BAB I PENDAHULUAN. mikro maupun makro (Mursyidi, 2011). Melalui peran kelembagaan, zakat, infak,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

tidak dapat memilih untuk membayar atau tidak. (Nurhayati, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. itu bertugas untuk mengelola dana sebagaimana mestinya. Zakat merupakan

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO.109 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ/SHADAQAH PADA BAZNAS KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH PSAK 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT NURUL HAYAT CABANG MALANG SKRIPSI

BAB IV ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ZIS PADA BAZ DI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

DAFTAR PUSTAKA. Al Ba ly, Abdul Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan. Syari ah. Terjemahan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

Kata kunci : Perancangan, Sistem Informasi Akuntansi, Zakat dan Infaq/Sedekah, ERP-Odoo Accounting, PSAK 109

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5'5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN PEMBENTUKAN LEMBAGA AMIL ZAK.AT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB IV\ ANALISIS DATA. A. Analisis Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di BAZNAS Kota

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

KEPUTUSAN BADAN PENGURUS LAZISMU NOMOR: 01.BP/PDN/B.18/2017 TENTANG : PANDUAN TATACARA PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN LAZISMU

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI DANA ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT INFAK, DAN SHODAQOH MUHAMMADIYAH (LAZISMU) KABUPATEN MALANG

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Materi: 14 AKUNTANSI ZIS (PSAK 109)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 258 / /2010 TENTANG

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG LAZISMU

Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan. dengan beberapa langkah. Adapun langkah langkah pengoptimalan diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

2016, No Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168); 4. Pera

Imelda D. Rahmawati Firman Aulia P Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

AKUNTANSI ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH (PSAK 109): Upaya Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

Workshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB 5 PENUTUP. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MUZAKKI MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI LEMBAGA AMIL ZAKAT DI YOGYAKARTA

Sistem Informasi Unit Pengumpul Zakat Terintegrasi (Studi Kasus: BAZNAS Kota Tasikmalaya)

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Zakat merupakan kewajiban maliyah (materi) dan salah satu rukun islam yang memberikan solusi untuk dapat mengentaskan kemiskinan dan kemalasan, pemborosan dan penumpukkan harta sehingga menghidupkan perekonomian mikro maupun makro (Mursyidi, 2011). Melalui peran kelembagaan, zakat, infak, sedekah (ZIS) seharusnya dapat dikemas menjadi program pengentasan kemiskinan. Untuk itu, diperlukan organisasi pengelola zakat dengan manajemen yang maju untuk mengoptimalkan pelaksanaan zakat. Posisi amilin (pengelola zakat) merupakan lembaga yang sensitif dengan isu public trust (kepercayaan publik) dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat (Utomo (2012) dalam Setiaware, 2013). Maka dari itu dibutuhkan suatu badan khusus untuk mengelola dana zakat secara profesional yang bertugas sesuai dengan ketentuan syariat mulai dari perhitungan dan pengumpulan zakat hingga pendistribusiannya. Semua ketentuan mengenai zakat yang diatur dalam syariat islam menuntut adanya akuntabilitas dan transparansi pada pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah. Oleh sebab itu, aturan pelaporan penggunaan dana zakat diberlakukan pada seluruh Amil di Indonesia (Nikmatuniayah, 2011), agar semua pihak dapat mengawasi dan mengkontrol secara langsung penggunaan dana ZIS tersebut. Dalam Bab III Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999, dikemukakan bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis yaitu Badan Amil Zakat (pasal 6) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7) yang dibentuk 1

