HUBUNGAN ANTARA KEPADATAN HUNIAN, VENTILASI, DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI DESA BENTENAN KECAMATAN PUSOMAEN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marfin G. F. Sahensolar*, Grace D. Kandou*, Ardiansa A. T. Tucunan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Desa Bentenan yaitu 246 kepala keluarga. Sampel yang diambil 71 responden dengan menggunakan rumus slovin. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 85,9% responden mengalami penyakit ISPA. Berdasarkan uji statistik diperoleh kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA p =0,001 (p < 0,05), ventilasi dengan kejadian ISPA p = 0,050 (p < 0,05), dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA p = 0,004 (p<0,05). Ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ISPA, ada hubungan antara luas ventilasi kamar dengan kejadian ISPA, ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA di Desa Kabupaten Minahasa Tenggara. Petugas kesehatan melakukan penyuluhan yang intensif tentang penyakit ISPA dan melakukan sosialisasi tentang bahaya merokok, serta adanya program dalam pengendalian penyakit ISPA. Masyarakat memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat, dan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan serta kondisi fisik rumah seperti kepadatan hunian dan ventilasi. Kata Kunci : Kepadatan Hunian Kamar, Luas ventilasi Rumah, Kebiasaan Merokok, Ispa ABSTRACT Ispa is a desease of a breathing respiratory up or under, and it is usuly infect, wich can cause various spectrum deseases without symtom or a minor infection to a very serious and deadly disease, depend on the environmental factor and the cause of patogen. This research is using analytic survey research with cross sectional design. The population of this research is all the household in Bentenan which is 246 household. The sample takaen is 71 respondent that using slovin formula. The sample technipue is using the technique of sampling quota. The result shows that 85,9% respondent experienced ISPA. Based on the statistic test, the dense of dwelling population with ISPA is p=0,001 (p<0,05), ventilation with ISPA p=0,050 (p<0,050), and smoking habit with ISPA p= 0,004 (p<0,05). There is a relationship between a dense of dwelling population with ISPA, There is a relationship between broad of ventilation with ISPA, and there is a relationship between smoking habit with ISPA in Bentenan Village, district Pusomaen Southeast Minahasa Regency.The health official of ISPA disease and socialize the danger of smoking, as well as a program in the restraint of ISPA. The society have to concern more on the environmental cleanliness and ventilation physical condition. Key Word : dense of dwelling, population, smoke habit, ISPA.
PENDAHULUAN Infeksi saluran pernapasan akut adalah salah satu penyakit pernapasan yang terberat dan banyak menimbulkan akibat dan kematian (Saydam, 2011). Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anakanak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah (Kemenkes RI, 2011). Lima Provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Selanjutnya prevalensi ISPA di Sulawesi Utara sebanyak 24,7% dan prevalensi ISPA yang paling rendah terdapat pada provinsi Riau dan Provinsi Jambi sebanyak 17,1%, (Riskesadas, 2013). Laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara kasus ISPA tahun 2014 menunjukkan bahwa Kota Kotamobagu menempati posisi teratas dengan jumlah 15367 kasus, di Sangihe dengan jumlah kasus 9984 kasus, di kota Manado 4500 kasus, di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah 3153 kasus, di Kabupaten Minahasa Tenggara dengan jumlah 1532 kasus, di Kabupaten Minahasa Utara dengan jumlah 376 kasus. Hasil data dari Dinas Kesehatan Minahasa Tenggara penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada tahun 2014 berjumlah 4982 kasus, dan pada tahun 2015 dari bulan Januari Agustus berjumlah 5511 kasus. Tahun 2014 penyakit ISPA yang tertinggi terdapat di Puskesmas Pusomaen 1.583 kasus, dan pada tahun 2015 penyakit ISPA yang tertinggi di Puskesmas Molompar 1211 kasus. Berdasarkan data Puskesmas Pusomaen penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang tertinggi. Pada tahun 2014 angka kejadian ISPA yang tertinggi sebanyak 1.583 kasus, dan pada tahun 2015 data dari bulan Januari sampai Agustus penyakit ISPA sebanyak 1128 kasus, (Puskesmas Pusomaen 2014-2015). Berdasarkan observasi sebagian kondisi rumah penduduk Desa Bentenan masih kurang memenuhi persyaratan kesehatan, dilihat dari ventilasi rumah yang kurang sehingga mengakibatkan sirkulasi udara tidak baik atau buruk, Kepadatan hunian melebihi kapasitas rumah dengan luas kamar tidur dan dipakai lebih dari 2 orang.
