PENGARUH TARIF BEA MASUK, KURS DAN VOLUME IMPOR TERHADAP PENERIMAAN BEA MASUK DI INDONESIA



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhannya sendiri tanpa mengimpor barang dan jasa dari negara lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

Royalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk. Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

EKONOMI INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

Universitas Bina Darma

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

BAB II LANDASAN TEORI. pengenaan pajak pertambahan nilai di Indonesia. Pajak pertambahan nilai (value

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Transkripsi:

TESIS PENGARUH TARIF BEA MASUK, KURS DAN VOLUME IMPOR TERHADAP PENERIMAAN BEA MASUK DI INDONESIA I MADE ARYANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu Untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Telah disadari bahwa untuk merealisasikannya perlu diambil usaha-usaha nyata yang tidak lain adalah pembangunan nasional yang menyangkut semua aspek kehidupan masyarakat. Selanjutnya dirumuskan bahwa pembangunan nasional itu merupakan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan seluruh kehidupan bangsa dan negara hal mana oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat digariskan dalam GBHN untuk dilaksanakan oleh Pemerintah. Dalam rangka melaksanakan tugas pembangunan tersebut, dengan sendirinya pemerintah memerlukan dana yang cukup besar dan meningkat setiap tahunnya sehingga semua sumber dana yang ada harus digerakkan dan sedapat mungkin menggali potensi sumber-sumber dana baru baik dari dalam maupun luar negeri. Kegiatan pembangunan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut harus dilakukan berdasarkan suatu rencana kerja yang lengkap disertai dengan rencana keuangan atau rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan uang yang lebih dikenal dengan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Dalam APBN 1

3 terkandung perkiraan jumlah pengeluaran dan perkiraan jumlah pendapatan untuk menutupi pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada pemerintah. Sejak tahun anggaran 2000, struktur dan format APBN diubah dari bentuk scontro (T-account) menjadi bentuk stafel untuk menyesuaikan dengan standar yang berlaku secara internasional sebagaimana digunakan dalam statistik keuangan pemerintah (Government Financial Statistics) dimana pada point Pendapatan Negara dan Hibah disusun sebagai berikut : I.Penerimaan Dalam Negeri. 1.Penerimaan Perpajakan. a.pajak Dalam Negeri. i.pajak Penghasilan. - Migas. - Non Migas. ii.pajak Pertambahan Nilai. iii.pbb dan BPHTB. iv.cukai. v.pajak lainnya. b.pajak Perdagangan Internasional. i.bea Masuk. ii.pajak Ekspor. 2.Penerimaan Negara Bukan Pajak. II.Hibah. Dari susunan tersebut di atas, nampak bahwa salah satu pos penerimaan dalam negeri yang berasal dari perpajakan khususnya pajak perdagangan

4 internasional adalah Bea Masuk yang pelaksanaan pengumpulannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yaitu berupa penerimaan yang berasal dari pembayaran bea masuk oleh para importir sehubungan dengan kegiatan memasukkan barang-barang ke dalam daerah pabean. Anggaran yang diperkirakan dengan akurat mutlak diperlukan dalam setiap organisasi atau kegiatan, yaitu harus dapat memperkirakan berapa jumlah yang akan diterima dengan mempertimbangkan faktor-faktor terkait yang mempengaruhinya. Anggaran yang over estimate atas pos penerimaan di samping menimbulkan frustasi, juga dapat berakibat pada macetnya penyelenggaraan kegiatan dan untuk level APBN maka dapat mengakibatkan tersendatnya roda pembangunan yang pada gilirannya memperlambat tercapainya tujuan pembangunan nasional. Demikian pula sebaliknya, anggaran yang under estimate atas pos penerimaan dapat mengakibatkan tidak optimalnya penggunaan potensipotensi sumber daya yang berarti pula terjadinya inefisiensi sehingga pencapaian tujuan nasional menjadi lebih lambat. Dengan penetapan anggaran yang tepat diharapkan dapat memberikan motivasi dan gairah tantangan untuk memanfaatkan segenap potensi sumber daya yang tersedia untuk mencapai pemenuhannya serta lebih menjamin lancarnya penyelenggaraan pemerintahan sesuai yang telah dianggarkan. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa penerimaan bea masuk merupakan bagian dari keseluruhan penerimaan negara yang akan dialokasikan untuk membiayai pembangunan. Target penerimaan bea masuk, sebagaimana target mata anggaran lainnya seperti PPh, PPN dan Cukai selalu saja mengalami trend kenaikan secara