2 oleh masyarakat. Lembaga amil zakat (LAZ) memiliki tugas membantu dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dalam pasal 19 UU No. 23 Tahun 2011, menyatakan bahwa LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada Badan Amil Zakat Nasonal (BAZNAS) secara berkala. Unsur pimpinan badan amil ZIS harus terus menerus memberikan laporan pertanggungjawaban secara tertulis kepada dewan pertimbangan agung mengenai keuangan maupun operasionalnya dalam suatu periode (Suroso, 2007). Laporan keuangan lembaga amil merupakan salah satu media sebagai pertanggungjawaban operasional yaitu mengumpulkan dan menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekah. Untuk itu diperlukan suatu standar dalam perlakuan akuntansinya untuk dijadikan pedoman dalam pelaporan keuangan sekaligus untuk pelaksanaan dan pengelolaan zakat yang sesuai dengan kaidah syariah. Oleh karena itu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 109: Akuntansi Zakat, Infak dan sedekah akhirnya diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tertanggal 6 April 2010 dan dapat dinikmati publik pada September 2011. Tujuannya adalah untuk memenuhi tuntutan masyarakat dalam menjalankan syariat Islam dan untuk meningkatkan keseragaman pelaporan keuangan pada LAZ dan BAZ di Indonesia. Namun, pada prakteknya terdapat laporan pertanggungjawaban dari beberapa lembaga zakat yang masih belum seragam (Wibisono (2011) dalam penelitian Istutik, 2011), masih banyak BAZ dan LAZ yang belum menggunakan PSAK nomor 109 tentang akuntansi zakat, terutama badan amil zakat yang

3 beroperasi dalam lingkup desa/kelurahan atau masjid, mereka masih menggunakan akuntansi konvensional, meskipun sudah dikeluarkan PSAK nomor 109 tentang akuntansi zakat. Padahal akuntansi konvensional secara implisit menggunakan konsep teori entitas (entity theory) yang bila dikaji secara mendalam sebetulnya banyak didasarkan pada nilai-nilai kapitalisme dan utilitarianisme, di mana konsep tersebut tidak bisa ditawar oleh syariat islam dan tidak semestinya digunakan oleh lembaga keuangan syariah (Triyuwono, 2006) yang dalam hal ini adalah lembaga amil ZIS. Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penerapan akuntansi zakat pada salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang berperan dalam pengelolaan dana zakat secara profesional, yaitu Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah kabupaten Gresik. Lembaga amil zakat tersebut merupakan organisasi nirlaba yang secara khusus diberikan wewenang untuk mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat. Dalam operasionalnya LAZISMU kabupaten Gresik telah menghimpun dana dari masyarakat Gresik dan tidak menutup kemungkinan dari luar masyarakat Gresik pula, selanjutnya LAZISMU kabupaten Gresik harus melaporkan dan mempertanggungjawabkan dana tersebut pada LAZISMU pusat selaku BAZNAS. Hal ini perlu dilakukan agar akuntabilitas dan transparansi kinerja LAZISMU kabupaten Gresik dapat terkontrol dan menjadi lebih baik. Adapun judul yang dipilih adalah: ANALISIS PERLAKUAKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (PSAK: 109) PADA LEMBAGA AMIL

4 ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH MUHAMMADIYAH DI KABUPATEN GRESIK. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu: 1. Bagaimana perlakuan akuntansi zakat, infak/sedekah dalam penyajian laporan keuangan pada Lembaga Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah di kabupaten Gresik? 2. Apakah perlakuan akuntansi zakat, infak/sedekah pada Lembaga Zakat Infaq dan Sedekah Muhammadiyah di kabupaten Gresik telah sesuai dengan PSAK No. 109? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan perlakuan akuntansi zakat, infak/sedekah dalam penyajian laporan keuangan pada Lembaga Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah di kabupaten Gresik; 2. Untuk menilai kesesuaian antara perlakuan akuntansi zakat, infaq/sedekah pada Lembaga Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah di kabupaten Gresik dengan PSAK No. 109. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Organisasi pengelola zakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam perlakuan akuntansi zakat, infak/sedekah secara

5 benar dan tepat di dalam penyusunan laporan keuangan pada organisasi pengelola zakat, khususnya pada Lembaga Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah di kabupaten Gresik. 2. Pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wahana pengetahuan bagi para pembaca terhadap akuntansi zakat, infak/sedekah dan penerapannya pada organisasi pengelola zakat dan juga dapat digunakan sebagai sumber rujukan bagi penelitian berikutnya.