Dari uraian diatas maka peneliti mengangkat judul tentang Hubungan antara kepadatan hunian, ventilasi dan kebiasaan merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Desa Kabupaten Minahasa Tenggara METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan desain pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bentenan Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang ada di Desa Bentenan yaitu 246 Kepala Keluarga (KK), untuk menghitung besar sampel menggunkan rumus Slovin sehingga jumlah sampel yang di dapat 71 responden. Teknik pengambilan sampel menggunkan teknik quota sampling. Variabel yang diteliti adalah kepadatan hunian, ventilasi dan kebiasaan merokok. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan rollmeter untuk mengukur luas lantai, dan ventilasi, kepadatan hunian kamar pembagian antara luas kamar dengan jumlah anggota keluarga, yaitu jika perbandingan 9m 2, ventilasi atau lubang angin tempat keluar masuknya udara di dalam rumah Masyarakat yang memenuhi syarat jika luas lantai 5% dari luas lantai, kebiasaan merokok jika Ada seorang anggota keluarga atau lebih yang menghisap rokok di dalam rumah. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yaitu kepadatan hunian, ventilasi dan kebiasaan merokok. Analisis bivariat mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu kepadatan hunian, kebiasaan merokok dan ventilasi dengan kejadian ISPA dengan menggunakan uji chi square. Dalam penelitian ini menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakeristik Responden Penelitian dilaksankan di Desa Kabupaten Minahasa Tenggara. Jumlah responden yang diambil yaitu 71 responden. Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jenis kelamin lakilaki 39 responden (54,9%), selanjutnya jenis kelamin perempuan 32 responden (45,1%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita penyakit ISPA di Desa berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan kelompok umur, responden paling banyak pada kelompok umur 46 tahun yaitu (50,7%). Berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir responden yang paling dominan yaitu responden yang memiliki pendidikan terakhir SD yaitu 39 responden (54,9%), pendidikan terakhir SMP 21 (21,9%), pendidikan terakhir SMA 9 (12,7%), dan pendidikan terakhir perguruan tinggi 2 (2,8%). Berdasarkan pekerjaan responden yang dominan adalah petani sebanyak 32 responden (45,1%). Kepadatan Hunian Keputusan Menteri permukiman dan prasarana wilayah republik Indonesia no. 403/KPTS/M/2002 bahwa kebutuhan ruang kamar per orang adalah 9 m 2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang untuk tidur dalam satu ruangan. menurut hasil pengamatan peneliti di Desa Bentenan tentang kepadatan hunian kamar, ditemukan rumah yang memiliki kepadatan hunian kamar yang padat sebanyak 54 responden (76,1%), dan kepadatan hunian kamar yang tidak padat sebanyak 17 responden (23,9%). Selanjutnya Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri permukiman dan prasaran wilayah, maka Desa Bentenan kepadatan hunian kamar sangat tinggi. Disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat akan syarat rumah sehat, dan juga kurangnya sosialisasi dari pemerintah akan penyakit ispa, serta adanya beberapa keluarga yang tinggal di dalam satu rumah. Keputusan Menteri permukiman dan prasarana wilayah republik Indonesia no 403/KPTS/M/2002 bahwa kebutuhan ruang kamar per orang adalah 9 m 2, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang untuk tidur dalam satu ruangan. menurut hasil pengamatan peneliti di Desa Bentenan tentang kepadatan hunian kamar, ditemukan rumah yang memiliki kepadatan hunian kamar yang padat sebanyak 54 responden (76,1%), dan kepadatan hunian kamar yang tidak padat sebanyak 17 responden (23,9%). Selanjutnya Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri permukiman dan prasaran wilayah, maka Desa Bentenan kepadatan hunian kamar sangat tinggi. Disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat akan syarat rumah sehat, dan juga kurangnya sosialisasi dari pemerintah akan penyakit ispa, serta adanya beberapa keluarga yang tinggal di dalam satu rumah. Ventilasi Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia (Kepmen kimpraswil No 403/KPTS/M/2002) luas lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai. Penelitian yang dilaksanakan di Desa Bentenan tentang ventilasi ditemukan beberapa rumah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 68 responden (95,8%) dan
