BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Saluran pemasaran merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di subdistrito Ainaro Vila dan Suco Nugufu, distrito

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang menghubungkan

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

IV. METODE PENELITIAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN


METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BIAYA DAN MARJIN PEMASARAN

7. KINERJA RANTAI PASOK

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

IV. METODE PENELITIAN

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS TATANIAGA BERAS

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN)

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

IV. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

HASIL DAN PEMBAHASAN

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

Rendahnya share harga yang diterima distribusi marjin pemasaran, lembaga. petani ini disebabkan karena harga pemasaran yang memperoleh keuntungan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KUBIS DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAMBU AIR DI DESA MRANAK KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis

ANALISIS TATANIAGA BERAS DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh beberapa lembaga atau organisasi dalam proses penyaluran kopi Arabika dari produsen hingga konsumen. Aktivitas saluran pemasaran kopi Arabika dari petani hingga konsumen akhir memerlukan peran pedagang perantara atau lembaga pemasaran yang memiliki peranan penting dalam menyalurkan hasil produksi dalam kegiatan pemasaran. Hasil penelitian saluran pemasaran kopi Arabika di subdistrito Ainaro Vila memiliki tiga pola saluran pemasaran dan melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang terdiri atas petani, tengkulak, pedagang besar, pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang pengecer. Hadirnya lembaga pemasaran tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya marjin pemasaran, keuntungan serta biaya pemasaran yang akan dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika. Pola saluran pemasaran yang terbentuk yakni sebagai berikut : 1. Pola Saluran tipe I : Petani pedagang besar pedagang pengecer konsumen (supermarket). 2. Pola Saluran tipe II : Petani pedagang pengumpul kecamatan pedagang besar pedagang pengecer konsumen (supermarket) 3. Pola Saluran tipe III : Petani tengkulak pedagang pengumpul kecamatan pedagang besar pedagang pengecer konsumen (supermarket).

Dari pola pemasaran yang terbentuk, lembaga pemasaran memiliki peranan penting dalam menyalurkan kopi Arabika, mengingat di subdistrito Ainaro Vila dan Nugufu, tidak tersedianya industri pengolahan kopi Arabika dalam skala besar, namun hanya tersedia industri pengolahan kopi dalam dalam skala menengah di mana hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar (lokal) khususnya konsumen yang berada di subdistrito Ainaro Vila dan Nugufu. Secara keseluruhan pola saluran pemasaran kopi Arabika, disajikan pada gambar berikut : Petani Tengkulak Pedagang pengumpul kecamatan Pedagang pengumpul kecamatan Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Pengecer Pedagang Pengecer Pedagang Pengecer Konsumen (supermarket) Konsumen (supermarket) Konsumen (supermarket) Gambar 6. Pola Saluran Pemasaran Kopi Arabika di subdistrito Ainaro Vila.

5.1.1 Pola Saluran Pemasaran Tipe I Pada pola saluran pemasaran tipe I, menunjukkan pola saluran pemasaran terpendek, di mana hanya melibatkan tiga lembaga pemasaran yakni petani, pedagang besar dan pedagang pengecer. Dari 20 petani responden yang diteliti diketahui ada 13 orang petani yang menjual kopi buah merah langsung kepada pedagang besar, dengan jumlah yang kopi Arabika yang dijual berbeda-beda meliputi sepuluh orang menjual dengan jumlah 1000kg, satu orang 700kg, tiga orang 300kg dan dua orang 500kg. Sedangkan sisa petani responden menjual dalam bentuk kopi tanduk ke tengkulak. Penentuan harga jual kopi Arabika berdasarkan pada informasi harga jual yang diperoleh dari pedagang besar, sehingga petani hanya menerima harga (price taker) karena posisi tawar menawar (bargaining power) lemah, hal ini disebabkan oleh karena sebelum pasca panen, pedagang besar telah melakukan survey terhadap petani yang akan melakukan panen kopi buah merah. Pada pola saluran tipe I, kopi buah merah yang dijual oleh petani kepada pedagang besar sebesar USD $0,33 per kg. Proses penjualan dilakukan di lokasi, di mana petani duduk dan sambil menunggu pedagang besar yang datang untuk membeli kopi Arabika yang sudah disediakan dipinggir jalan raya. Setelah membeli kopi buah merah kemudian pedagang besar mendistribusikan hasil kopi Arabika yang telah diolah ke pedagang pengecer dengan harga jual sebesar USD $2,25 per kg. Selanjutnya pedagang pengecer menyalurkan kopi Arabika ke konsumen (supermarket) dengan harga jual sebesar USD $3,00 per bungkus. Biaya pemasaran yang ditanggung pada pola saluran pemasaran tipe I, oleh setiap lembaga pemasaran meliputi biaya tenaga kerja sebesar USD $0,15 yang ditanggung oleh petani, pedagang besar sebesar USD $0,55 dan pedagang pengecer sebesar USD $0,35. Sistem pembayaran pada saluran pemasaran tipe I dibayar tunai

