BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGADAAN BAHAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

TINJAUAN TEORITIS PADA PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KOLEKSI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI DI DIREKTORAT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN FAKULTAS SYARIAH UIN IMAM BONJOL PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Definisi Perpustakaan dan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Pengembangan Koleksi. Presented by Yuni Nurjanah. Pengembangan Koleksi Modul 4 by Yuni Nurjanah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya yang dibaca dan disimpan menurut tata susunan tertentu untuk

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB II KAJIAN TEORITIS Pengertian Evaluasi Beberapa pengertian evaluasi yang dikemukakan oleh para ahli :

PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI

HELGA BEATRICE U SINAGA NIM :

BAB II KAJIAN TEORETIS

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB II KAJIAN TEORITIS

PROSES PENGADAAN KOLEKSI DAN INVENTARISI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIS PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH; PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOLEKSI INVENTARISASI. Rahmania Utari, S.Pd. *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bacaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah pengguna dalam

RAGAM DAN JUMLAH KOLEKSI

Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Bilingual Pada Perpustakaan Sekolah HighScope Indonesia Bali

PERAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

INVENTARISASI BAHAN PUSTAKA DAN PEMBUATAN LAPORAN PENGEMBANGAN KOLEKSI. Oleh : Damayanty, S.Sos.

BAB I PENDAHULUAN. tujuannya (Sulistyo-Basuki, 1991: 51). Perpustakaan perguruan tinggi mendukung

BAB II TINJAUAN LITERATUR

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN

Perpustakaan perguruan tinggi

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENTINGNYA STANDARISASI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh : Aries Hamidah

BAB II KAJIAN TEORITIS

DAFTAR ISI. KATAPENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN...1 BAB IIKEANGGOTAAN... 2 BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN... 3 BAB IVPELAYANAN...


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IKIP PGRI SEMARANG. A. Sejarah Perpustakaan IKIP PGRI Semarang

Selain ketiga pendapat di atas, Sutarno (2006 : 35) mengemukakan pendapatnya bahwa:

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR

BAB II TINJAUAN BAHAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Muhsin, 2008:15). Menurut Sulistyo-Basuki (1991: 3) perpustakaan

PROSES SELEKSI BAHAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pengadaan Bahan Pustaka Untuk Perpustakaan Sekolah Gatot Subrata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dan studi. Selanjutnya pasal 8 dari Peraturan Presiden No. 20, 1961

PROFIL PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS WIDYATAMA : PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BANDUNG

2015 KONTRIBUSI KEBIJAKAN PENGADAAN KOLEKSI SIRKULASI TERHADAP PENINGKATAN FREKUENSI PEMINJAMAN BAHAN PUSTAKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Pengantar Pengembangan Koleksi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan lembaga yang menghimpun, mengelola,

MENGENAL BAHAN PUSTAKA DAN CARA MENGELOLANYA

MENGENAL LEBIH DEKAT PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh: Imran Berawi (Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan IAIN-SU)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERJASAMA PERPUSTAKAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. 2

KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN IPB 1

STANDAR PERPUSTAKAAN. Tanggal: 31 Juli Lampiran Surat Keputusan Ketua STMIK KHARISMA Makassar Nomor: Tanggal:

PELAYANAN PENGGUNA PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

UNIVERSITAS INDONESIA PEMANFAATAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN KAJIAN WILAYAH AMERIKA OLEH MAHASISWA SEJARAH FIB UI DALAM PENULISAN SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlu adanya pengolahan bahan pustaka yang tepat. kebudayaan, informasi, dan pembagunaan nasional dan sebagai suatu media

Lampiran 1 GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang bergerak dengan membawa bahan pustaka, seperti buku dan lain-lain untuk