5 proporsional terhadap perkembangan jumlah APBN sesuai tuntutan pembangunan nasional. Berdasarkan data target, realisasi, dan persentase tingkat pencapaian bea masuk dapat dilihat dalam Tabel 1.1, sebagai berikut : Tabel 1.1 Target, Realisasi dan Persentase Pencapaian Target BM Indonesia Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2001-2010 Tahun Anggaran Target (Juta Rupiah) Realisasi (Juta Rupiah) Pencapaian Target 2001 10.398.100,00 7.520.117,84 72,32% 2002 11.839.200,00 10.399.133,00 87,84% 2003 11.332.600,00 10.847.262,07 95,72% 2004 11.837.600,00 12.444.003,76 105,12% 2005 14.646.500,00 14.920.655,70 101,87% 2006 13.583.300,00 12.141.649,38 89,39% 2007 14.417.600,00 16.672.469,14 115,64% 2008 15.820.900,00 22.761.308,14 143,87% 2009 16.123.500,00 18.101.227,82 112,27% 2010 15.106.813,00 19.956.186,15 132,10% Sumber : Data Penerimaan Kantor Pusat DJBC, 2011 Dari perkembangan target dan realisasi penerimaan bea masuk tersebut rata-rata realisasi penerimaan bea masuk adalah 105,61 persen yang artinya pencapaian penerimaan bea masuk sesuai harapan dengan target yang ditetapkan, akan tetapi tahun 2001, 2002, 2003 dan 2006 target tidak terpenuhi. Di sisi lain pada bidang hubungan internasional, pada tingkat regional ASEAN telah diupayakan beberapa kerjasama industri dan perdagangan dalam bentuk skema-skema seperti AIP (ASEAN Industrial Project Juni 1978) dan skema AIJV (ASEAN Industrial Join Venture - Oktober 1983) yang pada tahun 1996 keduanya dilebur menjadi skema AICO (ASEAN Industrial Cooperation).

6 Skema yang banyak terkait dengan masalah kepabeanan adalah ASEAN-PTA (ASEAN Preferential Trading Arrangement Februari 1977) dengan bentuk kerja sama saling memberikan keringanan tarif bea masuk hingga 50% atas impor barang-barang tertentu antar masing-masing negara anggota dengan harapan terciptanya peningkatan perdagangan antar negara anggota ASEAN yang berhasil dirumuskan pada Deklarasi Manila pada bulan Desember 1987. Namun demikian, setelah beberapa tahun berjalan tidak juga tampak peningkatan angka statistik yang signifikan, hal ini diperkirakan karena daftar barang yang diberikan keringanan/penurunan bea masuk justru didominasi oleh produk yang tingkat perdagangan regionalnya rendah atau tidak ada sama sekali sehingga terkesan sekedar basa-basi dalam pergaulan regional saja. Salah satu faktor yang ikut menentukan penerimaan bea masuk di Indonesia adalah pengenaan pajak terhadap produk-produk impor. Peranan pajak terhadap perekonomian sangat penting karena berdasarkan pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 bahwa Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Salah satu potensi pajak yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah pajak yang dibebankan kepada barang barang impor yang masuk ke Indonesia. Pengenaan tarif bea masuk bertujuan untuk meningkatkan daya saing industry dalam negeri dan mendorong investasi. Dalam rangka meningkatkan daya saing industri, pemerintah memberikan insentif bea masuk pada tahun 2008 berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP). Kebijakan ini berdasarkan UU No. 16 tahun 2008 tentang APBN-P tahun 2008 Pasal 3 ayat (3) huruf a

