODUK HORTIKULTURA (STUDI KASUS TERHADAP KOMODITAS BAWANG MERAH) SISTEM AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI Dosen : Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc. Disusun Oleh : Adisty Bintang Latifah Ahmad Sapudin Fajar Adi Taufiq Awaluddin Kekhususan Magister Manajemen Syariah Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor 2013

1 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bertambahnya impor produk hortikultura jelas akan memberikan tekanan pada produk petani. Harga produk hortikultura petani akan tertekan karena umumnya produk impor mendapat subsidi impor dari negera asal sehingga harganya lebih murah. Hampir setiap tahun secara berulang-ulang fenomena hancurnya harga produk hortikultura petani terjadi. Pada tahun 2010 impor produk hortikultura sebesar 1,5 juta ton dengan nilai 1,2 miliar USD meningkat menjadi 2,05 juta ton dan nilainya 1,6 miliar USD pada tahun 2011. Sementara pada tahun 2012 volume impor menembus angka 2,2 juta ton dengan nilai perdagangan 1,8 miliar USD (hukumonline.com, 2013). Naiknya angka impor ini menyebabkan neraca perdagangan hortikutura Indonesia menjadi negatif. Untuk komoditas bawang merah, berikut ini disajikan data perkembangan neraca perdagangan bawang merah Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2011. Tabel 1. Perkembangan Neraca Perdagangan Bawang Merah Indonesia Tahun 2001-2011 Tahun Ekspor (ton) Impor (ton) Ekspor - Impor (ton) Growth 2001 5,992 47,946-41,954 2002 6,816 32,929-26,113-38% 2003 5,402 42,008-36,606 40% 2004 4,637 48,927-44,290 21% 2005 4,259 53,071-48,812 10% 2006 15,701 78,462-62,761 29% 2007 9,357 107,649-98,292 57% 2008 12,314 128,015-115,701 18% 2009 12,759 67,330-54,571-53% 2010 3,232 70,573-67,341 23% 2011 13,791 156,381-142,590 112% (Sumber: BPS, 2012) Pada tahun 2012, Indonesia memberlakukan pembatasan pintu masuk bagi produk hortikultura impor. Berdasarkan Permentan No. 15 dan 16 Tahun 2012 yang berlaku mulai tanggal 19 Juni 2012, produk hortikultura impor dibatasi

2 hanya dapat masuk ke Indonesia melalui empat pintu. Tujuan penetapan empat pintu masuk itu adalah agar Pemerintah dapat lebih melakukan fungsi pengawasan terhadap produk impor. Keempat pintu tersebut adalah Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Belawan Medan, dan Pelabuhan Makasar. Sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok tidak lagi ditetapkan sebagai pintu masuk. Hal ini telah menimbulkan protes dari negara WTO lainnya karena menambah biaya transportasi yang membengkak dengan mengalihkan dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Bahkan telah menyebabkan banyak importir berskala menengah kebawah gulung tikar (Sari, 2013). Pembatasan impor produk hortikultura telah menyebabkan kelangkaan pasokan bawang dan inflasi tinggi, sedangkan pemerintah juga tidak mendapatkan pendapatan dari kebijakan tersebut. Pembatasan impor hortikultura dapat dilakukan dalam bentuk penerapan tarif bea masuk impor, karena kebijakan pembatasan dengan pengaturan kuota dirasakan tidak efektif. Penerapan tarif bea masuk impor hortikultura dapat dilakukan apabila harga komoditas di pasar internasional dengan pasar domestik tidak terlalu jauh (Saepudin, 2013). Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting bagi masyarakat Indonesia. Komoditas ini memiliki banyak kegunaan terutama dalam sektor konsumsi rumah tangga antara lain sebagai bumbu masakan guna menambah cita rasa masakan, bahan pelengkap untuk makanan dan obat-obatan penyakit tertentu, sehingga komoditas ini sudah dapat digolongkan sebagai salah satu kebutuhan pokok utama mengingat perannya tersebut. Pada saat ini konsumsi terhadap bawang merah cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya ragam masakan yang menggunakan bawang merah, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap nilai gizi, dan berkembangnya industri pengolahan (Stato, 2007). Berdasarkan berbagai uraian diatas, disusunlah makalah ini dengan judul: Analisis Dampak Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Pada Produk Hortikultura (Studi Kasus Terhadap Komoditas Bawang Merah).

