BAB 1 PENDAHULUAN. merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya di seluruh wilayah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dari leher rahim seorang wanita (Kemenkes, 2010). Setiap tahun terdeteksi lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

Upaya Mencegah Kanker Leher Rahim Melalui Deteksi Dini dengan Pemeriksaan Inspekulo Visual Asam Asetat (IVA) B. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yaitu serviks atau leher

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang memberi beban kesehatan masyarakat karena keberadaannya tersebar di

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung risiko dan berdampak negatif bagi dirinya seperti terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. paling sering terjadi pada kisaran umur antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara ialah sejumlah sel di dalam payudara dan berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan penyakit akibat tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi kualitatif..., An Nur Fatimah, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN. serviks. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servix-uterus suatu daerah pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Virus. akan tumbuh menjadi kanker (Depkes, 2008).

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya di seluruh wilayah Indonesia. Perilaku masyarakat dengan perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadi penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam program kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2010a). Berdasarkan hasil survei kesehatan yang dilakukan WHO dilaporkan kejadian Kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di Dunia. Kejadian kanker serviks di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus kanker serviks baru setiap harinya. Kejadian Kanker serviks di Bali dilaporkan telah menyerang sebesar 553.000 wanita usia subur pada tahun 2010 atau 43 per 100.000 penduduk (WHO, 2010). Di Indonesia lebih dari 70 % kasus kanker serviks ditemukan saat sudah stadium lanjut. Dilihat dari usia penderita, penyakit kanker serviks rata-rata dialami perempuan pada rentang 40 sampai 50 tahun. Dengan perhitungan masa inkubasi 7-10 tahun, berarti penderita mulai terjangkit Human Papilloma Virus (HPV),

penyebab kanker serviks, pada usia produktif, yaitu sekitar 30 sampai 40 tahun. Sekitar 40 tipe HPV dari 100 tipe yang teridentifikasi, potensi penularan terjadi melalui hubungan seksual yang menyasar alat kelamin. Tapi dari 40 tipe tersebut, terdapat 15 tipe yang menyebabkan kanker serviks. Kanker sistem reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur, rahim dan alat kelamin perempuan. kanker serviks merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh wanita di Negara berkembang dan menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Di Indonesia, angka kejadian kanker serviks diperkirakan sekitar 50 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Hingga saat ini kanker serviks masih merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Tingginya angka kematian ini adalah karena penyakit ini tidak mempunyai ciri yang khas. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila dilakukan program skrining atau deteksi dini namun hal ini belum dilakukan khususnya di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahunnya dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang. Kanker serviks terbanyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia Kanker serviks menempati urutan pertama (Depkes RI, 2007). Menurut Rasjidi (2007), kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada tahun 2005. Kurang lebih 80% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Tanpa

penatalaksanaan yang adekuat, diperkirakan kematian akibat kanker serviks akan menjadi meningkat 25% dalam sepuluh tahun mendatang. Di negara maju/industri kanker serviks menempati urutan ke 10 dari semua jenis kanker, atau kalau menurut kejadian kanker ginekologi (kanker pada alat reproduksi wanita), kanker serviks menduduki urutan ke-5. Secara global kanker serviks merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan prevalensi tumor/kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk, artinya dari setiap 1000 orang Indonesia sekitar 4 orang di antaranya menderita kanker. Prevalensi tumor/kanker tertinggi tercatat di Provinsi DIY, yaitu 9,6 per 1000 penduduk, terendah di Provinsi Maluku, yaitu 0,015 per 100.000 penduduk. Prevalensi tumor/kanker umumnya lebih tinggi pada perempuan, sebesar 5,7 per 1000 penduduk dibandingkan dengan pada laki-laki, sebesar 0.029 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2010b). Sehubungan dalam Riskesdas tidak ada data khusus tentang kanker serviks, maka prevalensi kanker serviks mengacu data ada Profil Kesehatan (2011), namun data dalam profil merupakan jumlah pasien keluar rawat inap dengan diagnosis kanker serviks, sehingga belum menunjukkan jumlah kasus kanker serviks yang terjadi di masyarakat, yaitu sebanyak 5.786 kasus (11,78%) dari seluruh pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia. Menurut WHO (2007), di Indonesia terdapat 80,57 juta orang wanita yang berusia >15 tahun yang berisiko menderita kanker serviks. Diperkirakan setiap tahun 15.050 orang wanita didiagnosa menderita kanker serviks dan sebanyak 7.566 orang