yang memenuhi syarat sebanyak 3 responden (4,2%). Penghawaan atau ventilasi yang kurang atau tidak lancar akan membuat ruangan pengap atau sumpek akan menimbulkan kelembaban udara semakin tinggi dalam ruangan. Di desa Bentenan memiliki cuaca yang panas karena berada di wilayah pesisir pantai. Lingkungan yang panas juga dapat menderita ispa, karena itu diperlukan dalam pembuatan ventilasi itu sangat penting bagi pembangunan rumah dan harus sesuai dengan syarat kesehatan perumahan. Kebiasaan Merokok Penelitian yang dilakukan di desa Bentenan tentang kebiasaan merokok ditemukan 62 anggota keluarga (87,3%) yang merokok dan yang tidak merokok 9 anggota keluarga (12,7%). Merokok sama dengan memasukkan racun-racun ke dalam rongga mulut dan juga paru-paru, ini dapat mengganggu kesehatan. Banyak penyakit telah terbukti akibat mengkonsumsi rokok baik secara langsung maupun tidak langsung (Proverawati dan Rahmawati, 2012). Kebiasaan merokok dapat merugikan bukan hanya si perokok, tetapi juga bagi orang yang disekitarnya. Pada waktu penelitian dilakukan wawancara pada setiap responden tentang kebiasaan merokok anggota keluarga, sebagian besar ada yang merokok di dalam maupun di luar rumah dan berdekatan dengan anggota keluarga yang lainnya. Padahal rokok sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena memiliki zat kimia beracun yang dapat menimbulkan kanker dan gangguan pernapasan (Proverawati dan Rahmawati). Analisis Bivariat Hubungan Antara Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA Di Desa Bentenan Kejadian ISPA
Kepadatan Ya Tidak Total % p OR (95% Hunian Kamar n % n % CI) Padat 51 71,8 3 4,2 54 76,1 11,90 Tidak Padat 10 14,1 7 9,9 17 23,9 0,001 (2,62-54,02) Total 61 85,9 10 14,1 71 100 responden. Keadaan kepadatan hunian kamar di Desa Bentenan Kecamatan Hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara menunjukkan bahwa responden yang Kabupaten Minahasa Tenggara mengenai mempunyai ruangan tidur sebagian besar kepadatan hunian menunjukkan bahwa menempati tempat tidur dengan kapasitas jumlah responden yang memiliki > 2 per 9m 2. Hasil uji statistik yang kepadatan hunian yang padat dan diperoleh kepadatan hunian dengan menderita ispa sebanyak 51 responden, kejadian ispa p = 0,001 lebih kecil dari sedangkan yang memiliki kepadatan nilai α 0,05 dan berpeluang 11,9 kali hunian yang padat tetapi tidak menderita menderita ispa. Hal ini sejalan dengan ispa sebanyak 3 responden. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Evi Naria responden yang memiliki kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan hunian yang tidak padat dan menderita Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2008 ispa sebanyak 10 responden, sedangkan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang memiliki hunian yang tidak padat dan antara kepadatan hunian kamar dengan tidak menderita ispa sebanyak 7 penyakit ispa dengan nilai p = 0,000. Hubungan Antara Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Di Desa Bentenan Ventilasi Kejadian ISPA Ya Tidak n % n % Total % p OR (95 % CI) Tidak Memenuhi Syarat 60 84,5 8 11,3 68 95,8 15,00 Memenuhi Syarat 1 1,4 2 2,8 3 4,2 0,050 (1,21-184,8)
