I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional. Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perkebunan, dan peternakan. Sektor tanaman pangan terdiri dari dua kelompok besar yaitu padi dan palawija. Salah satu tanaman palawija yang dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah tanaman jagung. Jagung mempunyai berbagai manfaat baik untuk pangan, pakan maupun bahan baku industri. Mengingat banyaknya manfaat dari tanaman jagung, maka diperlukan upaya-upaya strategis untuk mengembangkan usahatani jagung tersebut agar produksinya terus meningkat di masa depan. Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan saling terkait dengan industri besar. Selain dikonsumsi sebagai sayuran, buah jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Terlebih lagi setelah banyak beredar benih jagung hibrida yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan benih jagung lokal. Keunggulan tersebut antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak (Muhaimin dan Novi, 2011). Berdasarkan data Statistik Pertanian tahun 2013, produksi jagung di Indonesia mencapai 18.510.435 ton. Nilai produksi tersebut lebih kecil dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 yang mencapai 19.387.022 ton. Dengan demikian, produksi jagung mengalami penurunan sebesar 876.587 ton atau turun sebesar 4,52%. Penurunan produksi jagung ini disebabkan berkurangnya luas panen nasional sebesar 100.236 hektar dari tahun sebelumnya. Diekspektasikan produksi jagung akan meningkat menjadi 20.087.445 ton pada tahun 2014. Produksi jagung nasional masih belum mampu memenuhi kebutuhan, akibatnya pemerintah harus melakukan impor. Berdasarkan data Statistik Ekspor Impor Komoditas Pertanian tahun 2014, pada periode tahun 2010-2013 lalu impor jagung mencapai 3,09 miliar US$ dengan volume 10,24 juta ton. Data statistik tersebut menggambarkan bahwa potensi dalam budidaya tanaman jagung cukup
menjanjikan. Masih rendahnya produksi jagung nasional dapat dijadikan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh petani untuk mengisi kekurangan kebutuhan jagung tersebut. Untuk itu maka perlu dilakukan usaha yang lebih ekstra agar produksi jagung yang ada bisa lebih ditingkatkan, baik dengan cara memperluas areal penanaman maupun dengan peningkatan produktifitas dan strategi pengembangan lainnnya. Kecamatan Sentolo merupakan salah satu sentra produksi jagung di Kabupaten Kulonprogo. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2013, terdapat 5.836 rumah tangga petani jagung di Kecamatan Sentolo atau sebanyak 21% dari seluruh rumah tangga petani jagung di Kabupaten Kulonprogo. Berdasarkan hasil penelitian Fafurida (2009), jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif di Kecamatan Sentolo yang berpotensial untuk terus dikembangkan. Pengembangan usahatani jagung perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi demi memenuhi kebutuhan jagung yang terus meningkat baik untuk pangan, pakan dan bahan baku industri. Keberadaan usahatani jagung di Kecamatan Sentolo diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat di daerah tersebut mengingat banyaknya rumah tangga yang membudidayakan jagung. Apabila produksi jagung tinggi maka pendapatan usahatani jagung akan tinggi pula. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan usahatani jagung. Selain itu, perlu juga diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada untuk merumuskan strategi pengembangan usahatani jagung agar produksinya meningkat sehingga kebutuhan jagung dapat terpenuhi dan pendapatan usahatani yang diterima petani juga meningkat. 2. Perumusan Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Kulon Progo. Peranan sektor pertanian tersebut antara lain adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pangan, sandang, dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk
dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah maupun nasional. Sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Kabupaten Kulonprogo. Kontribusi sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Kulonprogo 2013 mencapai 23,48%. Sektor pertanian terdiri atas 6 sub sektor, yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Tanaman pangan meliputi komoditas padi dan palawija. Salah satu palawija yang menjadi komoditas unggulan Kabupaten Kulonprogo adalah jagung. Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2013, produksi jagung mencapai 274.560 kwintal. Berikut ini data luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Kulonprogo tahun 2009-2013. Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2009-2013 Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha) 2009 5.136 331.690 64,11 2010 4.986 278.910 55,94 2011 5.011 300.240 59,92 2012 5.112 312.330 61,10 2013 4.919 274.560 55,82 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulonprogo, 2013 Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupeten Kulonprogo bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Produktivitas di tahun 2013 sebesar 55,82 kw/ha, jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Besar kecilnya produksi jagung dipengaruhi oleh fungsi produksi yang menyusun kegiatan usaha budidaya jagung. Jumlah produksi usahatani jagung menyebabkan petani akan mendapatkan penerimaan dari kegiatan usahataninya. Penerimaan yang dikurangi dengan biaya akan menghasilkan pendapatan usahatani. Biaya yang dipengaruhi harga mengambarkan bagaimana penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani. Faktor produksi terdiri dari faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen. Setiap petani memiliki kombinasi penggunaan faktor produksi yang berbeda yang akan mempengaruhi jumlah produksi dan pendapatan usahataninya. Kedepannya pemerintah Republik Indonesia menargetkan peningkatan produksi jagung nasional dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan bahan baku industri. Kebutuhan jagung untuk pangan, pakan maupun bahan baku
industri diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, populasi ternak dan industri. Oleh karena itu, pemerintah telah menyusun target produksi jagung tahun 2014-2019 seperti berikut: Tabel 1.2. Target Produksi Jagung Nasional Tahun 2014-2019 Tahun Produksi (Ton) 2014 20.087.445 2015 20.549.456 2016 21.022.094 2017 21.505.602 2018 22.000.231 2019 22.506.236 Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2014 Dalam rangka mencapai target produksi tersebut, maka diperlukan strategistrategi pengembangan usahatani jagung yang tepat untuk diterapkan pada daerahdaerah penghasil jagung di Indonesia. Di dalam proses perumusan strategi pengembangan perlu diperhatikan faktor-faktor yang berada di lingkungan usahatani jagung baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor lingkungan tersebut perlu dipertimbangkan karena memiliki pengaruh pada keberlangsungan usahatani jagung. Kecamatan Sentolo merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Kulonprogo. Petani jagung di Kecamatan Sentolo sudah berpengalaman dan memiliki kemampuan mengelola usahatani jagung yang cukup baik. Petani menggunakan benih yang berkualitas yang merupakan salah satu modal utama penentu keberhasilan produksi jagung. Namun demikian, petani jagung juga menghadapi kendala seperti lahan yang sempit dan terbatasnya akses pemasaran. Sebagian besar petani jagung di Kecamatan Sentolo menjual hasil panennya kepada pengepul atau tengkulak dengan harga jual yang tergolong rendah. Potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan dengan adanya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran bahan pakan ternak. Adanya industri pakan ternak dapat dijadikan target pasar bagi petani untuk memasarkan hasil panennya. Potensi tersebut tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Selain peluang, terdapat pula ancaman yang dapat mengganggu usahatani jagung milik petani seperti perubahan iklim dan
serangan hama penyakit. Perubahan iklim yang sering terjadi saat ini dapat mempengaruhi perubahan pada jadwal tanam, ketersediaan air dan serangan hama penyakit. Peluang dan ancaman tersebut perlu juga diperhitungkan untuk merumuskan strategi pengembangan usahatani jagung. Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Apakah luas lahan, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk NPK, penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida, curahan tenaga kerja, pendidikan, pengalaman dan kemampuan manajerial petani mempengaruhi produksi jagung? b. Apakah luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk NPK, harga pestisida, upah tenaga kerja, pendidikan, pengalaman dan kemampuan manajerial petani mempengaruhi pendapatan usahatani jagung? c. Bagaimanakah strategi pengembangan usahatani jagung di masa depan? 3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini antara lain: a. Mengetahui pengaruh luas lahan, penggunaan benih, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk NPK, penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida, curahan tenaga kerja, pendidikan, pengalaman dan kemampuan manajerial petani terhadap produksi jagung. b. Mengetahui pengaruh luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk NPK, harga pupuk organik, harga pestisida, upah tenaga kerja, pendidikan, pengalaman dan kemampuan manajerial petani terhadap pendapatan usahatani jagung. c. Memformulasikan strategi pengembangan usahatani jagung di masa depan. 4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan berguna: a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk meningkatkan ilmu mengenai sosial ekonomi pertanian khususnya mengenai analisis produksi, pendapatan usahatani, serta strategi pengembangan usahatani dan juga
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. b. Bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan atau pengambilan keputusan kebijakan yang berkaitan dengan usahatani jagung. c. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi yang bermanfaat terkait produksi, pendapatan usahatani, strategi pengembangan usahatani jagung serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.