3 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka perumusan masalah dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak pengenaan tarif bea masuk impor pada produk hortikulutura, khususnya pada bawang merah? 2. Berapa besaran tarif bea masuk impor bawang merah yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat? 1.3. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu: 1. Untuk menganalisis dampak pengenaan tarif bea masuk impor pada produk hortikulutura, khususnya pada bawang merah. 2. Untuk mengetahui besaran tarif bea masuk impor bawang merah yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4 2. Analisis dan Pembahasan 2.1. Metode Analisis Untuk menganalisis dampak kebijakan pengenaan tarif bea masuk impor bawang merah digunakan metode analisis komparatif statik dengan pendekatan analisis penawaran dan permintaan pasar. Pasar bawang merah terbentuk melalui interaksi antara kurva penawaran (S) dan kurva permintaan (D). Asumsinya adalah, jika tidak ada kebijakan proteksi apapun mengakibatkan harga bawang merah dunia (PCif atau Pw) menjadi harga yang berlaku di pasar domestik (Pd). Ilustrasi grafik disajikan pada Gambar 1 berikut ini. Gambar 1. Analisis Komparatif Statik dari Dampak Penerapan Tarif Bea Masuk Impor Bawang Merah Pada tingkat harga PCif tersebut, jumlah bawang merah yang diminta sebesar 0Qdo, yang dipenuhi oleh produksi domestik sebesar 0Qso, dan impor sebesar 0Qdo-0Qso. Pada tingkat harga seperti ini, surplus konsumen dicerminkan oleh bidang (a+b), sedangkan surplus produsen sebesar bidang c. Kebijakan tarif bea masuk impor sebesar t% maka harga bawang merah domestic menjadi sebesar Pt (PCif+t). Dampak dari kebijakan tersebut adalah kuantitas yang diminta akan turun menjadi 0Qd1, yang dipenuhi dari produksi domestik sebesar 0Qs1, dengan jumlah impor sebesar 0Qd1-0Qs1. Dengan asumsi bahwa perbedaan harga tersebut merupakan refleksi dari pengenaan tarif, maka kenaikan harga ini akan menurunkan surplus konsumen sebesar bidang (f+g+h+i)

5 dan peningkatan surplus produsen sebesar bidang f. Surplus konsumen dan surplus produsen tersebut mencerminkan kesejahteraan masyarakat yang diperoleh konsumen dan produsen dari adanya perdagangan bawang merah yang terjadi di pasar domestik. Dampak pengenaan tarif bea masuk impor pada Gambar 1 diatas, secara operasional dihitung: a. Dampak terhadap konsumen adalah konsumen harus mentransfer sebagian kesejahteraannya akibat pengenaan tarif bea masuk impor (consumer s lost) sebesar bidang (f+g+h+i). consumer s lost (CS) dihitung dengan persamaan: CS = {(0Pt1-0PCif)*0Qd1} + {(0Pt1-0PCif)*(0Qdo-0Qd1)/2}, dimana: (0Qdo-0Qd1) = Ed*t*0Qdo/0PCif, dan (0Pt1-0PCif) = t*0pcif b. Dampak terhadap produsen adalah produsen menerima sebagian transfer dari konsumen sebesar f (procedur s gain), dapat dihitung dengan persamaan: PS = {(0Pt1-0PCif)*0Qso} + {(0Pt1-0PCif)*(0Qs1-0Qso)/2}, dimana (0Qs1-0Qso) = Es*t*0Qs1/0Pt c. Dampak terhadap penerimaan pemerintah (government revenue) adalah sebesar h. Government Revenue (GR) dapat dihitung dengan persamaan: GR = (0Pt1-0PCif)*(0Qd1-0Qs1) d. Dampak berupa inefisiensi akibat pengurangan konsumsi oleh konsumen (consumer s dead weight loss/cdwl) adalah sebesar i dapat dihitung: CDWL = - (0Pt1-0PCif)*(0Qdo-0Qd1)/2 e. Dampak berupa inefisiensi akibat masuknya produsen yang tidak efisien (producer s dead weight loss/pdwl) adalah sebesar g, dapat dihitung: PDWL = - (0Pt1-0PCif)*(0Qs1-0Qso)/2