7 Penerimaan bea masuk yang ditanggung Pemerintah (DTP) sebagaimana dimaksud diatas tersebut dialokasikan sebagai belanja subsidi pajak dalam jumlah yang sama. Sementara untuk mendorong investasi dilakukan pembebasan atau keringanan bea masuk yang dapat diberikan atas impor: (a) barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal; (b) mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri; (c) barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk jangka waktu tertentu. Sekitar tahun 1990-an, para pejabat tinggi ASEAN meluncurkan gagasan baru, yaitu mewujudkan suatu pasar bersama yang terintegrasi dan bebas hambatan yang dinamakan AFTA (ASEAN Free Trade Area). Resminya skema kesepakatan yang diberi judul The Agreement on Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Scheme for the ASEAN Free Trade Area ini dihasilkan dalam sidang ke-4 ASEAN Summit di Singapura tanggal 28 Januari 1992 dan menyatakan kesepakatan bahwa dengan menggunakan skema CEPT sebagai kesepakatan utama, yaitu program penurunan tarif bea masuk untuk 15 kelompok produk secara bertahap antar negara ASEAN hingga pada tahun 2008 kelak tarif bea masuk antar negara ASEAN menjadi 0 sampai 5 persen saja. Pembatasan kuantitatif dan hambatan non tarif juga dieliminasi hingga tercapainya status free trade area yang sudah mulai sejak tahun 2002.

8 Tabel 1.2 Perkembangan Tarif Bea Masuk Indonesia Tahun 2001-2010 Tahun Tarif Bea Masuk Perkembangan % (%) 2001 2.81-2002 3.89 38.43 2003 4.29 10.07 2004 3.41-20.47 2005 3.04-10.97 2006 2.71-10.60 2007 2.41-11.14 2008 2.12-12.28 2009 2.54 20.10 2010 1.99-21.60 Sumber: Data Penerimaan Kantor Pusat DJBC, 2011 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pengenaan tarif bea masuk cenderung mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa program penurunan tarif bea masuk untuk 15 kelompok produk secara bertahap antar negara ASEAN telah berjalan dengan baik. Dengan menurunnya tarif bea masuk akan mengakibatkan volume impor meningkat. Hal ini akan membawa pengaruh buruk bagi perkembangan industri di Indonesia karena barang-barang hasil dalam negeri akan kalah saing dengan produk impor yang harganya jauh lebih murah. Di sisi lain, sebagaimana diketahui bahwa kondisi perekonomian nasional sejak tahun 1997 yang lalu telah menurunkan kepercayaan semua pihak terhadap perekonomian dari tingkat pelaku ekonomi internasional hingga masyarakat di seluruh Indonesia. Nilai tukar mata uang Rupiah melemah secara drastis, industri perbankan merosot tajam dengan dilikuidasinya beberapa bank bermasalah dan transaksi perdagangan internasional macet yang salah satunya

9 disebabkan karena pelaku ekonomi di luar negeri tidak mempercayai L/C (Letter of Credit) yang diterbitkan oleh perbankan dan pelaku ekonomi di Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula stabil dan dinamis ditetapkan menjadi mengambang mengikuti harga pasar uang internasional sehingga setiap saat nilai tukar rupiah selalu berubah-ubah sampai saat ini. Dalam kaitannya dengan proses penetapan APBN, tentu saja hal ini turut mempersulit proses perencanaan penganggaran baik penerimaan maupun pengeluaran belanja negara yang selalu menggunakan asumsi patokan nilai mata uang Rupiah yang diperkirakan berlaku untuk satu tahun anggaran, padahal jangankan dalam kurun waktu satu tahun, dalam kurun waktu satu minggu saja sudah bisa terjadi perubahan nilai mata uang yang sangat tajam. Tabel 1.3 Perkembangan Nilai Kurs Dolar Tahun 2001-2010 Di Indonesia Tahun Nilai Kurs Perkembangan Rp/$ (%) 2001 10,400-2002 8,940-14.04 2003 8,465-5.31 2004 9,290 9.75 2005 9,830 5.81 2006 9,020-8.24 2007 9,419 4.42 2008 10,950 16.25 2009 9,400-14.16 2010 9,078-3.42 Sumber : Data Penerimaan Kantor Pusat DJBC, 2011 Dalam data yang dikutip dari Bank Indonesia diambil nilai rata-rata kurs / nilai tukar mata uang Rupiah terhadap US $ per tahunnya dimana seperi kita ketahui bersama bahwa nilai tukar mata uang bersifat dinamis bisa berubah sewaktu-waktu