diantaranya meninggal. Kanker serviks merupakan penyakit terbanyak urutan kedua pada wanita usia 15-44 tahun. Di Provinsi Sumatera Utara jumlah penderita kanker serviks pada tahun 2010 sebanyak 681 kasus, dengan prevalensi 0,063 per 100.000 penduduk. Angka tersebut lebih tinggi dari angka prevalensi secara nasional (0,043 per 100.000 penduduk), hal tersebut menunjukkan penyakit kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2011). Angka prevalensi kanker serviks di Kota Medan diperkirakan 0,028 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011), jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk. Sebagai gambaran dilihat dari jumlah pasien yang menjalani perawatan di Rumah Sakit dr Pirngadi Medan tahun 2010 menunjukkan bahwa kanker serviks menempati urutan teratas dari seluruh kanker pada wanita yaitu sebanyak 98 kasus. Sebagai data pembanding dapat dilihat dari data dari laboratorium USU tahun 2010 terdapat 21 kasus, dari jumlah tersebut 17 kasus sudah berada pada tingkat displasia atau sel-sel ganas. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor : 144/HK-010/B5/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, pada Pasal 16 disebutkan bahwa deteksi dini kanker alat reproduksi dilaksanakan melalui Pap smear. Salah satu upaya untuk penanggulangan kanker serviks yang sedang dikembangkan adalah Program Puskesmas Peduli Kanker serviks

Program ini merupakan kerjasama antara Inisiatif Pencegahan Kanker serviks Indonesia (IPKASI), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Female Cancer Program (FCP), YKI DKI, dan Glaxo Smith Kline (GSK) dan mendapat dukungan dari Sub Direktorat Kanker pada Direktorat Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dilakukan dalam periode waktu penilaian 1 Juli 2011-31 Januari 2012. Program ini diikuti oleh seluruh puskesmas tingkat kecamatan di Provinsi DKI Jakarta. Tiap Puskesmas melaporkan kegiatan pencegahan Kanker serviks yang sudah dilakukan di wilayahnya dan hasil yang didapat dari pelaksanaan program tersebut. program puskesmas peduli kanker serviks belum dilaksanakan di Kota Medan. Penelitian Darnindro dkk (2007) di Klender Jakarta menemukan bahwa dari 107 responden hanya 33,7% yang pernah melakukan Pap smear. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia responden terhadap perilaku responden, dan antara pengetahuan dengan sikap responden tentang Pap smear. Pengetahuan sikap perilaku perempuan yang sudah menikah tentang Pap smear masih rendah. Menurut Hacker dan Moore (2010) di Asia pada tahun 2010 angka kejadian (OR) kanker leher rahim ditemukan 510 per 100.000 wanita, dengan Case Fatality Rate (CFR) 39,8 %. Di Indonesia Pap smear belum menjadi suatu kebutuhan hal ini menyebabkan rendahnya partisipasi wanita dalam program Pap smear. Data Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tahun 2009 telah dilakukan 2.580 uji Pap smear dan 2.537 pada tahun 2010 dari data tersebut menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah wanita yang melakukan Pap smear (Sjamsudin, 2010).

Di Provinsi DKI Jakarta dilakukan program lomba untuk memilih Puskesmas yang aktif melakukan pencegahan kanker serviks. Puskesmas sebagai unit layanan fungsional dan teknis pelayanan kesehatan terdepan di wilayah kecamatan/kelurahan diharapkan dapat menjadi langkah awal pencegahan kanker serviks di kelompok masyarakat terkecil (Andrijono, 2011). Program puskesmas peduli kanker serviks ditujukan untuk mencapai 80% cakupan skrining kanker serviks. Dari 1,7 juta perempuan di Jakarta yang berisiko, ditargetkan tahun 2017 ada 1,4 juta yang telah mendapat skrining. Parameter penilaian program ini antara lain tingkat perkembangan dari program pencegahan primer yaitu kegiatan edukasi bagi masyarakat. Program Pap smear untuk deteksi Kanker serviks pada Wanita Usia Subur (WUS) yang dilaksanakan di Puskesmas Kota Medan juga belum mampu meningkatkan cakupan pelayanan. Laporan pelaksanaan kegiatan Pap smear di Dinas Kesehatan Kota Medan menunjukkan persentase WUS yang melakukan pemeriksaan hanya sekitar 43,7% dari seluruh puskesmas yang tersedia pelayanan Pap smear. Cakupan pelayanan Pap smear di Puskesmas Petisah merupakan salah satu yang rendah karena dibawah angka cakupan di Kota Medan yaitu 32,4% (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011). Menurut Sjamsudin (2010) tindakan Pap smear seorang ibu dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor internal (pengetahuan dan sikap ibu tentang pemeriksaan Pap smear) serta dari faktor eksternal (petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan serta sarana dan prasarana yang digunakan). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan (2011), jumlah tenaga kesehatan yang telah