Morality Intellectuality Entrepreneurship

BAB II KAJIAN TEORITIS

PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER INFORMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENGADAAN KOLEKSI BAHAN PUSTAKA DI KANTOR ARSIP PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan Perguruan Tinggi Merupakan sebuah sarana penunjang yang didirikan untuk mendukung kegiatan Civitas Akademik, dimana Perguruan Tinggi itu berada. Dalam buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi disebutkan bahwa, Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan unsur penunjang Perguruan Tinggi dalam kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000, 5) dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa : Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, dan perpustakaan sekolah tinggi. Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 3) bahwa, perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur yang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, yang dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat. Sedangkan menurut Sutarno dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat (2003, 35) mendefinisikan, perpustakan perguruan tinggi merupakan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri dharma perguruan tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas akademika. Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah

naungan sebuah universitas atau perguruan tinggi lainnya yang sederajat yang penggunanya adalah mahasiswa dan civitas akademika. Perpustakaan perguruan tinggi sering disebut sebagai jantungnya universitas karena tanpa perpustakaan tersebut maka proses pelaksanaan pembelajaran mungkin kurang optimal. 2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan diharapkan dapat membantu civitas akademika dalam proses belajar-mengajar. Segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan perguruan tinggi harus dapat menunjang proses belajar mengajar maka dalam pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum perkuliahan dan kebutuhan penggunanya. Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000, 5) dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa, perpustakaan Perguruan Tinggi tujuannya membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajaran. Sebagai bagian dari institusi perguruan tinggi, perpustakaan diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Menurut Yuven (2010, 1) tujuan perpustakaan perguruan tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut ; 1. Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka Perpustakaan Perguruan Tinggi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi untuk mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku 2. Dalam menunjang penelitian maka kegiatan Perpustakaan Perguruan Tinngi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik intern institusi atau ekstern di luar institusi. 3. Dalam menunjang pengabdian kepada masyarakat maka Perpustakaan Perguruan Tinggi melakukan kegiatan dengan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi masyarakat. 4. Pada dasarnya tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi secara umum adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan,

mengolah dan merawat pustaka serta mendayagunakan untuk kepentingan civitas academica pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah menjalankan pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memberikan pelayanan informasi dan bahan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat penggunanya, guna mendukung pelaksanaan program perguruan tingginya. 2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi untuk hal-hal yang bersifat informatif, edukatif akademik (ilmiah), dan penelitian yang dapat menunjang berjalanya Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dalam usaha melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi, maka perpustakaan berfungsi menyediakan informasi guna memenuhi kebutuhan penggunanya. Di dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (Depdiknas, 2004, 3) perpustakaan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang medukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran. 2. Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi. 3. Fungsi Riset Perpustakaan mempersiapkan bahan bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang. 4. Fungsi Rekreasi Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf non-akademik. 6. Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya. 7. Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas fungsi perpustakaan Sedangkan Yuven (2010, 2) menyatakan bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut : a) Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar (mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan) b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan difungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan mengajar. (Undang-undang No 2 Tahun 1989 Pasal 35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang merupakan sumber belajar). c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau data atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian. d) Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena fungsinya sebagai pusat sumber informasi. e) Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit, local content atau grey literatur f) Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau melestarikan namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan informasi. g) Dissemination of Knowledge Center, bahwa disamping menyebarluaskan informasi perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan (terutama untuk pengetahuan baru) Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi sangat penting bagi masyarakat penggunanya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk memperoleh informasi yang berguna dalam pengembangan pendidikan sebagai fungsi edukasi, informasi, riset, rekreasi, publikasi, deposit dan interpretasi.

2.2 Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset, audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, CD-ROM dan lainlain. Menurut Sutarno (2006, 174) Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumbersumber informasi. Menurut pendapat Sumantri, (2002, 29) Pengadaan bahan pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual. Menurut Darmono, (2001, 57) Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkain dari kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada kegiatan pengadaan bahan pustaka. Dari uraian beberapa pengertian pengadaan bahan pustaka yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkain kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati penggunanya. 2.3 Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuain diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran, yang tersedia. Dengan adanya pengadaan bahan pustaka maka koleksi

perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat tercapai.perpustakaan Nasional RI (2002, 6) menyatakan bahwa program pengembangan koleksi bertujuan: 1. Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka. 2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan. 3. Mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang dikembangkan. 4. Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan pustaka dan pelayanan setiap unit perpustakaan 5. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan. 2.4 Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam koleksi. Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu, perlu disadari oleh petugas, anggota staff, dan pengguna bahwa secara umum menjaga koleksi perpustakaan menjadi tanggung jawab bersama. Kebijakan pengadaan bahan pustaka berfungsi sebagai: 1. Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah. 2. Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangaan selanjutnya. 3. Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana.