6 2.2. Asumsi Data dan Sumber Data Untuk melakukan perhitungan nilai parameter, maka digunakan asumsi data dan sumber data, sebagai berikut: 1. Basis data yang digunakan adalah data tahun 2012 (Desember 2012), dengan asumsi selama periode waktu tersebut tidak terjadi perubahan teknologi maupun gejolak pasar yang berarti, dan variabel selain yang dispesifikasi dianggap tetap (ceteris paribus). 2. Harga impor bawang merah digunakan Cif pada Bulan Desember 2012 sebesar US$ 471, 87 per ton (BPS, 2012). 3. Besar tarif bea masuk impor (%) diskenariokan sebagai berikut : 0; 9; 20; 25; 30; 40; 50; 60; 70; dan 80. Sedangkan skenario nilai tukar Rupiah terhadap US$ (Rp/US$) yaitu : 9.500; 10.000; dan 10.500. 4. Harga bawang merah pedagang besar diambil dari publikasi Kementerian Perdagangan RI Bulan Desember 2012 yaitu Rp 16.507 per Kg. 5. Harga produsen bawang merah digunakan data dari Badan Ketahanan Pangan RI bulan Desember 2012 yaitu Rp 14.800 per Kg. 6. Jumlah penawaran bawang merah diambil dari data publikasi Kemendag RI yang diproyeksikan pada bulan Desember 2012 sebesar 150 ribu ton. 7. Jumlah impor bawang merah digunakan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik tentang jumlah impor komoditas bawang merah, pada bulan Desember 2012 sebesar 1021 ton. 8. Elastisitas penawaran dan permintaan bawang merah menggunakan angka yang dirilis oleh litbang.deptan.go.id, dengan elastisitas permintaan sebesar -0,5 dan elastisitas penawaran sebesar 1. 9. Elastisitas transmisi harga perdagangan besar ke petani dan elastisitas transmisi tarif ke harga perdagangan besar masing-masing diasumsikan sebesar 1.

7 2.3. Hasil dan Pembahasan Dari data dasar yang disebutkan diatas, kemudian dilakukan analisis dampak kebijakan tarif bea masuk impor bawang merah. Pengolahan data dilakukan dengan software Microsoft Excel ver.2010. Simulasi dampak kebijakan disusun menjadi beberapa skenario, yang secara ringkas dan jelas disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3. Hitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran. Pencaran analisis dikelompokkan menjadi 2 (dua) jalur yaitu pendalaman dari sisi nilai tukar Rupiah terhadap US$ (Rp 9.500/US$; Rp 10.000/US$; Rp 10.500/US$) dan besaran tarif (0-80%). Berdasarkan Tabel 1, 2 dan 3 dapat diketahui bahwa: a. Peningkatan tarif bea masuk impor bawang merah akan mengakibatkan pada penurunan jumlah impor bawang merah, melalui: Peningkatan harga perdagangan besar yang akan berdampak terhadap peningkatan harga produsen. Peningkatan harga produsen akan meningkatkan jumlah produksinya (jumlah penawaran). Peningkatan jumlah penawaran akan menurunkan jumlah permintaan bawang merah. Peningkatan jumlah penawaran akan menurunkan jumlah impor bawang merah. b. Peningkatan tarif bea masuk impor bawang merah pada berbagai tingkat nilai tukar Rupiah terhadap US$ akan mengakibatkan pada efek bersih total yang meningkat, melalui: Penurunan surplus konsumen Peningkatan surplus produsen Penurunan penerimaan pemerintah, namun menghasilkan efek bersih total yang meningkat seiring dengan meningkatnya tarif bea masuk impor.

