BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) (Widoyono, 2011). Penularan penyakit ini melalui berbagai cara, virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen, cairan serviks, cairan vagina, ASI, air liur, serum, urine, air mata, cairan alveolar dan cairan serebrospinal. Akan tetapi, sejauh ini transmisi HIV secara efisien terjadi melalui darah, cairan sperma, cairan vagina dan serviks, dan air susu ibu (Nasrodin, 2007 dalam Sumarlin, 2013). Pria yang sudah disunat memiliki resiko HIV yang kecil dibandingkan dengan pria yang belum disunat (widoyono, 2011). Dalam kurun waktu dua belas tahun angka kejadian kasus HIV/AIDS mengalami penurunan di seluruh dunia. Berdasarkan data dari UNAIDS (2013), jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS sejak tahun 2001 turun sebanyak 33%. Pada tahun 2012 terdapat 2,3 juta infeksi baru diseluruh dunia, turun dari 3,4 juta pada tahun 2001. Infeksi baru pada usia remaja dan dewasa mengalami penurunan sebanyak 50% bahkan lebih pada 26 negara sejak tahun 2001 sampai 2013. Sedangkan jumlah kasus baru HIV/AIDS di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dengan penanggulangan HIV/AIDS masuk dalam salah satu target dari MDGs dan semakin menurunnya peringkat MDGs Indonesia di dunia. Menurut laporan United Nations oleh Stalker (2010), bahwa peringkat MDGs indonesia di dunia di tahun 2006 menyentuh 1
2 peringkat 107 dunia, tahun 2008 peringkat 109, tahun 2008 hingga 2010 masih peringkat 111. Di Indonesia Jumlah kasus HIV yang dilaporkan sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987 sampai dengan tahun 2005 sebanyak 859 kasus, tahun 2006 sampai dengan 2008 sebanyak 23.605 kasus, pada tahun 2009 sampai dengan 2011 sebanyak 52.415 kasus, pada tahun 2012 sampai dengan 2013 sebanyak 50.548 kasus. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Desember 2013 sebanyak 127.427 kasus. Pada tahun 2005 sampai dengan 2007 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 12.996, tahun 2007 sampai dengan 2010 sebanyak 17.848 kasus, tahun 2011 sampai dengan 2013 sebanyak 21.504 kasus. Jumlah kumulatif AIDS sampai dengan Desember 2013 sebanyak 52.348 orang (KPA, 2014). Memereangi HIV dan AIDS merupakan salah satu target dari MDGs (Milenium Development Goals) dari total 8 target acuan yang direncanakan dan menjadi perioritas untuk pembangunan nasional, Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV dan AIDS hingga tahun 2015, dengan rincian ; 1) Prevalensi HIV dan AIDS (persen) dari total populasi dengan target mengalami penurunan. 2) Penggunaan kondom pada seks beresiko tinggi terakhir dengan target mengalami peningkatan. 3) Proporsi Jumlah penduduk usia 15-24 tahun memiliki pengetahuan komperhensif tentang HIV/AIDS dengan target Meningkat (Kemenkes dan Riskesdas, 2011) Menurut laporan KPA, (2014), menyatakan Jawa Timur menempati urutan kedua jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dengan kasus 16.253. di bawah provinsi di bawah DKI Jakarta dengan 28.790 kasus HIV (KPA, 2014). Berdasarkan data dari Dinkes Jatim jumlah kasus HIV tahun 2009 sampai dengan 2010 sebanyak 3.901 kasus, 2011 sampai dengan 2012 sebanyak 4.333 kasus. Jumlah kasus AIDS tahun
3 2009 sampai dengan 2010 sebanyak 1.900 kasus, 2011 sampai dengan 2012 mengalami penurunan menjadi 1.223 kasus. Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan merupakan selah satu penyebab menularnya virus HIV, berhubungan seksual baik melalui anal, oral, maupun vagina (Nursalam, 2009). Salah satu kelompok risiko tinggi adalah Wanita Pekerja Seks (WPS). Kelompok WPS sangat rentan tertular HIV akibat hubungan seks dan perilaku seks yang tidak aman (KPA, 2009). beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kondom antara lain adalah pengetahuan, aksesibilitas, penjangkauan, dan aturan penggunaan kondom (Ariani, 2010). Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang merupakan penyumbang kasus HIV/AIDS yang bisa dibilang besar. Data terbaru dari Puskemas Gondanglegi yang terjangkit HIV/AIDS di Gondanglegi sebanyak 188 orang dan 15% dari total yang terjangkit HIV adalah PSK (Pekerja Seks Komersial). Setelah peneliti mewawancara langsung empat orang PSK (Pekerja Seks Komersial) tentang perilaku penggunaan kondom dalam berhubungan seks dengan pelanggan, tiga dari empat PSK mengatakan bahwa selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dengan pelanggan, karena para PSK mengaku takut akan tertular HIV dari para pelanggan, dan satu dari empat mengatakan kadang-kadang tidak menggunakan kondom jika pelanggan menolak untuk menggunakan kondom, karena takut akan kehilangan pelanggannya dan berganti pasangan dengan PSK yang lainya sehingga dia tidak mendapatkan pendapatan, dan menurut laporan dari salahsatu petugas di puskesmas yang bertugas melakukan pemeriksaan rutin pada PSK mengatakan ada PSK yang menggunakan alkohol/minuman keras untuk membersihkan area intim mereka (vagina), dari hasil studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan ada beberapa PSK yang masih memiliki perilaku yang menyebabkan mereka menjadi