Total 61 85,9 10 14,1 71 100 Hasil penelitian yang dilakukan di Desa ISPA 2 responden. Dapat dilihat bahwa di Desa Bentenan sebagian besar memiliki Kabupaten Minahasa Tenggara mengenai keadaan ventilasi yang buruk, penghawaan ventilasi menunjukkan bahwa jumlah udara atau ventilasi yang tidak memenuhi responden yang memiliki ventilasi yang tidak memenuhi syarat dan menderita ispa syarat < 5% dari luas lantai. Hasil analisis dengan menggunakan uji fisher diperoleh sebanyak 60 responden, sedangkan nilai sebesar p = 0,050 (p > 0,050). Hal ini ventilasi yang tidak memenuhi syarat dan pula didukung oleh penelitian dari Vita tidak menderita ISPA sebanyak 8 Ayu Oktaviani di Desa Cepogo Kecamatan responden. Selanjutnya ventilasi yang memenuhi syarat dan menderita ISPA 1 Cepogo Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi responden, sedangkan ventilasi yang dengan kejadian ispa diperoleh nilai p = memenuhi syarat dan tidak menderita 0,046. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Di Desa Bentenan Kebiasaan Kejadian ISPA Merokok Anggota Ya Tidak Total % p OR (95% CI) Keluarga n % n % Merokok 52 73,2 4 5,6 56 78,9 8,66 Tidak Merokok 9 12,7 6 8,5 15 21,1 0,004 (2,03-36,93) Total 61 85,9 10 14,1 71 100 Hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Kabupaten Minahasa Tenggara mengenai kebiasaan merokok menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki kebiasaan merokok dan menderita ISPA sebanyak 52 responden, sedangkan yang memiliki kebiasaan merokok tetapi tidak menderita ISPA sebanyak 4 responden. Sementara yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan menderita ISPA 9 responden, sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak menderita ISPA 6 resonden. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Bentenan kebiasaan merokok para anggota
keluarga tidak baik, mereka mengkonsumsi rokok berdekatan dengan anggota keluarga lainnya baik merokok di dalam rumah maupun diluar rumah. Hal ini menunjukkan bahaya ganda rokok yang tidak saja untuk perokok itu snediri tetapi juga bagi orang lain, ini dapat mencemari udara bagi orang yang tidak merokok disekitarnya karena mudah menderita penyakit gangguan pernapasan. Hasil analisis menggunakan uji fisher exact diperoleh nilai p sebesar 0,004 (p < 0,05). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evi Naria di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2008 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan ispa dengan nilai p = 0,012. Kesimpulan 1. Ada hubungan antara kepadatan hunian kamar dengan kejadian ispa di Desa Kabupaten Minahasa Tenggara 2. Ada hubungan antara ventilasi kamar dengan kejadian ispa di Desa Bentenan Kecamatan Pusomaen Kabupaten Minahasa Tenggara 3. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ispa di Desa Kabupaten Minahasa Tenggara. Saran 1. Petugas kesehatan melakukan penyuluhan yang intensif bagi masyarakat di Desa Bentenan tentang penyakit ISPA dan cara perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Diharapkan masyarakat dapat memperhatikan pola hidup bersih dan sehat, menjaga lingkungan sekitar dengan tidak merokok berdekatan dengan anggota keluarga lainnya agar tidak mencemari udara. 3. Lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan kondisi rumah seperti kepadatan hunian kamar dan ventilasi kamar karena mempunyai hubungan dengan terjadinya penyakit ISPA DAFTAR PUSTAKA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Puskesmas Pusomaen. 2014. 10 Penyakit Terbanyak Pada Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan. Minahasa Tenggara Puskesmas Pusomaen. 2015. 10 Penyakit Terbanyak Pada Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan. Minahasa Tenggara
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan Indonesia Riset Kesehatan Dasar 2013 Pusat dan Data Kesehatan dan Informasi Profil Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Maryani, D, R. 2012. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Kelurahan Bandaharjo Kota Semarang. Semarang : Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahraagan Universitas Semarang Naria E, Chahaya I, Asmawati. 2015. Hubungan Kondisi Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Jurnal Kesehatan Lingkungan. Tahun 2008. Volume XII, Nomor 1, Juni 2008, hal 1-7 Oktaviani V, A. 2009. Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Surakarta : Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Bandung : CV Karya Putra Darwati