8 c. Penurunan penerimaan pemerintah secara nominal dari penerapan tarif bea masuk impor bawang merah, karena jumlah impor yang menurun. d. Peningkatan efek bersih total dicapai secara efektif pada tarif 50-80%, diharapkan memenuhi target harga ditingkat konsumen sebesar Rp 25.000,- per Kg dan harga di tingkat petani (produsen) dapat menutupi harga pokok produksi yaitu sebesar Rp 22.200,- per Kg. e. Pada tingkat tarif bea masuk impor efektif sebesar 50-80% dan pada beberapa nilai tukar yang diskenariokan, perubahan kesejahteraan masyarakat bawang merah adalah: Surplus konsumen berkurang sebesar Rp 1.090.645 Milyar sampai dengan Rp 1.595.458 Milyar. Namun, secara keseluruhan baik surplus produsen dan efek kesejahteraan masyarakat (efek bersih total) mengalami kenaikan yang lebih besar porsinya. Surplus produsen meningkat sebesar Rp 1.387.500 Milyar sampai dengan Rp 2.486.400 Milyar. Ini berarti bahwa kenaikan besaran tarif bea masuk impor bawang merah akan memberikan insentif bagi produsen (petani) untuk meningkatkan produksinya, ceteris paribus. Penerimaan pemerintah menurun sebesar Rp 250.437 Milyar sampai dengan Rp 711.034 Milyar. Maknanya adalah bahwa pengenaan kebijakan tarif bea masuk impor bawang merah akan memberikan dampak disinsentif bagi pemerintah. Efek bersih total meningkat sebesar Rp 20.055 Milyar sampai dengan Rp 247.625 Milyar. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan besar tarif bea masuk bawang merah, sampai batas tertentu akan berdampak pada perbaikan kesejahteraan masyarakat.

9 Tabel 1. Dampak Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Pada Kurs Rp 9.500,- per US$ Dengan Berbagai Skenario. Tingkat Pajak Impor (%) 0 9 20 25 30 40 50 60 70 80 Perubahan Harga Perdagangan Besar dpws - 1,486 3,301 4,127 4,952 6,603 8,254 9,904 11,555 13,206 Harga Perdagangan Besar Setelah Pajak Impor PWS1 16,507 17,993 19,808 20,634 21,459 23,110 24,761 26,411 28,062 29,713 Perubahan Harga Produsen dpf - 1,332 2,960 3,700 4,440 5,920 7,400 8,880 10,360 11,840 Harga produsen setelah pajak impor PF1 14,800 16,132 17,760 18,500 19,240 20,720 22,200 23,680 25,160 26,640 Perubahan jumlah permintaan (ribu ton) dqd - (7) (15) (19) (23) (30) (38) (45) (53) (60) Jumlah permintaan setelah pajak impor (ribu ton) Qd1 151 144 136 132 128 121 113 106 98 91 Perubahan jumlah penawaran (ribu ton) dqs - 14 30 38 45 60 75 90 105 120 Jumlah penawaran setelah pajak impor (ribu ton) Qs1 150 164 180 188 195 210 225 240 255 270 Perubahan jumlah impor (ribu ton) dqm (0) (20) (45) (56) (68) (90) (113) (135) (158) (180) Jumlah impor setelah pajak impor (ribu ton) Qm1 1 (19) (44) (55) (67) (89) (112) (134) (157) (179) Perubahan surplus konsumen dcs - (Milyar Rupiah) (219,313) (473,652) (584,274) (691,781) (897,445) (1,090,645) (1,271,381) (1,439,652) (1,595,458) Perubahan surplus produsen dps - (Milyar Rupiah) 208,791 488,400 624,375 765,900 1,065,600 1,387,500 1,731,600 2,097,900 2,486,400 Perubahan penerimaan dgr - pemerintah (Milyar Rupiah) (7,776) (39,521) (62,037) (89,608) (159,914) (250,437) (361,179) (492,139) (643,317) Efek Bersih dns - (Milyar Rupiah) (18,299) (24,772) (21,937) (15,489) 8,241 46,417 99,040 166,109 247,625