4 beresiko lebih tinggi dibanding PSK yang berperilaku protektif terhadap HIV selama berhubungan seksual dengan para pelanggannya. Pencegahan adalah mengambil tindakan antisipasi untuk mengurangi kemungkinan timbulnya atau berkembangnya suatu kejadian atau kondisi, atau untuk meminimalkan kerusakan akibat kejadian atau kondisi tersebut jika ini benar-benar terjadi (George, 2009). Pencegahan diri dari HIV yang dilakukan oleh para PSK haruslah wajib dilakukan untuk menurunkan resiko tertularnya virus ini, Menurut Nursalam (2007), Pencegahan penularan HIV pada wanita dilakukan secara primer yang mencakup mengubah perilaku seksual, salahsatunya adalah penggunaan kondom ketika berhubungan seksual. PSK yang memiliki pemahaman tinggi tentang HIV/AIDS akan memiliki kecemasan tinggi untuk tertular HIV/AIDS, sedangkan PSK yang memiliki pemahaman rendah tentang HIV/AIDS akan memiliki kecemasan tertular HIV/AIDS yang rendah. Masih banyak PSK (Pekerja Seks Komersial) yang belum menyadari bahwa mereka termasuk sebagai kelompok risiko tinggi (Ariani, 2010). Pemahaman yang kurang terhadap HIV ini yang membuat PSK (Pekerja Seks Komersial) tidak sadar bahwa mereka sangat rentan untuk terkena HIV/AIDS sehingga masih banyak yang memiliki sikap yang kurang dalam melakukan perilaku seksual yang aman, seperti masih banyak PSK (Pekerja Seks Komersial) yang mau melayani pelanggan yang tidak menggunakan kondom. Menurut laporan dari salah satu LSM yang bertugas di lokalisasi tempat peneliti akan meneliti sudah berjalan program-program salah satunya adalah penyuluhan tentang HIV/AIDS, namun para ada beberapa PSK yang tidak selalu paham dan dalam waktu beberapa jam sudah tidak mengingat lagi tentang apa yang mereka dapatkan tantang HIV/AIDS, bahkan untuk mensiasati itu petugas LSM
5 hampir setiap hari memberikan pengarahan dan pengetahuan tentang bahayanya bekerja sebagai PSK. Maka dari itulah peneliti menarik kesimpulan untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan yang para PSK dapat dari berbagai sumber dengan perilaku para PSK. Dari data di atas jelas model penularan terbesar prevalensinya adalah dengan hubungan seksual yang tidak aman tanpa menggunakan perlindungan diri. Melihat fenomena saat ini rata-rata kota di Indonesia memiliki tempat prostitusi/lokalisasi. Hal itulah yang membuat jumlah para pekerja seks komersial (PSK) semakin banyak dan memiliki resiko terjangkit virus HIV ini, mengingat pekerjaan mereka melakukan hubungan intim dengan berganti-ganti pasangan dengan ada beberapa PSK yang memiliki tingkat pendidikan rata-rata tidak tamat/lulus SD, bahkan dari pengakuan beberapa PSK di tempat penelitian peneliti mengaku mereka (PSK) tidak selalu menggunakan pelindung (kondom) dalam melakukan hubungan dengan para pelanggan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian berkaitan dengan Hubungan Tingkat Pengetahun PSK (Pekerja Seks Komersial) tentang HIV/AIDS dengan perilaku proteksi diri dari HIV/AIDS pada PSK X di Kabupaten Malang. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan pekerja seks komersial tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan diri dari penularan HIV/AIDS pada pekerja seks komersial di Lokalisasi X di Kabupaten Malang
6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan para pekerja seks komersial (PSK) tentang HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan diri dari penularan HIV/AIDS pada pekerja seks komersial (PSK) di Lokalisasi X di Kabupaten Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mendeskripsikan gambaran pengetahuan tentang HIV/AIDS pada pekerja seks komersial di Lokalisasi X di Kabupaten Malang 2. Untuk mendeskripsikan gambaran prilaku pencegahan diri dari penularan HIV/AIDS pada pekerja seks komersial di Lokalisasi X di Kabupaten Malang 3. Untuk menganalisis apakah ada hubungan pengetahuan pekerja seks komersial (PSK) terhadap HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan diri dari penularan HIV/AIDS pada pekerja seks komersial (PSK) di Lokalisasi X di Kabupaten Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti, serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian menjadi sumber referensi pada penelitian berikutnya. 1.4.2 Manfaat Bagi PSK Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi pekerja seks komersial (PSK) karena akan menjadi bahan acuan sebagai perilaku pencegahan diri dari penularan HIV/AIDS pada saat para PSK melakukan hubungan intim dengan para tamunya.
