BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda

BAB 1 PENDAHULUAN. ini pemerintah DKI Jakarta mencoba mengeluarkan salah satu solusi yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT MIX ASPAL UNTUK LAPISAN PERMUKAAN AC-WC DENGAN STANDAR KEPADATAN MUTLAK

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE ( AC WC ) GRADASI KASAR DENGAN ACUAN SPESIFIKASI UMUM BINA MARGA 2010

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

ANALISIS DAMPAK RENDAMAN AIR TAWAR TERHADAP DURABILITAS DAN PROPERTIES MARSHALL PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC)

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan sarana transportasi, salah satunya adalah jalan. Jalan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

ANALISIS KORELASI ANTARA MARSHALL STABILITY DAN ITS (Indirect Tensile Strength) PADA CAMPURAN PANAS BETON ASPAL. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

METODOLOGI PENELITIAN

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH SERBUK BESI TERHADAP CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS AC-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan konstruksi jalan yang diakibatkan oleh genangan air di badan jalan dapat berupa pelepasan butiran (ravelling) menyebabkan kinerja jalan menjadi menurun dan umur jalan menjadi lebih singkat. Buruknya sistem drainase perkotaan yang menjadi penyebab masalah genangan dan limpasan air di badan jalan. Saat musim penghujan tiba, belasan hingga puluhan kilometer jalan-jalan yang ada di berbagai kabupaten kota di Indonesia terendam oleh air akibat banjir khususnya pada daerah dengan curah hujan tinggi. Genangan air menyebabkan lapisan tanah dasar pada konstruksi jalan menjadi jenuh. Genangan air yang disebabkan oleh banjir di atas lapisan perkerasan, mengakibatkan lapisan tersebut menjadi aus dan rusak. Genangan ini memberikan kesempatan pada air untuk berinfiltrasi kedalam lapisan perkerasan dan membuat lapisan aspal menjadi getas akibat tereduksi oleh air. Aspal yang telah getas ini menyebabkan ikatan terhadap agregat menjadi lemah dan berkurang, sehingga agregat dapat terlepas dari ikatan aspal dan menjadi mudah berlubang dan berkurang kekuatannya serta keawetannya (Sukirman, 2003) Lapisan AC-BC (Asphalt Concrete-Binder Course) merupakan lapis antara yang menahan beban maksimum pada lapis permukaan akibat lalu lintas sehingga diperlukan suatu campuran dengan kekuatan stabilitas minimum 800 kg (Bina Marga, 2010). Campuran AC-BC menggunakan tipe gradasi menerus (continuous graded) sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang tinggi yaitu 200 kg/mm berdasarkan nilai Marshall Quotient. Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas. Jenis lapisan bawah, tipe lalu lintas,dan temperatur yang tinggi membuat lapisan ini rentan terhadap kerusakan. Kerusakan umum yang dialami campuran AC-BC adalah retak dan/atau pelepasan butir, dvari hasil penelitian disimpulkan bahwa campuran ini memerlukan perbaikan dalam kelenturan dan keawetan (Puslitbang Prasarana Transportasi, 2002). 1

2 Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), kerusakan jalan disebabkan oleh empat hal utama, yaitu material penyusun, beban lalu lintas, iklim, dan air. Air menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan pada struktur perkerasan karena secara kimiawi senyawa air dan aspal tidak dapat saling berikatan, sehingga dapat mempengaruhi adhesi antara agregat dan aspal sebagai material binder atau pengikat pada konstruksi perkerasan jalan lentur. Air mempercepat terjadi oksidasi antara agregat dan aspal, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan dini pada lapisan permukaan jalan. Secara keseluruhan kondisi jalan rusak di Indonesia mencapai 3.800 kilometer atau 10% jika dibandingkan dengan total panjang jalan nasional yang mencapai 38.500 kilometer dengan pertumbuhan jalan 0,6% per tahun. Hampir setiap wilayah di Indonesia, tidak terlepas dari persoalan jalan rusak. Tingkat kerusakan jalan terparah ada di Indonesia Timur. Sekitar 17,72 % dari total panjang jalan di wilayah tersebut dinyatakan rusak. Tidak heran jika penduduk di Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo merasa kurang diperhatikan pemerintah. Indikatornya sangat sederhana, kondisi jalan yang tidak layak. Pemerintah mengklaim kondisi jalan yang rusak ringan 0,8% dari keseluruhan jalan nasional. Sedangkan kondisi jalan yang masuk kategori rusak berat sebesar 9,2% dari panjang jalan nasional keseluruhan 38.500 kilometer. Pemandangan dan kondisi serupa juga terjadi di wilayah I sepanjang Aceh hingga Lampung. Sekitar 11,84% dari total panjang jalan di wilayah ini, dinyatakan rusak. Sedangkan wilayah II yang meliputi Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara, tingkat kerusakannya mencapai 7,97 % dari total panjang jalan yang ada di daerah tersebut. Kerusakan jalan tidak hanya dinikmati warga di wilayah-wilayah tersebut. Warga di ibukota dan sekitarnya juga harus menerima kondisi jalan yang tidak sesuai harapan. Dari total panjang jalan nasional di Jabodetabek yang mencapai 420 kilometer, 15 kilometer dinyatakan dalam kondisi rusak. (Zulkarnaen, 2012).