10 Tabel 2. Dampak Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Pada Kurs Rp 10.000,- per US$ Dengan Berbagai Skenario. Tingkat Pajak Impor (%) 0 9 20 25 30 40 50 60 70 80 Perubahan Harga dpws Perdagangan Besar - 1,486 3,301 4,127 4,952 6,603 8,254 9,904 11,555 13,206 Harga Perdagangan Besar Setelah Pajak Impor PWS1 16,507 17,993 19,808 20,634 21,459 23,110 24,761 26,411 28,062 29,713 Perubahan Harga Produsen dpf - 1,332 2,960 3,700 4,440 5,920 7,400 8,880 10,360 11,840 Harga produsen setelah PF1 pajak impor 14,800 16,132 17,760 18,500 19,240 20,720 22,200 23,680 25,160 26,640 Perubahan jumlah dqd permintaan (ribu ton) - (7) (15) (19) (23) (30) (38) (45) (53) (60) Jumlah permintaan setelah Qd1 pajak impor (ribu ton) 151 144 136 132 128 121 113 106 98 91 Perubahan jumlah penawaran dqs (ribu ton) - 14 30 38 45 60 75 90 105 120 Jumlah penawaran setelah Qs1 pajak impor (ribu ton) 150 164 180 188 195 210 225 240 255 270 Perubahan jumlah impor dqm (ribu ton) (0) (20) (45) (56) (68) (90) (113) (135) (158) (180) Jumlah impor setelah Qm1 pajak impor (ribu ton) 1 (19) (44) (55) (67) (89) (112) (134) (157) (179) Perubahan surplus konsumen dcs (Milyar Rupiah) - (219,313) (473,652) (584,274) (691,781) (897,445) (1,090,645) (1,271,381) (1,439,652) (1,595,458) Perubahan surplus produsen dps (Milyar Rupiah) - 208,791 488,400 624,375 765,900 1,065,600 1,387,500 1,731,600 2,097,900 2,486,400 Perubahan penerimaan dgr pemerintah (Milyar Rupiah) - (8,186) (41,601) (65,302) (94,324) (168,330) (263,618) (380,188) (518,041) (677,175) Efek Bersih (Milyar dns Rupiah) - (18,708) (26,852) (25,202) (20,205) (176) 33,236 80,031 140,207 213,766

11 Tabel 3. Dampak Pengenaan Tarif Bea Masuk Impor Pada Kurs Rp 10.500,- per US$ Dengan Berbagai Skenario. Tingkat Pajak Impor (%) 0 9 20 25 30 40 50 60 70 80 Perubahan Harga Perdagangan dpws Besar - 1,486 3,301 4,127 4,952 6,603 8,254 9,904 11,555 13,206 Harga Perdagangan Besar PWS1 Setelah Pajak Impor 16,507 17,993 19,808 20,634 21,459 23,110 24,761 26,411 28,062 29,713 Perubahan Harga Produsen dpf - 1,332 2,960 3,700 4,440 5,920 7,400 8,880 10,360 11,840 Harga produsen setelah pajak PF1 impor 14,800 16,132 17,760 18,500 19,240 20,720 22,200 23,680 25,160 26,640 Perubahan jumlah permintaan dqd (ribu ton) - (7) (15) (19) (23) (30) (38) (45) (53) (60) Jumlah permintaan setelah Qd1 pajak impor (ribu ton) 151 144 136 132 128 121 113 106 98 91 Perubahan jumlah penawaran (ribu dqs ton) - 14 30 38 45 60 75 90 105 120 Jumlah penawaran setelah Qs1 pajak impor (ribu ton) 150 164 180 188 195 210 225 240 255 270 Perubahan jumlah impor (ribu ton) Jumlah impor setelah pajak impor (ribu ton) Perubahan surplus konsumen (Milyar Rupiah) Perubahan surplus produsen (Milyar Rupiah) Perubahan penerimaan pemerintah (Milyar Rupiah) Efek Bersih (Milyar Rupiah) dqm Qm1 dcs dps dgr dns (0) (20) (45) (56) (68) (90) (113) (135) (158) (180) 1 (19) (44) (55) (67) (89) (112) (134) (157) (179) - (219,313) (473,652) (584,274) (691,781) (897,445) (1,090,645) (1,271,381) (1,439,652) (1,595,458) - 208,791 488,400 624,375 765,900 1,065,600 1,387,500 1,731,600 2,097,900 2,486,400 - (8,595) (43,681) (68,567) (99,041) (176,747) (276,799) (399,198) (543,943) (711,034) - (19,117) (28,933) (28,467) (24,921) (8,592) 20,055 61,021 114,305 179,908

12 3. Keimpulan dan Saran 3.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dampak pengenaan tarif bea masuk impor pada produk hortikulutura, khususnya pada bawang merah, adalah penurunan jumlah impor bawang merah yang mengakibatkan peningkatan jumlah penawaran (produksi). 2. Besaran tarif bea masuk impor bawang merah yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu sebesar 50-80%. 3. Pada tarif bea masuk impor sebesar 50-80% dan pada beberapa nilai tukar yang diskenariokan, perubahan kesejahteraan masyarakat bawang merah adalah sebagai berikut: Surplus konsumen berkurang sebesar Rp 1.090.645 Milyar sampai dengan Rp 1.595.458 Milyar. Surplus produsen meningkat sebesar Rp 1.387.500 Milyar sampai dengan Rp 2.486.400 Milyar. Penerimaan pemerintah menurun sebesar Rp 250.437 Milyar sampai dengan Rp 711.034 Milyar. Efek bersih total meningkat sebesar Rp 20.055 Milyar sampai dengan Rp 247.625 Milyar. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan besaran tarif bea masuk bawang merah, akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3.2. Saran Berdasarkan analisis dan pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran atau rekomendasi dari makalah ini adalah: 1. Kebijakan pemerintah untuk melakukan pengenaan tarif bea masuk impor terhadap produk hortikultura khususnya bawang merah adalah kebijakan yang baik, karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