Sedangkan menurut Darmono (2001, 55) kebijakan pengadaan koleksi Berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan sebab kebijakan tersebut: 1. Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator, dan dewan pembina perpustakaan. 2. Memberi deskripsi yang sistis tentang strategi pengolahan dan pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan. 3. Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses seleksi dan seleksi terjamin, koleksi yang responsive dan seimbang terbentuk dan dana dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin. 4. Menjadi standar tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran pengembangan koleksi tercapai. 5. Berfungsi sebagai sumber informasi dan paduan bagi staf yang baru mulai berpartisipasi dalam pengembangan koleksi. 6. Memperlancar koordinasi antar anggota staf pengadaan koleksi. 7. Memperlancar kerjasama antar perpustakaan dalam pengembangan koleksi 8. Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi besar, serta menjadi kerangka kerja yang memperlancar transisi dari pustakawan lama ke penggantinya. 9. Membantu pustakawan menghadapi pengadaan berkenaan dengan bahan yang telah diseleksi atau ditolak. 10. Mengurangi pengaruh kolektor tertentu dan selera pribadi. 11. Membantu mempertanggung jawabkan alokasi anggaran. 12. Menjadi sarana komunikasi, baik dengan masyarakat yang dilayani maupun pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan rencana pengadaan dan pengembangan koleksi. Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal apabila tidak didukung oleh adanya koleksi yang memadai. Koleksi bahan pustaka haruslah relevan dengan kebutuhan

setiap program studi dari perguruan tinggi tersebut. Untuk memberikan pelayanan informasi dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi, Perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai informasi dan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi dimana perpustakaan berada. Menurut Sumardji (1998, 22) Koleksi perpustakaan adalah sekumpulan atau sekelompok bahan pustaka yang berisi karya-karya mengenai informasi tertentu yang disusun secara sistematis. Sedangkan menurut Darmono (2001, 60) Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak (buku, majalah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio visual, peta). Suatu perguruan tinggi menyediakan informasi dan koleksi-koleksinya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi dan pengetahuan ilmiah lainya, untuk mendukung seluruh kegiatan sivitas akademi masyarakat perguruan tinggi tersebut. Koleksi yang dimiliki perpustakaan memiliki fungsi sebagaimana yang dinyatakan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 30) bahwa fungsi koleksi adalah: 1. Fungsi pendidikan Untuk Menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada. 2. Fungsi penelitian Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir. 3. Fungsi referensi Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan bahan referensi diberbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk menelusur informasi.

4. Fungsi umum Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat di sekitarnya, fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah bahwa koleksi perpustakaan adalah unsur pokok perpustakaan yang harus dibina secara teratur dan terencana. 2.5 Jenis Bahan Pustaka Untuk dapat memberikan informasi semaksimal mungkin kepada pengguna, maka perpustakaan harus berusaha menyediakan koleksi yang beraneka ragam, jenis dan bentuk, serta kandungan informasinya sesuai dengan kebutuhan pengguna. Koleksi perpustakaan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi meliputi segala macam bentuk cetak dan rekaman. Menurut Yulia (1995, 3) jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan adalah: 1. Karya cetak Karya cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak yaitu seperti : a. Buku Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks dan buku rujukan. b. Terbitan berseri Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dalam jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan, dan lainya) laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulan dan sebagainya. 2. Karya noncetak Karya noncetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar, dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku,

atau pun bahan pandang dengar, yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini adalah: Rekaman suara, yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa Inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset. Gambar hidup dan rekaman video, yang termasuk dalam bentuk ini adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain yang bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana mencari menggunakan perpustakaan. Bahan grafika. Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya selid, transparasi, dan filmstrip). Bahan kartografi, yang termasuk ke dalam jenis ini adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara dan sebagainya. 3. Bentuk mikro Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader. bahan pustaka ini digolongkan tersendiri. Tidak dimasukan ke dalam bahan non cetak hal ini disebabkan informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu: 1. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film, ada beberapa ukuran film yaitu16 mm, dan 35 mm. 2. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm dan 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm. 3. Micropaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak ke dalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukurannya sebesar mikrofis. 4. Karya dalam bentuk elektronik dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM, player dan sebaginya. Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 38) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam koleksi perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