7 1.4.3 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan dan Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi kesehatan guna mengetahui masalah atau kendala apa yang dialami para pekerja seks komersial untuk mencegah peningkatan angka kejadian HIV/AIDS 1.4.4 Manfaat Bagi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi bagi keperawatan komunitas terutama di Puskesmas daerah guna mencegah angka kejadian HIV/AIDS meningkat terutama pada pekerja seks komersial yang dimana menjadi orang paling beresiko terjangkit virus HIV. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian Aspitasari (2008), meneliti tentang Hubungan antara tingkat kecemasan terjangkit HIV/AIDS dengan aktivitas menggunakan jasa para pengguna PSK di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Perbedaan dengan penelitian pada variabel dependen dan variabel independen, pada penelitian ini variabel dependennya tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dan variabel independennya pemilihan cara proteksi diri dari HIV/AIDS. Selain itu tujuan, tujuan penelitian juga berbeda. Tujuan penelitian dari Aspitasari untuk mengetahui tingkat kecemasan tertular HIV/AIDS para pengguna jasa PSK. Sama halnya dengan penelitian ini yang ingin mengetahui bagaimana tingkat kecemasan para PSK tertular HIV/AIDS tetapi lebih spesifik ke perilaku PSK dalam memproteksi diri dari HIV. Penelitian Anurmalasari, dkk (2009), meneliti tentang hubungan antara pemahaman tentang HIV/AIDS dengan kecemasan tertular HIV/AIDS pada WPS (Wanita Pekerja Seks) langsung di Cilacap. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel independen serta pada tujuan penelitiannya. Pada penelitian yang dilakukan Anurmalasari, dkk variabel independennya adalah tentang tingkat
8 kecemasan para WPS (wanita pekerja seks) akan tertular HIV/AIDS sedangkan dalam penelitian ini variabel independennya bagaimana perilaku diri para PSK dari pencegahan penularan HIV dan tujuannya penelitian Anurmalasari, dkk untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan para WPS akan terserang virus HIV sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemilihan cara proteksi diri dari HIV/AIDS pada PSK di Lokalisasi X di Kabupaten Malang. Penelitian Juliastika, dkk (2011) meneliti tentang Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap dan tindakan penggunaan kondom Pria pada Wanita Pekerja Seks di Kota Manado. Jika dibandingkan, penelitian Juliastika, dkk dengan penelitian ini sama-sama mencari sebuah hubungan. Penelitian ini lebih luas ruang lingkupnya tentang proteksi diri dari HIV (Universal Percausion dari HIV) sedangkan penelitian dari Juliastika, dkk meneliti tentang proteksi diri dari HIV tetapi lebih spesifik pada penggunaan kondom bagi para pengguna jasa WPS. 1.6 Batasan Istilah Penelitian Dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang digunakan diantaranya : 1. Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diperoleh seseorang dengan melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dengan menggunakan panca inderanya (mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah). 2. Perilaku Pencegahan Pencegahan adalah mengambil tindakan antisipasi untuk mengurangi kemungkinan timbulnya atau berkembangnya suatu kejadian atau kondisi, atau untuk meminimalkan kerusakan akibat kejadian atau kondisi tersebut jika ini benar-benar terjadi.
9 3. Pekerja Seks Komersial adalah golongan yang diacuhkan oleh kalangan islam dan dianggap penyimpangan dalam system sosial kemasyarakatan karena itu mereka disebut WTS (Wanita Tuna Susila).