13 2. Direkomendasikan untuk memberikan tarif bea masuk impor bawang merah sebesar 50% hingga 80% agar dapat efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Kebijakan pengenaan tarif bea masuk impor tersebut, adalah bagian dari upaya untuk mendorong produksi bawang merah di dalam negeri. Upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi tersebut, harus dilakukan pada tingkat usahatani, khususnya dengan adanya insentif pada bibit yang berkualitas, pupuk dan obat-obatan.

14 DAFTAR REFERENSI Hukumonline.com. 2013. Kebijakan Impor Produk Hortikultura Dikritik. http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51d147a2e7b48/kebijakanimpor-produk-hortikultura-dikritik. Diakses pada tanggal 25 September 2013. Sari, Rafika. 2013. Tingkat Inflasi dan Kebijakan Pembatasan Impor Hortikultura. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi. Sekretariat Jenderal DPR RI. Vol. V No. 05/I/P3DI/Maret/2013. Badan Pusat Statistik. 2012. Neraca Perdagangan Bawang Merah Indonesia. bps.go.id. Diakses pada tanggal 25 September 2013. Saepudin, Epung. 2013. Simalakama Kebijakan Impor Hortikultura. http://www.aktual.co/ekonomibisnis/151220simalakama-kebijakan-imporhortikultura-. Diakses pada tanggal 25 September 2013. Stato, Hapto. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Bawang Merah dan Peramalannya. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kementerian Perdagangan RI. 2012. Tinjauan Pasar Bawang Merah. Publikasi Edisi Bawang Merah/Desember/2012. http://ews.kemendag.go.id/download.aspx?file=1212+publikasi+bawang+ Merah.pdf&type=publication. Diakses pada tanggal 25 September 2013. Badan Ketahanan Pangan RI. 2012. Rekapitulasi Harga Komoditas Ditingkat Produsen Tahun 2012. bkp.go.id. Diakses pada tanggal 25 September 2013. Litbang Kementerian Pertanian RI. 2012. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. www.litbang.deptan.go.id/special/bawangmerah/bawang-bagian-b.pdf. Diakses pada tanggal 25 September 2013.

15 Lampiran 1. Tabel Skenario Pengenaan Tarif Impor 20% pada Kurs Rupiah Rp 9.500/US$ Skenario Tarif 20% dan Kurs Rp 9.500,- per US$ Harga dunia (Cif) pada Des '12 (US$/ton) (BPS, 2013) Cif Data 471.87 Nilai Tukar (Rp/US$) ER Diskenariokan 9,500 Harga dunia (Cif) pada Des '12 PCif Cif*ER 4,483 Tingkat Tarif Awal (%) TR0 Diskenariokan 0 Tingkat Tarif Baru (%) TR1 Diskenariokan 20 Tarif awal T0 TR0*PCif/100 0 Tarif baru T1 TR1*PCif/100 897 Perubahan tingkat tarif (%) dt TR1-TR0 20 Harga perdagangan besar pada tarif awal (Kemendag RI, 2012) PWS0 Data 16,507 Harga Produsen pada tarif awal (BKP RI, 2012) PF0 Data 14,800 Jumlah Penawaran Bawang Merah pada tarif awal (ribu ton) Qs0 Data 150 (bisnis.com dalam Kemendag RI, 2012) Jumlah Impor pada tarif awal (ribu ton) (BPS, 2013) Qm0 Data 1.02 Jumlah Permintaan pada tarif awal (ribu ton) Qd0 Qs0+Qm0 151.02 Elastisitas Permintaan (litbang.deptan.go.id, 2012) Ed Data -0.5 Elastisitas Penawaran (litbang.deptan.go.id, 2012) Es Data 1 Elastisitas transmisi harga perdagangan besar ke petani Ep diasumsikan 1 Efek perubahan tarif: Elastisitas transmisi tarif ke harga perdagangan besar Et diasumsikan 1 Efek pada harga perdagangan besar (%) %dpws dt*et 20 Perubahan pada harga perdagangan besar %dpws*pws0/ dpws 100 3301.4 Harga perdagangan besar pada tarif baru PWS1 PWS0+dPWS 19,808 Efek pada harga produsen (%) %dpf %dpws*ep 20 Perubahan pada harga produsen dpf %dpf*pf0/100 2960 Harga produsen pada tarif baru PF1 PF0+dPF 17,760 Efek pada permintaan (%) %dqd %dpws*ed -10.00