1. Buku teks, baik untuk mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan untuk mata kuliah tertentu. 2. Buku referensi, termasuk buku referensi umum, referensi bidang studi kasus, alat-alat bibliografi seperti indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus, ensiklopedia, katalog, dan lain-lain.. 3. Pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan pemakai selain dari bidang studi dasar. 4. Penerbitan berkala seperti majalah, surat kabar dan lain-lain. 5. Penerbitan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi dimana perpustakaan bernaung, maupun penerbitan perguruan tinggi lainya. 6. Penerbitan pemerintah, terutama penerbitan resmi, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut kebutuhan khusus perguruan tinggi yang bersangkutan. 7. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan, seperti koleksi tentang kebudayaan tertentu, subjek tertentu, dan sebagainya. 8. Koleksi bukan buku yang berupa koleksi audio visual (film, tape, kaset, video tape, piringan hitam, dan sebagainya). 2.6 Pemilihan Bahan Pustaka Kegunaan pemilihan bahan pustaka adalah untuk menyesuaikan koleksi dengan kebutuhan pengguna baik kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu pemilihan bahan pustaka dilakukan berdasarkan kemampuan dana yang tersedia. Adapun tujuan pemilihan bahan pustaka menurut Sulistyo-Basuki (2001, 427) adalah: Mengembangkan koleksi perpustakaan yang baik dan seimbang, sehingga mampu melayani kebutuhan pengguna yang berubah dan tuntunan pengguna masa kini serta masa mendatang. Dengan adanya tujuan tersebut, diharapkan perpustakaan dapat mengembangkan koleksinya secara baik dan seimbang. Agar tujuan dari pemilihan bahan pustaka tersebut dapat tercapai diperlukan langkah-langkah dalam pemilihan bahan pustaka. Langkah-langkah yang diambil dalam pemilihan bahan pustaka menurut Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 12) adalah: 1. Inisiatif pemilihan dimulai oleh pemakai, baik atas kemampuan sendiri atau atas permintaan pustakawan. 2. Pengusul menyusun daftar usulan dengan mengisi formulir dengan data bibliografi yang lengkap.

3. Data untuk buku terdiri dari pengarang, judul, edisi, tahun, penerbit, ISBN, jumlah yang dipesan, harga, dalam formulir di cantumkan pula keterangan untuk apa buku diusulkan. 4. Data untuk majalah terdiri dari judul, alamat penerbit, ISSN, harga bilaman mulai berlangganan dan disertai pula persetujuan atasan si pengusul. 5. Daftar usulan dapat diserahkan langsung kepada pimpinan perpustakaan atau atasan pengusul. 6. Petugas pengadaan mengadakan verifikasi dengan cara : Memeriksa dan melengkapi data bibliografi dari setiap bahan yang diusulkan dengan memakai alat bantu pemilihan. Mencocokkan daftar usulan dengan koleksi yang ada melalui katalog perpustakaan, katalog majalah dan sebagainya. Diteliti pula apakah ada yang sedang dalam pemesanan. Apabila oleh karena anggaran, sehingga tidak semua usul dapat diterima maka dibuatkan kartu desiderata yang akan dipertimbangkan, kemudian apabila tersedia dana, atau diusahakan dari sumber lain. Apabila ada bahan yang diusulkan yang sudah ada atau yang sedang dalam pemesanan, perlu diputuskan apakah perlu ditambah atau tidak. Usul diterima bila yang dipesan merupakan edisi yang lebih baru dari yanbg dimiliki perpustakaan. Keputusan yang diambil harus dikomunikasikan kepada yang mengusulkan, melalui pimpinan perpustakaan. Selain menentukan langkah-langkah dalam pemilihan bahan pustaka, perpustakaan juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam pemilihan bahan pustaka, agar bahan pustaka yang diperoleh memiliki mutu yang baik sesuai dengan kebutuhan pengguna. Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 25) ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan pustaka, yaitu sebagai berikut : 1. Wibawa penulis buku dan pentingnya buku tersebut untuk bidang studi tertentu. 2. Isi bahan perpustakaan cukup bermakna bagi pengembangan bidang studi. 3. Bahasan bahan perpustakaan memuat pandangan yang seimbang, khususnya buku yang memuat masalah controversial. 4. Kualitas isi bahan perpustakaan. 5. Kepantasan harga. 6. Bahasa.