(cash), baik ditingkat petani dengan pedagang besar maupun pedagang besar dengan pedagang pengecer. 5.1.2 Pola Saluran Pemasaran Tipe II Pada saluran pemasaran tipe II hanya melibatkan empat lembaga pemasaran yakni petani, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar dan pedagang pengecer. Petani menjual langsung kopi tanduk (parchment) ke pedagang pengumpul kecamatan dengan harga jual sebesar USD $0,37 sen per kg. Selain membeli kopi tanduk dari petani di subdistrito Ainaro Vila, pedagang pengumpul kecamatan juga membeli kopi tanduk di luar kecamatan subdistrito Ainaro Vila dan Nugufu, yang juga menjual kopi Arabika. Hal ini dilakukan oleh karena untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan dari pedagang besar. Setelah semua persediaan terpenuhi, kemudian pedagang pengumpul kecamatan mendistribusikan kopi Arabika menuju ke kota Dili untuk dijual ke pedagang besar dengan harga jual sebesar USD $2,50 per kg. Kemudian pedagang besar mengolah kopi Arabika yang telah di beli sebelum diteruskan ke tangan pedagang pengecer dengan harga jual sebesar USD $3,50 per kg, selanjutnya pedagang pengecer menyalurkan kopi Arabika ke konsumen (supermarket) dalam bentuk kopi bubuk dengan harga jual sebesar USD $5,00 per bungkus. Biaya pemasaran yang di tanggung oleh setiap lembaga pemasaran yang pada saluran pemasaran tipe II mencakup biaya bongkar muat, transportasi, penyimpanan dan pengemasan yang ditanggung oleh pedagang pengumpul sebesar USD $0,35 per kg, sementara biaya pemasaran yang ditanggung oleh pedagang besar sebesar USD $0,45 kg dan pedagang pengecer sebesar USD $0,50 per kg. Sistem pembayaran yang dilakukan pada saluran pemasaran tipe II sama dengan saluran tipe I yakni pembayaran dibayar secara tunai (cash) baik ditingkat petani maupun tingkatan

lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses penjualan dan pembelian kopi Arabika. 5.1.3 Pola Saluran Pemasaran Tipe III Pada saluran tipe III, menunjukkan pola saluran terpanjang, di mana melibatkan lima lembaga pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika. Kelima lembaga pemasaran tersebut meliputi : petani, tengkulak, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar dan pedagang pengecer. Proses penjualan kopi Arabika yang dilakukan oleh petani yakni menjual kopi tanduk (parchment) kepada tengkulak dengan harga jual USD $0,37 per kg. Selanjutnya tengkulak membawa kopi yang telah diproses dan dipacking ke tempat pedagang pengumpul kecamatan untuk dijual dengan harga per kilonya sebesar USD $1,70 per kg. Setelah membeli kopi tanduk dari tengkulak, pedagang pengumpul kecamatan tidak langsung menjual kopi tanduk ke pedagang besar, namun pedagang pengumpul kecamatan melakukan penyimpanan terlebih dahulu dan mengumpulkan lagi kopi tanduk dari petani lain yang berada di luar desa atau kecamatan. Hal ini dilakukan karena pedagang pengumpul ingin mendapat keuntungan dari hasil penjualan kopi tanduk. Selanjutnya kopi Arabika diangkut ke pusat pengolahan kopi yang berpusat kota Dili untuk dijual ke pedagang besar dengan harga jual sebesar USD $2,50 per kg. Dari pedagang besar akan diolah menjadi kopi beras (green bean), dari hasil pengolahan tersebut kopi beras sebagian diekspor dan sebagian dijual ke pedagang pengecer dengan harga jual sebesar USD $3,50, kemudian pedagang penegecer menyalurkan kopi Arabika yang telah diolah menjadi kopi bubuk ke konsumen (supermarket) dengan harga jual sebesar ke USD $5,00 per bungkus. Biaya pemasaran yang dikeluarkan pada pola saluran pemasaran tipe III terdiri atas biaya tenaga kerja dan transportasi yang ditanggung oleh tengkulak