3 Gambar I.1 Contoh Kerusakan Jalan Pantura Jawa Tengah, Indonesia (2016). (Sumber: semarangpedia.com) Berdasarkan permasalahan tersebut, maka mengkaji ulang akan pentingnya nilai durabilitas dan karakteristik Marshall suatu perkerasan jalan menjadi menarik guna mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi nilai durabilitas dan properties Marshall. Untuk mengatahui lebih rinci bagaimana pengaruh air tawar (hujan) terhadap kinerja lapis permukaan jalan maka dilakukan penelitian ini pada jenis lapis ikat aspal beton (AC-BC). B. Rumusan Masalah Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh lama rendaman terhadap ketahanan atau durabilitas pada campuran beton aspal AC-BC? 2. Bagaimana pengaruh lama rendaman terhadap properties Marshall pada campuran beton aspal AC-BC? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari peneltian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dampak rendaman terhadap ketahanan atau durabilitas pada campuran aspal beton AC-BC. 2. Mengetahui dampak rendaman terhadap properties Marshall pada campuran beton aspal AC-BC.

4 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari peneltian ini adalah: 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam perencanaan sistem drainase jalan, terutama masalah lama genangan air yang dapat ditolerir suatu perkerasan jalan baik dari sisi ketahanan maupun kinerja teknisnya. 2. Dapat menjadi acuan dalam dunia teknik khususnya bahan perkerasan untuk mencari solusi pengaruh rendaman air terhadap ketahanan dan kriteria Marshall pada perkerasan jalan lentur. E. Batasan Masalah Agar tidak terjadi perluasan masalah dalam pembahasan Tugas Akhir ini, maka peneltian ini dibatasi pada masalah berikut: 1. Penelitian ini dilakukan pada skala laboratorium. Laboratorium yang digunakan pada peneltian ini adalah Labaratotium Bahan Perkerasan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Spesifikasi yang digunakan adalah material Asphalt Concrete Binder Course (AC BC) berdasar panduan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3. 3. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 produksi PT. Pertamina, Cilacap, Jawa Barat. 4. Variasi kadar aspal yang dipakai untuk menentukan KAO (Kadar Aspal Optimum) yaitu 4 %; 4,5 %; 5 %; 5,5 %; 6 %; 6,5 % dan 7 % terhadap berat total agregat. 5. Gradasi agregat menggunakan gradasi kasar pada spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi 3. 6. Jumlah benda uji yang dibuat untuk menentukan KAO (Kadar Aspal Optimum) sebanyak 14 sampel dengan 7 variasi kadar aspal masing masing 2 sampel. 7. Variasi lama atau durasi rendaman yang dilakukan adalah 30 menit, 1 x 24 jam, 2 x 24 jam, 4 x 24 jam, 7 x 24 jam. 8. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 15 sampel, 3 sampel untuk masingmasing durasi perendaman.