16 Perubahan pada jumlah permintaan (ribu ton) dqd %dqd*qd0/100-15.102 Jumlah permintaan pada tarif baru (ribu ton) Qd1 Qd0+dQd 135.92 Efek pada penawaran (%) %dqs %dpf*es 20 Perubahan pada jumlah penawaran (%) dqs %dqs*qs0/100 30 Jumlah penawaran pada tarif baru (ribu ton) Qs1 Qs0+dQs 180 Jumlah impor pada tarif baru (ribu ton) Qm1 Qd1-Qs1-44.08 Efek pada jumlah impor (ribu ton) dqm Qm1-Qm0-45.10 Efek pada surplus konsumen (Juta Rupiah) Efek pada surplus produsen (Juta Rupiah) Efek pada penerimaan pemerintah (Juta Rupiah) Efek bersih kesejahteraan sosial (Juta Rupiah) dcs dps -{(dpws*qd1)+ (dpws*dqd/2)} {dpf*qs0)+ (dpf*dqs/2)} -473,652 488,400 dgr Qm1*(T1-T0) -39,521 dns dcs+dps+dgr -24,772

17 Lampiran 2. Tabel Skenario Pengenaan Tarif Impor 20% pada Kurs Rupiah Rp 10.000/US$ Skenario Tarif 20% dan Kurs Rp 10.000,- per US$ Harga dunia (Cif) pada Des '12 (US$/ton) (BPS, 2013) Cif Data 471.87 Nilai Tukar (Rp/US$) ER Diskenariokan 10,000 Harga dunia (Cif) pada Des '12 PCif Cif*ER 4,719 Tingkat Tarif Awal (%) TR0 Diskenariokan 0 Tingkat Tarif Baru (%) TR1 Diskenariokan 20 Tarif awal T0 TR0*PCif/100 0 Tarif baru T1 TR1*PCif/100 944 Perubahan tingkat tarif (%) dt TR1-TR0 20 Harga perdagangan besar pada tarif awal (Kemendag RI, 2012) PWS0 Data 16,507 Harga Produsen pada tarif awal (BKP RI, 2012) PF0 Data 14,800 Jumlah Penawaran Bawang Merah pada tarif awal (ribu ton) Qs0 Data 150 (bisnis.com dalam Kemendag RI, 2012) Jumlah Impor pada tarif awal (ribu ton) (BPS, 2013) Qm0 Data 1.02 Jumlah Permintaan pada tarif awal (ribu ton) Qd0 Qs0+Qm0 151.02 Elastisitas Permintaan (litbang.deptan.go.id, 2012) Ed Data -0.5 Elastisitas Penawaran (litbang.deptan.go.id, 2012) Es Data 1 Elastisitas transmisi harga perdagangan besar ke petani Ep diasumsikan 1 Efek perubahan tarif: Elastisitas transmisi tarif ke harga perdagangan besar Et diasumsikan 1 Efek pada harga perdagangan besar (%) %dpws dt*et 20 Perubahan pada harga perdagangan besar %dpws*pws0/ dpws 100 3301.4 Harga perdagangan besar pada tarif baru PWS1 PWS0+dPWS 19,808 Efek pada harga produsen (%) %dpf %dpws*ep 20 Perubahan pada harga produsen dpf %dpf*pf0/100 2960 Harga produsen pada tarif baru PF1 PF0+dPF 17,760 Efek pada permintaan (%) %dqd %dpws*ed -10.00