mendapat pelatihan Pap smear adalah : dokter 54 orang, bidan 53 orang dan perawat 20 orang serta didukung oleh kader kesehatan sebanyak 20 orang. Seluruh tenaga kesehatan yang telah dilatih Pap smear menyebar pada 39 puskesmas di Kota Medan serta dalam pelaksanaan program ini sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang sesuai. Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa sarana atau fasilitas dan petugas yang melakukan pemeriksaan Pap smear di Puskesmas Kota Medan sudah cukup memadai, namun faktanya kunjungan pasien yang melakukan pemeriksaan Pap smear di puskesmas masih rendah, diduga faktor di luar sarana atau fasilitas dan petugas sebagai penyebab jumlah ibu rumah tangga yang melakukan pemeriksaan Pap smear yang rendah. Untuk mendapatkan faktor penyebab terjadinya kesenjangan di atas, maka dilakukan telaah dari faktor pengguna pelayanan (ibu rumah tangga) melalui survei pendahuluan dengan mewawancarai 10 ibu rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Petisah tentang pemeriksaan Pap smear. Hasil wawancara ditemukan 8 orang (80%) ibu rumah tangga yang mengetahui ada deteksi kanker serviks di puskesmas namun belum pernah melaksanakannya. Dengan demikian program deteksi kanker serviks melalui pemeriksaan Pap smear sudah tersosialisasi dengan baik, hal tersebut ditunjukkan fakta bahwa mayoritas (80%) ibu rumah tangga mengetahui ada pemeriksaan Pap smear di puskesmas, namun pengetahuan tentang manfaat Pap smear ternyata belum menunjukkan aspek mengenal, memahami dan kurang mampu menganalisis serta menghubungkan antara kondisinya sebagai WUS dengan

deteksi dini kanker serviks, dimana keseluruhan aspek tersebut terkait dengan makna atau pengertian pengetahuan sebagaimana disebutkan oleh Notoatmodjo (2003). Dugaan lainnya yang ditemukan pada survei pendahuluan bahwa 80% belum menunjukkan respons menerima konsep deteksi dini kanker serviks. Kondisi pada diri ibu rumah tangga yang kurang menerima atau merespons tentang kanker serviks maka diasumsikan sikapnya terhadap deteksi dini kanker serviks kemungkinan tidak baik atau cenderung bersifat menolak atau tidak bersedia melakukannya. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, maka dugaan sementara perlu dibuktikan melalui pengujian hipotesis pada penelitian ini bahwa ibu rumah tangga tidak melakukan pemeriksaan Pap smear di puskesmas kemungkinan (diasumsikan) akibat belum mengetahui tentang pengertian kanker serviks, penyebab, serta cara penanggulangannya. Konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan sesuai teori Anderson bahwa terdapat 3 faktor yang menentukan yaitu: faktor predisposisi (pemungkin), faktor enabling (pendukung) dan faktor need. Mengacu kepada hasil survei pendahuluan bahwa deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan Pap smear sudah ada faktor enabling atau pendukung (sarana atau fasilitas dan petugas di puskesmas) serta kelompok usia sebagai wanita usia subur merupakan fase yang membutuhkan (faktor need) dilakukan deteksi dini kanker serviks. Pada saat faktor enabling (pendukung) dan faktor need menunjukkan keadaan yang sewajarnya banyak atau tinggi jumlah ibu rumah tangga yang melakukan deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan Pap smear tetapi kenyataannya rendah, maka diduga penyebabnya berada pada

faktor predisposisi (pemungkin) yaitu aspek pengetahuan dan sikap. Dugaan sementara (hipotesis) sebagaimana yang telah diuraikan di atas menjadi dasar dalam memilih judul penelitian tentang analisis pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pemeriksaan Pap smear. 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian yang telah dikemukakan tentang rendahnya cakupan pelaksanaan pelaksanaan Pap smear (32,4%) maka dirumuskan masalah penelitian yaitu analisis pengaruh pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pelaksanaan Pap smear untuk deteksi dini kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan tahun 2013. 1.3 Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga terhadap pelaksanaan Pap smear untuk deteksi dini kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan tahun 2013. 1.4 Hipotesis Pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga berpengaruh terhadap pelaksanaan Pap smear untuk deteksi dini kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan untuk bahan informasi bagi Puskesmas Petisah Medan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu rumah tangga khususnya pencegahan kanker serviks. 2. Sebagai khazanah menambah wawasan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan reproduksi.