10 setiap harinya sehingga untuk mempermudah diambil angka rata-rata per tahunnya saja. Kurs Rupiah terhadap US $ dalam kurun waktu 2001 2010 relatif stabil karena apresiasi maupun depresiasi mata uang Rupiah tidak terlalu jauh berbeda. Hanya pada tahun 2001 dan 2008 yang mencapai angka Rp. 10.000,- per 1 US $. Hal ini memberikan peluang bagi segala bidang sektor perekonomian termasuk impor dimana jika nilai kurs meningkat maka nilai impor barang akan memiliki kecenderungan menurun dan biaya produksi barang dalam negeri akan menyesuaikan, sehingga penerimaan bea masuk akan menurun. Mulai 1 Januari 2010 Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-negara ASEAN dan Cina. Pembukaan pasar ini merupakan perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei Darussalam) dengan Cina, yang disebut dengan ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA). Produk-produk impor dari ASEAN dan China akan lebih mudah masuk ke Indonesia dan lebih murah karena adanya pengurangan tarif dan penghapusan tarif, serta tarif akan menjadi nol persen dalam jangka waktu tiga tahun (Dewitari,dkk 2009). Sebaliknya, Indonesia juga memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki pasar dalam negri negara-negara ASEAN dan Cina. Beberapa kalangan menerima pemberlakuan ACFTA sebagai kesempatan, tetapi di sisi lain ada juga yang menolaknya karena dipandang sebagai ancaman. Dalam ACFTA, kesempatan atau ancaman (Jiwayana, 2010) ditunjukkan bahwa bagi kalangan penerima, ACFTA dipandang positif karena bisa memberikan banyak keuntungan bagi Indonesia. Pertama, Indonesia akan memiliki pemasukan

11 tambahan dari PPN produk-produk baru yang masuk ke Indonesia. Tambahan pemasukan itu seiring dengan makin banyaknya obyek pajak dalam bentuk jenis dan jumlah produk yang masuk ke Indonesia. Beragamnya produk China yang masuk ke Indonesia dinilai berpotensi besar mendatangkan pendapatan pajak bagi pemerintah. Kedua, persaingan usaha yang muncul akibat ACFTA diharapkan memicu persaingan harga yang kompetitif sehingga pada akhirnya akan menguntungkan konsumen (penduduk/pedagang Indonesia). Bila kalangan penerima memandang ACFTA sebagai kesempatan, kalangan yang menolak memandang ACFTA sebagai ancaman dengan berbagai alasan. ACFTA, di antaranya, berpotensi membangkrutkan banyak perusahaan dalam negeri. Bangkrutnya perusahaan dalam negeri merupakan imbas dari membanjirnya produk China yang ditakutkan dan memang sudah terbukti memiliki harga lebih murah. Secara perlahan ketika kelangsungan industri mengalami kebangkrutan maka pekerja lokal pun akan terancam pemutusan hubungan kerja (PHK). Tekanan dari kalangan pengusaha industri agar pelaksanaan ACFTA ditunda menandakan besarnya pengaruh negatif terhadap industri di Indonesia. Sementara itu pemerintah tetap menjalankan kesepakatan dengan tetap mengkaji dan mengevaluasi berbagai hal untuk dapat tetap meningkatkan daya saing Indonesia antara lain terkait dengan prasarana, biaya ekonomi tinggi, biaya transportasi, dan sektor makro lainnya. (Nova dan Kirana, 2010). Karena sekalipun pemerintah menunda pelaksanaan ACFTA untuk waktu tertentu bagi produkproduk tertentu, pada akhirnya perlindungan tersebut juga harus dihilangkan

12 sesuai kesepakatan. Jika pemerintah melanggar kesepakatan dan melindungi industri dalam negeri, konsumen dirugikan karena harus membayar produk dengan harga lebih mahal dan perekonomian menjadi tak berkembang. Tabel 1.4 Perkembangan Volume Impor Indonesia Tahun 2001-2010 Tahun Volume Impor Perkembangan (Ton) (%) 2001 51,510,364.88-2002 39,156,039.46-23.98 2003 28,392,253.53-27.49 2004 50,643,547.05 78.37 2005 113,860,097.54 124.83 2006 117,010,502.32 2.77 2007 120,822,391.60 3.26 2008 133,923,275.52 10.84 2009 125,724,693.80-6.12 2010 146,122,786.15 16.22 Sumber: Data Penerimaan Kantor Pusat DJBC, 2011 Berdasarkan Tabel 1.4 terlihat bahwa volume impor dari tahun 2001 sampai 2003 mengalami penurunan. Namun dari tahun 2003 sampai dengan 2010 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan volume impor barang ke Indonesia di tahun 2010 disebabkan sebagai akibat dari penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA). Berdasarkan uraian tersebut di atas, untuk usulan penelitian ini penulis memilih judul Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pencapaian Target Penerimaan Bea Masuk Pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di Jakarta.