18 Perubahan pada jumlah permintaan (ribu ton) dqd %dqd*qd0/100-15.102 Jumlah permintaan pada tarif baru (ribu ton) Qd1 Qd0+dQd 135.92 Efek pada penawaran (%) %dqs %dpf*es 20 Perubahan pada jumlah penawaran (%) dqs %dqs*qs0/100 30 Jumlah penawaran pada tarif baru (ribu ton) Qs1 Qs0+dQs 180 Jumlah impor pada tarif baru (ribu ton) Qm1 Qd1-Qs1-44.08 Efek pada jumlah impor (ribu ton) dqm Qm1-Qm0-45.10 Efek pada surplus konsumen (Juta Rupiah) Efek pada surplus produsen (Juta Rupiah) Efek pada penerimaan pemerintah (Juta Rupiah) Efek bersih kesejahteraan sosial (Juta Rupiah) dcs dps -{(dpws*qd1)+ (dpws*dqd/2)} {dpf*qs0)+ (dpf*dqs/2)} -473,652 488,400 dgr Qm1*(T1-T0) -41,601 dns dcs+dps+dgr -26,852

19 Lampiran 3. Tabel Skenario Pengenaan Tarif Impor 20% pada Kurs Rupiah Rp 10.500/US$ Skenario Tarif 20% dan Kurs Rp 10.500,- per US$ Harga dunia (Cif) pada Des '12 (US$/ton) (BPS, 2013) Cif Data 471.87 Nilai Tukar (Rp/US$) ER Diskenariokan 10,500 Harga dunia (Cif) pada Des '12 PCif Cif*ER 4,955 Tingkat Tarif Awal (%) TR0 Diskenariokan 0 Tingkat Tarif Baru (%) TR1 Diskenariokan 20 Tarif awal T0 TR0*PCif/100 0 Tarif baru T1 TR1*PCif/100 991 Perubahan tingkat tarif (%) dt TR1-TR0 20 Harga perdagangan besar pada tarif awal (Kemendag RI, 2012) PWS0 Data 16,507 Harga Produsen pada tarif awal (BKP RI, 2012) PF0 Data 14,800 Jumlah Penawaran Bawang Merah pada tarif awal (ribu ton) Qs0 Data 150 (bisnis.com dalam Kemendag RI, 2012) Jumlah Impor pada tarif awal (ribu ton) (BPS, 2013) Qm0 Data 1.02 Jumlah Permintaan pada tarif awal (ribu ton) Qd0 Qs0+Qm0 151.02 Elastisitas Permintaan (litbang.deptan.go.id, 2012) Ed Data -0.5 Elastisitas Penawaran (litbang.deptan.go.id, 2012) Es Data 1 Elastisitas transmisi harga perdagangan besar ke petani Ep diasumsikan 1 Efek perubahan tarif: Elastisitas transmisi tarif ke harga perdagangan besar Et diasumsikan 1 Efek pada harga perdagangan besar (%) %dpws dt*et 20 Perubahan pada harga perdagangan besar %dpws*pws0/ dpws 100 3301.4 Harga perdagangan besar pada tarif baru PWS1 PWS0+dPWS 19,808 Efek pada harga produsen (%) %dpf %dpws*ep 20 Perubahan pada harga produsen dpf %dpf*pf0/100 2960 Harga produsen pada tarif baru PF1 PF0+dPF 17,760

20 Efek pada permintaan (%) %dqd %dpws*ed -10.00 Perubahan pada jumlah permintaan (ribu ton) dqd %dqd*qd0/100-15.102 Jumlah permintaan pada tarif baru (ribu ton) Qd1 Qd0+dQd 135.92 Efek pada penawaran (%) %dqs %dpf*es 20 Perubahan pada jumlah penawaran (%) dqs %dqs*qs0/100 30 Jumlah penawaran pada tarif baru (ribu ton) Qs1 Qs0+dQs 180 Jumlah impor pada tarif baru (ribu ton) Qm1 Qd1-Qs1-44.08 Efek pada jumlah impor (ribu ton) dqm Qm1-Qm0-45.10 Efek pada surplus konsumen (Juta Rupiah) Efek pada surplus produsen (Juta Rupiah) Efek pada penerimaan pemerintah (Juta Rupiah) Efek bersih kesejahteraan sosial (Juta Rupiah) dcs dps -{(dpws*qd1)+ (dpws*dqd/2)} {dpf*qs0)+ (dpf*dqs/2)} -473,652 488,400 dgr Qm1*(T1-T0) -43,681 dns dcs+dps+dgr -28,933