7. Terbitan terbaru memperoleh prioritas diatas terbitan lama. Bahan perpustakaan lama dapat diadakan sejauh tersedianya dana. Dan dapat mengisi kekurangan koleksi bidang studi tertentu. 8. Bahan perpustakaan renik, misalnya mikrofis, jangan dirangkapi dengan bentuk buku kecuali ada alasan tertentu yang dapat diterima. 9. Setiap bahan perpustakaan rujukan, misalnya ensiklopedi, cukup diadakan satu perangkat kecuali jika ada alasan tertentu. 10. Buku ajar diadakan dalam jumlah eksemplar terbatas. Mahasiswa hendaknya melengkapi diri dengan buku ajar yang diperlukan. 2.6.1 Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka Koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dapat meningkatkan mutu perpustakaan. Suatu perpustakaan harus dapat mengembangkan koleksinya. Dalam meningkatkan mutu koleksi perpustakaan perguruan tinggi perlu diingat prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka perguruan tinggi. Dengan adanya prinsip ini, perpustakaan akan terhindar dari kekeliruan dalam menentukan koleksinya. Secara umum prinsip pemilihan bahan pustaka perguruan tinggi menurut Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 11) adalah: 1. Hendaknya semua bahan pustaka yang dipilih secara cermat dan disesuaikan dengan standar kebutuhan pengguna perpustakaan dalam suatu prioritas yang telah ditetapkan. 2. Hendaknya pengadaan koleksi diatur dan dituangkan dalam suatu peraturan kebijakan tertulis dan disahkan oleh rektor 3. Hendaknya kebijakan itu memperhatikan kelima prinsip utama pembinaan koleksi perpustakaan yaitu: a. Relevansi Koleksiperpustakaan hendaknya relevan dengan program pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh lembaga induknya. untuk itu perlu diperhatikan jenis, variasi dan jenjang program yang ada yaitu jumlah dan besar fakultas, jurusan, lembaga dan seterusnya, tingkat pra sarjana, sarjana, pasca sarjana dan doctor maupun program tanpa gelar (non degree program). b. Berorientasi kepada keperluan pengguna Di dalam pembinaan koleksi harus diutamakan keperluan pemakai yang terdiri dari mahasiswa (dari tingkat pra sarjana sampai peserta

program doctor) dosen, peneliti, administrartor dan seterusnya yang kebutuhan informasinya berbeda-beda. c. Kelengkapan Hendaknya diusahakan agar koleksi perpustakaan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata kuliah yang berkaitan, tetapi juga menyangkut ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengan program-program yang ada secara lengkap. Perlu diusahakan supaya semua komponen koleksi mendapat perhatian yang wajar, sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan. d. Kemutakhiran Disamping harus lengkap, maka perpustakaan harus berusaha untuk mengadakan sumber-sumber informasi paling mutakhir, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini. e. Kerjasama antar pustakawan, dosen, mahasiswa dan lain-lain Hendaknya semua yang berkepentingan dalam pembinaan koleksi (pustakawan, pengajar, administrator, mahasiswa) menjalin kerjasama yang erat agar pelaksanaannya berjalan secara efektif dan efesien. Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 13) prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan dilakukan dengan cermat oleh pihak yang berwenang memilih berdasarkan skala prioritas. 2. Pengadaan koleksi disesuaikan dengan program pendidikan yang dimiliki perguruan tinggi yang bersangkutan. 3. Bahan yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang terdiri dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan pegawai administrasi. 4. Koleksi hendaknya lengkap, tidak saja buku ajar wajib, tetapi juga meliputi bahan-bahan yang berkaitan dengan program pendidikan dan peneliti. 5. Bahan yang diadakan diusahakan bersifat mutakhir sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. 2.6.2 Pihak-Pihak yang Berwenang Melakukan Pemilihan Bahan Pustaka Dalam suatu perpustakaan, pihak yang berwenang untuk melakukan pemilihan bahan pustaka bukan hanya pustakawan tetapi semua unsur yang berkepentingan, termasuk pengguna jasa perpustakaan. Menurut Yulia ( 1995, 75) pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan pemilihan bahan pustaka adalah : 1. Pada perpustakan sekolah, pihak yang berwenang melakukan pemilihan bahan pustaka adalah kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah, serta guru, pelajar boleh saja memberikan saran. 2. Pada perpustakaan umum pihak yang berwenang adalah dewan penasehat, penyantun perpustakaan dan tokoh masyarakat.

3. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan pemilihan adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dosen, staf dan mahasiswa menyarankan dan harus dipertimbangkan kesesuainya dengan kebutuhan. 4. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan pemihan adalah pimpinan Institusi dimana perpustakan tesebut bernaung. 5. Pada akhirnya, pustakawanlah yang berwenang apabila bahan pustaka tersebut dipilih atau tidak, karena pustakawanlah yang mengetahui apakah bahan pustaka tersebut cocok atau tidak serta dana yang tersedia. Menurut Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 11) Menyatakan pihak yang berwenang dalam pemilihan bahan pustaka di perguruan tinggi adalah: Para pengajar. Para peneliti dan administrator. Anggota panitia perpustakaan atau badan semacam itu yang terdiri dari pengajar, pustakawan dan fungsionaris bidang akademik. Mahasiswa pengguna perpustakaan. Selain yang disebutkan di atas menurut Sulistyo-Basuki (2001, 429) menyatakanuntuk dapat melakukan pemilihan bahan pustaka, pihak-pihak yang berhubungan harus memiliki pengetahuan seperti : 1. Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan, khususnya mengenai penerbit spesialisasi para penerbit, kelemahan mereka, standar hasil terbitan yang ada selama ini dan keunggulan suatu penerbit. 2. Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan misalnya siapa saja yang menjadi anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan dan mengapa ada kelompok pengguna bahan pustaka yang satu berbeda dengan pengguna perpustakan lain. 3. Mengetahui kebutuhan para anggota. 4. Personil pemilihan buku harus bersifat netral serta harus menguasai informasi dan akal sehat dalam pemilihan. 5. Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakan. 6. Mengetahui buku melalui proses membuka buka buku ataupun melalui proses membaca.

2.6.3 Alat Bantu Pemilihan Bahan Pustaka Untuk mengetahui apakah bahan pustaka tersebut sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakan, maka diperlukan alat bantu pemilihan bahan pustaka. Menurut Milburga (2000, 74) alat bantu seleksi bahan pustaka tersebut adalah : 1. Judul, anak judul, judul paralel 2. Edisi, negara, bahasa, bentuk 3. Kota terbit, penerbit 4. Tahun terbit 5. Harga langanan 6. ISSN/ISBN7. 7. Bibliografi Nasional dan Internasional 8. Bibliografi khusus bidang ilmu 9. Daftar tambahan koleksi perpustakan lain 10. Tim, bagan buku, iklan dan lain-lain. Selain pendapat di atas, Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 38) yang termasuk alat bantu pemilihan bahan pustaka adalah terdiri dari: 1. Silabus 2. Katalog penerbit 3. Bibliografi 4. Daftar perolehan buku dari perpustakaan 5. Tinjauan dari resensi buku 6. Iklan dan selebaran terbitan berseri 7. Book in print 8. Pangkalan data 2.7 Sistem Pengadaan bahan pustaka Ada beberapa sistem yang dapat digunakan dalam mengadakan bahan pustaka. Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi bahan perpustakaan. Koleksi yang diadakan suatu perpustakaan hendaknya relavan dengan minat kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir agar tidak mengecewakan pengguna yang dilayani. Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 54), sistem pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan dilakukan melalui :