13 1.2 Rumusan Masalah Pencapaian target penerimaan pada sektor bea masuk yang merupakan salah satu mata penerimaan dalam APBN mempunyai andil dalam keberhasilan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di samping sebagai salah satu tolok ukur terpenting dalam pengukuran kinerja (benchmarking) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam kapasitasnya sebagai pengumpul keuangan negara. Realisasi penerimaan bea masuk diperkirakan berhubungan dengan tarif bea masuk, nilai kurs rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat dan volume impor. Berangkat dari hal tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.Apakah tarif bea masuk, nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan volume impor berpengaruh secara simultan terhadap realisasi penerimaan bea masuk periode 2001 sampai dengan 2010? 2.Bagaimanakah pengaruh tarif bea masuk, nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan volume impor secara parsial terhadap realisasi penerimaan bea masuk periode 2001 sampai dengan 2010? 3.Bagaimanakah tren penerimaan bea masuk untuk tahun 2011 dan 2012?

14 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tarif bea masuk, nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan volume impor secara simultan terhadap realisasi penerimaan bea masuk periode 2001 sampai dengan 2010. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tarif bea masuk, nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan volume impor secara parsial terhadap realisasi penerimaan bea masuk periode 2001 sampai dengan 2010. 3. Untuk mengetahui tren penerimaan bea masuk untuk tahun 2011 dan 2012. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Penulis, untuk menambah pengetahuan tentang penelitian ilmiah yang dibahas dalam bentuk laporan yang terstruktur secara sistematis dan menambah wawasan mengenai beberapa hal berkaitan dengan pencapaian target penerimaan bea masuk. 2. Pemerintah Republik Indonesia dan pihak terkait, untuk menjadi masukan dan sumbangan pemikiran sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menetapkan Rancangan Undang-Undang, APBN dan kebijakan. 3. Peneliti lain, untuk menjadi sumber informasi dan referensi bagi penelitian mengenai penerimaan bea masuk.

15 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Negara Menurut kaidah tata bahasa Indonesia kata keuangan negara merupakan bentuk kata majemuk yang berasal dari gabungan dua buah kata tunggal yang memiliki arti sendiri-sendiri, yaitu kata keuangan dan negara. Kata keuangan sendiri berasal dari kata dasar uang dan mendapat imbuhan ke- dan -an. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata uang memiliki arti : Alat penukar; standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah yang dikeluarkan oleh suatu pemerintah negara berupa kertas, emas, perak, dan logam lainnya yang dicetak dalam bentuk dan gambar tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997). Sementara dalam teori moneter kata uang selalu dikaitkan dengan bank. Dimana menurut Abdurrachman (2002) dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan perdagangan menjelaskan bahwa, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain. Definisi bank menurut UU No. 14/1967 Pasal 1 tentang Pokok-Pokok Perbankan adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, dan pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yaitu : bank adalah badan usaha 15

16 yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan kata keuangan memiliki arti : seluk beluk uang; segala urusan uang, atau keadaan uang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997). Kata negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti : Suatu kesatuan sosial yang menempati suatu wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi dalam lembaga politik dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat, sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya; organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997). Sehingga dengan demikian keuangan negara merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan keadaan uang dari suatu negara. Keuangan negara sering disebut public finance. Istilah public atau publik sering membingungkan dan bukanlah merupakan istilah yang pas. Dalam literatur keuangan negara (public finance), istilah publik biasa diartikan pemerintah (government). Dalam arti luas sebenarnya istilah publik tidak hanya menggambarkan kegiatan pemerintah saja, namun menggambarkan pula utility (yang menangani kebutuhan atau hajat hidup orang banyak) seperti perusahaanperusahaan kereta api, telepon, listrik, air minum dan lain sebagainya. Di luar negeri perusahaan utility tidak selalu dimiliki pemerintah dan juga kegiatan perhimpunan amal (charitable associations). Menurut Arsjad (1992) keuangan negara adalah sebagai government finance (keuangan pemerintah), yakni menggambarkan segala kegiatan