5 9. Alat pemadat yang digunakan untuk menentukan KAO (Kadar Aspal Optimum) maupun untuk pembuatan mix design adalah Marshall Hammer dengan 2 x 75 tumbukan pada suhu pemadatan ± 140 C. 10. Agregat yang digunakan bersumber dari quarry Boyolali 11. Pada penelitian ini air hujan digunakan sebagai zat cair yang diasumsikan sebagai air tawar untuk perendaman. 12. Penelitian ini tidak memperhitungkan sifat kimiawi dari air hujan yang digunakan untuk perendaman. 13. Tinjauan terhadap durabilitas campuran setelah perendaman terbatas pada pengamatan terhadap Marshall Test. F. Keaslian Penelitian Penelitian mengambil judul Analisis Dampak Rendaman Air Tawar terhadap Durabilitas dan Properties Marshall pada Campuran Asphalt Concrete Binder Course (AC-BC). Beberapa penelitian tentang pengaruh rendaman air terhadap perkerasan jalan yang pernah dilakukan sebelumnya: 1. Setiawan (2014), dengan judul Pengaruh Penuaan dan Lama Perendaman terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC) 2. Fadil (2014), dengan judul Perbandingan Lama Rendaman Campuran AC-WC dengan Memakai Air Laut dan Air Tawar terhadap Karakteristik Marshall 3. Wahyudi (2015), dengan judul Pengaruh Lama Perendaman terhadap Kinerja Durabilitas Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) Penelitian ini berbeda dengan penelitian telah yang ada sebelumnya baik dari material, tipe campuran aspal yang dipilih variasi rendaman yang digunakan, tinjauan durabilitas pada penetilitian ini juga masih baru, sehingga peneltian ini asli dan baru. G. Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya Adapun persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel I.1 berikut ini:

6 Tabel I.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya. Uraian Penelitian Penulis Wahyudi (2015) Fadil (2014) Setiawan (2014) Judul Analisis Dampak Rendaman Air Tawar Terhadap Durabilitas Dan Properties Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete Binder Pengaruh Lama Perendaman Terhadap Kinerja Durabilitas Campuran Asphalt Concrete- Wearing Course (AC-WC) Perbandingan Lama Rendaman Campuran Aspal AC-WC Dengan Memakai Air Laut Dan Air Tawar Teradap Karakteristik Marshall Pengaruh Penuaan dan Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC WC) Course (AC-BC) Tujuan Mengetahui dampak Mengetahui pengaruh Mengetahui pengaruh yang Analisis tingkat keawetan rendaman terhadap perendeman perkerasan ditinjau terjadi terhadap karakteristik campuran AC WC akibat perubahan nilai indeks Durabilitas dan Properties Marshall pada campuran dari Durabilitas Campuran aspal AC-WC melalui marshall test yang di rendam oleh dua jenis zat cair yaitu air laut dan air pengaruh penuaan dan lama perendaman dilihat dari nilai Indeks Kekuatan Sisa dan aspal beton AC-BC tawar dengan menggunakan nilai Indeks Durabilitas. aspal penetrasi 60/70. Bahan AC BC bergradasi kasar AC WC bergradasi halus AC WC bergradasi halus AC WC bergradasi kasar

7 Lanjutan Tabel I.1. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Variasi Variasi kadar aspal yaitu 4,5 Variasi kadar aspal yaitu 4,5 Variasi Kadar Aspal 5%, Variasi kadar aspal yaitu 4,5 pengujian %; 5 %; 5,5 %; 6 %; 6,5 % ; %; 5 %; 5,5 %; 6 %; 6,5 %; 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7% %; 5 %; 5,5 %; 6 %; 6,5 % ; benda uji 7% 7% 7% Temperatur perendaman 25 0 C Variasi lama rendaman Variasi suhu rendaman yang Variasi temperatur Variasi perendaman yaitu 1 x Marshall yang dilakukan adalah dilakukan adalah rendaman air pengovenan yaitu 135 C 24 jam, 2 x 48 jam, 4 x 24 jam, 0, 1, 3, 7, 14, 17 dan 20 hari. dan 7 x 24 jam laut dan air hujan pada suhu 60 0 C sebelum dipadatkan selama 4 jam dan 85 C setelah dipadatkan selama 48 jam Variasi perendaman yaitu 0,5 jam, 24 jam, dan 48 jam Metode pengujian Marshall Test Marshall Test Marshall Test Marshall Test