1. Pembelian 2. Hadiah atau Sumbangan 3. Penerbitan sendiri 4. Titipan Sedangkan menurut Akbar (2010, 4) menyatakan bahwa sistem pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan: 1. Pembelian 2. Pemesanan 3. Hadiah atau Sumbangan 4. Tukar menukar 5. Penerbitan sendiri 6. Titipan 2.7.1 Pengadaan Bahan Pustaka Melaui Pembelian Pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian adalah cara yang sangat efektif dan dapat memenuhi kebutuhan pemakai, oleh sebab itu dibutuhkan anggaran keuangan yang memadai sesuai dengan harga buku, dengan pembelian pustakawan bisa memilih bahan pustaka yang diinginkan dan cocok untuk para pengguna perpustakaan. 2.7.2 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pemesanan Pemesanan dapat dilakukan pada penerbit atau pada toko buku yang relatif murah. Penerbit Indonesia umumnya melayani permintaan perpustakaan, namun tidak dengan penerbit asing. Pemesanan juga bisa pada penjaja atau vendors selaku perantara. Biasanya, untuk buku-buku asing karena penerbit asing, hanya melayani toko-toko buku dan vendors. Untuk di Indonesia yang menjadi vendors yaitu ada toko buku atau importir buku. Dalam hal ini, Soeatminah menegaskan bahwa: perpustakaan hendaklah memilih penjaja sesuai dengan subjek dan jenis perpustakaan karena banyak penjaja mengkhususkan dalam bidang tertentu 2.7.3 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Hadiah Pengertian koleksi melalui hadiah yaitu, ada hadiah yang memang diminta dan ada juga hadiah tidak berdasarkan permintaan atau sumbangan wajib.

Hadiah atas permintaan dapat diajukan kepada lembaga ilmiah di dalam dan luar negeri ataupun dari perorangan. Sedangkan hadiah tidak atas permintaan, biasanya dari pribadi dan lembaga yang tidak ingin menyumbangkan koleksinya kepada perpustakaan. Sedangkan sumbangan wajib biasanya terjadi pada perpustakaan perguruan tinggi dengan menggunakan wajib sumbangan buku bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan skripsinya, karena kondisi sosial dan ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembangan perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat. 2.7.4 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Tukar Menukar Buku dari suatu pustaka tertetu tidak dapat diberi di toko buku, hanya dapat diperoleh, melalui pertukaran ataupun hadiah. Tukar menukar bahan pustaka dapat dilakukan apabila perpustakaan memiliki sejumlah bahan pustaka yang tidak diperlukan lagi atau jumlah pustaka yang terlalu banyak, atau hadiah yang tidak diinginkan, dan tentunya ada keinginan untuk ditukarkan dengan bahan yang lain. Pada proses tukar menukar dibutuhkan kesepakatan yang lazimnya memiliki perbandingan 1 : 1 tidak memandang berat, tebal atau tipis publikasi, harga, bahasa walaupun aksara publikasi. (Supriyanto, 1997, 92) Jadi ada dua jenis aktivasi penukaran, penukaran bahan-bahan yang tidak diperlukan dan penukaran bahan-bahan yang baru antara dua perpustakaan. 2.7.5 Bahan Pustaka Melalui Titipan Perpustakaan dapat menambah koleksi dengan cara menerima titipan dari lembaga ataupu perorangan. Penerimaan titipan haruslah bahan pustaka yang benar-benar dibutuhkan oleh pengguna dan harus ada kesepakatan diantara pihak yang menitip dengan perpustakaan. Perpustakaan bertanggung jawab penuh atas bahan pustaka terasebut bukan sepenuhnya milik perpustakaan.

2.7.6 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Penerbitan Sendiri Dalam buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1992, 19), penerbit sendiri mencakup : 1. penerbitan dari lembaga induk tempat perpustakaan berada: Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan (depository) semua penerbitan lembaga itu Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua penerbitan lembaga itu 2. Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan koleksi bulletin, manual, bibliografi dan lain-lain 2.8 Inventaris Bahan Pustaka Inventarisasi merupakan tahap paling awal dalam pengolahan bahan pustaka. Manfaat dari kegiatan inventarisasi ini antara lain: 1. Memudahkan pustakawan dalam merencanakan pengadaan koleksi pada tahun-tahun berikutnya. 2. Memudahkan pustakawan melakukan pengawasan terhadap koleksi yang dimiliki. 3. Memudahkan pustakawan dalam menyusun laporan tahunan tentang perkembangan koleksi yang dimiliki. Selain itu, menurut Qalyubi (2007), dengan membuat buku inventaris yang baik serta pengisian data yang tepat maka perpustakaan akan mudah dalam membuat statistik dan laporan tentang beberapa hal yaitu : 1. jumlah bahan pustaka yg dimiliki perpustakaan, 2. jumlah judul dan eksemplarnya, 3. jumlah judul dan eksemplarnya berdasarkan bahasa, 4. jumlah buku fiksi, buku teks, buku referensi, dan lain-lain, 5. jumlah penambahan bahan pustaka setiap tahun, dan 6. jumlah anggaran yang dikeluarkan. Untuk inventarisasi pustaka dapat dipilih bentuk buku, kartu, maupun dengan komputer. Adapun kolom inventarisasi dapat dipilih sebagai berikut:

1. Nomor urut 2. Tanggal: diisikan tanggal kapan buku bahan pustaka tersebut diterima dan menjadi milik perpustakaan. 3. Nomor inventaris: kegiatan memberikan penomoran buku berdasarkn urutan penerimaannya. Nomor inventaris disebut juga dengan nomor induk buku yang merepresentasikan bahwa buku tersebut merupakan koleksi ke (sekian) yang dimiliki perpustakaan. Sebuah Setiap eksemplar bahan pustaka memiliki nomor induk yang berbeda meskipun judul, pengerang, penerbit, dan tahun terbitnya sama. Apabila bahan pustaka hilang kemudian diganti buku yang sama dengan cetakan yang sama maka nomor induk yang digunakan sesuai dengan nomor induk dari buku yang hilang. Nomor inventaris buku dapat merepresentasikan jumlah keseluruhan bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.ada 2 macam cara pemberian nomor induk : 001, 002, 003 dan seterusnya atau 0001/09, 0002/09,0003/09 dan seterusnya. 4. Asal: keterangan biasanya diisi dengan simbol sesuai dengan cara pengadaannya. Misalnya : Pembelian (B), pemberian/hadiah/hibah (H), Penggandaan (C).keterangan biasanya diisi dengan simbol sesuai dengan cara pengadaannya. Misalnya : Pembelian (B), pemberian/hadiah/hibah (H), Penggandaan (C). 5. Pengarang 6. Judul 7. Impresium 8. Sandi pustaka Beberapa kegiatan atau pekerjaan dalam inventarisasi adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Pemeriksaan bahan pustaka dapat dimulai dari memeriksa kondisi bentuk fisiknya apakah baik atau cacat, kesesuaian antara jumlah judul dan eksemplar yang dipesan dengan yang diterima, serta kelengkapan

isinya apakah ada halaman yang kosong dan apakah kualitas pencetakannya sudah sesuai. 2. Pengelompokkan Pengelompokkan dilakukan dengan mengelompokkan bahan pustaka yang telah diperiksa tadi ke dalam bidang-bidang umum, misalnya dikelompokkan berdasarkan judul. Hal ini bertujuan agar memudahkan pekerjaan selanjutnya, seperti penelusuran sementara ataupun pengontrolan. 3. Pengecapan Pengecapan stempel kepemilikan dan stempel inventaris dilakukan atas bahan pustaka yang dikelompokkan tadi, pada halaman atau bagian tertentu dari bahan pustaka tersebut. Pada umumnya, minimal tiga cap kepemilikan dibubuhkan pada setiap bahan pustaka. Misalnya pada halaman judul, halaman tertentu di tengah-tengah (contohnya dicap di halaman 17 atau 27 pada bahan pustaka), dan halaman terakhir. Sedangkan, satu cap inventaris dibubuhkan pada setiap halaman judul. 4. Pencatatan Semua bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan atau yang telah diputuskan menjadi milik perpustakaan harus dicatat pada buku, baik itu buku induk atau langsung dicatat di komputer. Pencatatan ini dapat dipisahkan menurut jenis bahan informasinya. Sebagai contoh, inventaris buku paket, buku fiksi/non fiksi, majalah, CD, referensi, jurnal, peta/atlas, dan sebagainya. Informasi-informasi pada bahan pustaka yang harus dicatat pada buku induk atau komputer minimal terdiri dari nomor urut, tanggal pencatatan, nomor inventaris, asal bahan pustaka, pengarang, judul, impresum, dan keterangan tambahan.