17 (pemerintah) di dalam mencari sumber-sumber dana (source of fund) untuk mencapai tujuan-tujuan (pemerintah tertentu). Jadi, keuangan negara mencerminkan kegiatan-kegiatan pemerintah, sedangkan kegiatan pemerintah itu sendiri berada dalam sektor publik (public sector), bukan berada dalam sektor swasta (private sector). Kegiatan-kegiatan yang berada di sektor swasta dilakukan oleh individu-individu dan perusahaanperusahaan swasta. Kegiatan-kegiatan pemerintah di sektor publik menurut sifatnya juga berbeda dari kegiatan-kegiatan di sektor swasta. Kegiatan pemerintah di sektor publik banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang serba politis. Pemerintah harus memperhatikan preferensi para pemilih (voters) yang memilih orang-orang yang akan duduk di pemerintahan. Dengan demikian, negara-negara demokrasi seperti Indonesia, harus memperhatikan hak-hak individu rakyatnya. Kegiatan-kegiatan di sektor swasta banyak dipengaruhi oleh mekanisme pasar di mana pasar merupakan organisasi berlangsungnya keputusan-keputusan swasta. Kelemahan (mekanisme) pasar sebagai dasar keputusan kegiatan swasta adalah tidak memperhatikan hak-hak individu. Mereka yang berhak menikmati barang-barang dan jasa-jasa yang dijual di pasar adalah mereka yang memiliki sejumlah uang (rupiah) yang cukup. Antara kegiatan di sektor publik dan di sektor swasta terdapat suatu interaksi, bukanlah terpisah dan tertutup. Selanjutnya menurut Arsjad (1992) yang menjadi kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah di sektor publik adalah meliputi kegiatan-kegiatan (i) transaksi-transaksi melalui anggaran (budgetary transaction) meliputi transaksi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, (ii) kegiatan-kegiatan perusahaan negara

18 (public enterprises) milik pusat dan daerah, dan (iii) peraturan-peraturan pemerintah (public regulation) yang dibuat pemerintah pusat dan daerah untuk mempengaruhi kehidupan ekonomi, sosial dan politik masyarakat dalam suatu negara. Untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah di sektor publik maka pemerintah harus menyiapkan anggaran pendapatan dan belanja negara. Pengeluaran negara merupakan sisi pertama dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan sisi lainnya yaitu perpajakan. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), Pasal 23 ayat (1) menyatakan bahwa: Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang- Undang. Apabila DPR tidak menyetujui anggaran yang diusulkan Pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu. Apabila kita teliti dengan seksama, maka ayat ini secara implisit mengartikan keuangan negara sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang mengandung unsur periodik dalam penetapannya yakni setahun sekali. Penetapan APBN mutlak terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari DPR. Sifat mutlak ini dapat disimpulkan dari bunyi kalimat kedua pasal 23 ayat (1) UUD 1945 dimana Pemerintah tidak mungkin melaksanakan APBN tanpa persetujuan DPR. Oleh karena itu khusus persetujuan RUU APBN oleh DPR, mempunyai makna tersendiri, yakni bukan hanya sekedar consent, akan tetapi mempunyai hak dan kewajiban dimana sanksi dapat diberlakukan yaitu Pemerintah berkewajiban menjalankan anggaran tahun yang lalu, bilamana anggaran yang diusulkan oleh

19 Pemerintah ditolak oleh DPR. Pengertian anggaran tahun lalu adalah anggaran yang telah mendapatkan persetujuan DPR. Dengan demikian bila kita berbicara mengenai keuangan negara maka kita tidak akan lepas dari hal-hal yang berkaitan dengan sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Salah satu sumber penerimaan negara adalah berasal dari pajak baik berupa pajak langsung maupun tidak langsung. 2.2 Pengertian Bea Masuk sebagai Penerimaan Pajak Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara dibutuhkan sumber-sumber penerimaan negara yang berupa uang. Untuk mendapatkan uang selain dengan mencetak sendiri atau meminjam, dalam zaman modern ini banyak cara yang dapat ditempuh oleh Pemerintah, yaitu melalui pajak baik yang berupa pajak langsung maupun pajak tidak langsung, retribusi, sumbangan, dan penghasilan negara lainnya seperti hasilhasil perusahaan negara dan daerah, hasil barang-barang milik pemerintah atau yang dikuasai pemerintah, denda-denda dari perampasan untuk kepentingan umum, hak waris atas harta peninggalan terlantar, hibah, wasiat, dan lain-lain. Salah satu penerimaan pajak yang dalam pelaksanaannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah bea masuk. Sebelum membahas secara rinci tentang bea masuk, maka akan terlebih dahulu diulas mengenai pajak secara umum.

