BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Otonomi daerah dipandang perlu dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik dalam dan luar negeri, serta tantangan pesaing global. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan kemanfaatan sumber daya nasional, serta perkembangan keuangan pusat dan daerah. Itu semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Jaenal Gufron, 2009). Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundanga-undangan. Sistem otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2007, menuntut daerah-daerah mencari berbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran dan belanja daerah (Siahaan, 2010). Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan pajak dan retribusi daerah yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlaku sejak Januari 2010 (Waluyo, 2011). Pelaksanaan otonomi daerah yang dititik beratkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan 1
2 yang paling penting adalah sumber pembiayan yang dikenal dengan istilah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dimana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah (Riduansyah, 2006). Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarsebesarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengelolaannya pajak dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah, Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintahan Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota (www.pajak.go.id). Pajak progresif merupakan persentase tarif yang pengenaannya akan semakin besar atau meningkat sesuai dengan objek yang semakin banyak. Pajak progresif diterapkan bagi kendaraan pribadi baik roda dua dan roda empat dengan nama pemilik dan alamat tempat tinggal yang sama. Jika nama pemilik dan alamatnya berbeda, maka tidak dikenakan pajak progresif. Pajak progresif ini tidak berlaku untuk kendaraan dinas pemerintahan dan kendaraan angkutan umum (Oyok Abuyamin, 2010). Penerapan tarif progresif kendaraan bermotor bertujuan untuk mengurangi angka kemacetan yang disebabkan oleh padatnya kendaraan bermotor milik pribadi. Jika mengacu pada pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kepemilikan kendaraan bermotor didasarkan atas nama dan alamat yang sama. Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerapkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor secara progresif, dengan diberlakukannya tarif progresif setiap wajib pajak yang memiliki jumlah kendaraan lebih dari satu dengan nama dan alamat yang sama, untuk pajak kendaraan bermotor yang kedua dan seterusnya dikenakan pajak yang lebih tinggi dari pajak kendaraan bermotor yang pertama
3 dan ini hanya berlaku untuk motor ke motor atau mobil ke mobil. Tarif pajak progresif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) diatur dalam pasal 7. Kendaraan bermotor adalah kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, ternasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan yang dioperasikan di air. Dan kendaraan bermotor angkutan umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk barang dan atau orang dengan dipungut bayaran. Kedua kendaraan tersebut merupakan objek pajak progresif (Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor : 75 tahun 2010). Pajak kendaraaan bermotor merupakan salah satu pajak daerah Provinsi yang paling dominan dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Pajak kendaraan bermotor (PKB) yang sekarang dilaksanakan, didasarkan pada UU No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah. Hasil penerimaan pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan. UU No.28 Tahun 2009 tersebut memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada daerah untuk menetapkan tarif pajak daerah sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing, karena UU ini menerapkan tarif minimum dan tarif maksimum. Hal yang baru yang diatur dalam UU ini adalah penerapan pajak progresif untuk kendaraan bermotor, yang nantinya diatur oleh Peraturan Daerah. Berikut merupakan perkembangan target dan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan (CPDP) Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun Anggaran 2009-2014.
4 PERKEMBANGAN PENERIMAAN PKB CPDP WILAYAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 2014 Jenis Penerimaan : Pajak Kendaraan Bermotor No Tahun Target Realisasi % Keterangan 1. 2009 54.000.000.000 56.885.074.150 105,34 Sebelum Progresif 2. 2010 59.360.319.300 68.006.836.275 114,57 Sebelum Progresif 3. 2011 69.060.934.998 83.700.088.950 121,20 Sesudah Progresif 4. 2012 97.818.110.000 114.377.823.025 116.93 Sesudah Progresif 5. 2013 118.083.565.000 137.082.785.725 116.09 Sesudah Progresif 6. 2014 146.390.636.000 159.875.508.000 109.21 Sesudah Progresif Sumber : Cabang Pelayanan Pendapatan Provinsi Wil. Kab. Bandung Barat Dilihat dari tabel di atas meskipun target Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2009 sampai tahun 2014 semakin meningkat namun terdapat kendala yang menghambat upaya peningkatan pendapatan daerah yaitu setelah tarif pajak progresif diberlakukan ternyata persentase pajak kendaraan bermotor mulai tahun 2012 hingga 2014 mengalami penurunan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian di Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXIII (Padalarang) dengan judul Tinjauan atas Implementasi Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Pada Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXIII (Padalarang) 1.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat untuk dibahas pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Peranan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor pada Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXIII (Padalarang)?
5 2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXIII (Padalarang) terhadap kendala-kendala dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor? 1.2 Maksud dan Tujuan Laporan Tugas Akhir Maksud dari Laporan Tugas Akhir ini dilaksanakan yaitu untuk memperoleh data guna penyusunan Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Diploma III Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi pada Universitas Widyatama. Sedangkan tujuan dari Laporan Tugas Akhir yang dilakukan oleh penulis adalah: 1. Untuk mengetahui peranan Pajak Progresif Kendaraan Bermotor pada Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXIII (Padalarang). 2.Untuk mengetahui upaya-upaya yang di lakukan Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXIII (Padalarang) terhadap kendala-kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak kendaraan bermotor. 1.3 Kegunaan Laporan Tugas Akhir Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan Laporan Tugas Akhir yang diharapkan untuk berbagai pihak antara lain : 1. Bagi Penulis Diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih mendalam tentang peranan pajak progresif kendaraan bermotor dan prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor. 2. Bagi Instansi Terkait Diharapkan peneliti dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi instansi dalam upaya meningkatkan kualitas prosedur pelayanan pajak kendaraan bermotor. 3. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan referensi dan informasi tambahan bagi peneliti yang akan melanjutkan topik atau penelitian selanjutnya.
6 1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik Lokasi yang digunakan oleh penulis di dalam penelitian Laporan Tugas Akhir ini pada Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah XXIII (Padalarang), yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme NO. 203 B Padalarang, sedangkan waktu kerja praktik dilakukan pada 1 Maret 2015 sampai dengan waktu yang ditentukan.