20 2.2.1 Pajak Sebagai Penerimaan Negara Banyak sekali definisi pajak yang diungkapkan oleh para ahli, khususnya ahli di bidang keuangan negara (public finance), ekonomi, maupun hukum. Diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Adriani bahwa definisi pajak adalah sebagai berikut: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi secara kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara menjalankan pemerintahan. Menurut Guritno, pengertian pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogratif pemerintah, pungutan tersebut didasarkan pada Undang Undang, pungutannya dapat dipaksakan kepada subyek pajak untuk mana tidak ada balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya. Pajak bagi suatu negara pada prinsipnya mempunyai peran ganda, yaitu fungsi fiskal (budgetair) dan fungsi mengatur (regurelend). Dari kedua fungsi tersebut, kadang-kadang fungsi budgetair lebih menonjol dari pada fungsi regurelend; misalnya pada pemungutan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Namun demikian fungsi regulerend kadang-kadang sangat diutamakan seperti dalam pemungutan bea masuk dan cukai. Penekanan mana yang diutamakan tergantung pada karakter dari pajak itu, kondisi perekonomian negara, dan luasnya keterkaitan pajak tersebut

21 dengan hal-hal lain. Dalam hal ini pemerintah mengadakan prioritas-prioritas sesuai dengan tujuan jangka pendek, jangka panjang dan sasaran mikro dan makro. 2.2.2 Bea Masuk Pengertian bea masuk berdasarkan Ensiklopedia Indonesia, diartikan sebagai pajak yang dipungut atas barang-barang impor. Sedangkan pengertian bea masuk berdasarkan Pasal 1 UU No. 17/2006 perubahan dari UU No. 10/1995 adalah Pungutan negara berdasarkan undang-undang ini yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. Dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa pengertian impor secara yuridis, yaitu pada saat barang memasuki daerah pabean dan menetapkan saat barang tersebut wajib bea masuk. Jadi bea masuk merupakan pajak yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas barang-barang yang memasuki daerah pabean. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.02/2001 mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh menteri dan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu fungsi utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sebagai pengumpul penerimaan yang merupakan pendapatan negara untuk membiayai pembangunan nasional. Peranan fungsi ini berubah sesuai dengan perubahan situasi perkonomian dan sosial negara. Pada saat ini dimana Indonesia dalam keadaan krisis di segala bidang khususnya di bidang ekonomi,fungsi ini menjadi salah satu prioritas yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

22 Penerimaan yang dikumpulkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berupa bea masuk yang merupakan pajak atas perdagangan internasional dan cukai yang merupakan pajak spesifik terhadap barang-barang tertentu. 2.3 Prosedur Kepabeanan di Bidang Impor Barang-barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean Indonesia (diimpor), wajib memenuhi ketentuan pabean dan menjadi subjek bagi pemeriksaan pabean (penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik). Kompleksitas sistem dan prosedur pemenuhan kewajiban pabean termasuk pelaksanaan pemeriksaan pabean, dimasa lalu, telah menyebabkan terhambatnya kelancaran arus barang dan menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Sejalan dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 perubahan dari Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, sistem dan prosedur pemenuhan kewajiban pabean tersebut telah disempurnakan dan disederhanakan sehingga dapat mengatasi terhambatnya kelancaran arus barang dan menurunnya biaya dalam proses pengeluaran barang impor. Diantara karakteristik yang menonjol dalam sistem dan prosedur yang secara efektif diberlakukan sejak tanggal 1 April 1997 dan terakhir disempurnakan dengan KEP-07/BC/2003 adalah sebagai berikut : a. Penerapan konsep self assessment yang memberikan kepercayaan penuh pada imporir untuk memberitahukan barang impor melalui dokumen Pemberitahuan Impor Barang dan menghitung serta membayar sendiri bea masuk dan pajak-pajak dalam rangka impor;