sebesar USD $0,30 per kg, pedagang pengumpul kecamatan sebesar USD $0,35 per kg, pedagang besar sebesar USD $0,45 per kg dan pedagang pengecer sebesar USD $0,50 per kg. Sistem pembayaran yang terjadi pada tipe pola saluran pemasaran tipe III, sama dengan tipe pola saluran pemasaran tipe I dan II yakni sistem pembayaran dilakukan secara tunai (cash) pada setiap tingkatan saluran pemasaran yang dilalui oleh setiap lembaga pemasaran. 5.2 Analisis Kinerja Pasar Produk Pertanian Kinerja pasar adalah ukuran presentasi yang diperoleh dari aktifitas proses pemasaran kopi Arabika secara menyeluruh dari setiap lembaga pemasaran dengan menggunakan beberapa indikator efisiensi pemasaran meliputi : marjin pemasaran, farmer share dan rasio keuntungan biaya. 5.2.1 Analisis Marjin Pemasaran Produk Pertanian Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui selisih harga jual kopi Arabika yang diterima oleh petani dengan harga beli yang dibayarkan oleh konsumen diberbagai tingkat saluran pemasaran. Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat, maka semakin panjang saluran pemasaran kopi Arabika yang pada akhirnya menyebabkan marjin pemasaran semakin tinggi. Dalam penelitian ini, untuk menghitung marjin pemasaran didasarkan pada pola saluran pemasaran yang terbentuk yakni tiga tipe pola saluran pemasaran. Dari ketiga tipe pola saluran yang terbentuk, akan dihitung marjin pemasaran, biaya pemasaran, farmer share dan keuntungan pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga

pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika. Marjin pemasaran, keuntungan dan farmer share dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : 1. Marjin pemasaran dapat dihitung dengan cara pengurangan antara harga beli ditingkat pedagang dengan harga jual ditingkat petani. Lebih jelasnya marjin pemasaran dapat dihitung sebagai berikut : Mp = pr - pf = USD $2,25 - USD $0,33 Mp = USD $1,92 2. Keuntungan didapat dari hasil pengurangan antara marjin pemasaran dan biaya pemasaran pada setiap tingkatan saluran pemasaran. Lebih jelasnya keuntungan pemasaran dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Keuntungan = marjin - biaya pemasaran = USD $1,92 - USD $0,55 = USD $1,37 3. Farmer share didapat dari hasil pembagian antara harga beli ditingkat petani dibagi harga jual ditingkat pedagang dikali seratus persen. Farmer share dapat dihitung dengan cara : Fs = pf / pr x 100% = USD $0,33 / USD $3.00 x 100% Fs = 11% Dari hasil saluran pemasaran yang terbentuk dapat diketahui marjin pemasaran, farmer share dan keuntungan biaya pemasaran yang diperoleh dari setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan kopi Arabika di subdistrito Ainaro Vila. Besarnya marjin dan keuntungan pemasaran yang terjadi pada setiap tipe pola saluran pemasaran kopi Arabika di subdistrito Ainaro Vila, disajikan pada tabel 12.

Tabel 12. Analisis Marjin Pemasaran Kopi Arabika Pada Saluran Pemasaran Tipe I, II, III di subdistrito Ainaro Vila Sal I Sal II Sal III No Lembaga Pemasaran USD USD USD % % ($/kg) ($/kg) ($/kg) % 1 Petani a Harga Jual $ 0,33 11 $ 0,37 7,4 $ 0,37 7,4 b B.pemasaran $ 0,15 5 $ 0,15 3 $ 0,25 5 c Keuntungan $ 0,18 6 $ 0,22 4,4 $ 0,12 2,4 2 Tengkulak a Harga Beli $ 0,37 7,4 b B.pemasaran $ 0,30 6 c Harga Jual $ 1,70 34 d Marjin $ 1,33 26,6 e Keuntungan $ 1,03 20,6 3 Pedagang Pengumpul Kec. a Harga Beli $ 0,37 7,4 $ 1,70 34 b B.pemasaran $ 0,35 7 $ 0,35 7 c Harga Jual $ 2,50 50 $ 2,50 50 d Marjin $ 2,13 42,6 $ 0,80 16 e Keuntungan $ 1,78 35,6 $ 0,45 9 4 Pedagang Besar a Harga Beli $ 0,33 11 $ 2,50 50 $ 2,50 50 b B.pemasaran $ 0,55 18.33 $ 0,45 9 $ 0,45 9 c Harga Jual $ 2,25 75 $ 3,50 70 $ 3,50 70 d Marjin $ 1,92 64 $ 1,00 20 $ 1,00 20 e Keuntungan $ 1,37 45.67 $ 0,55 11 $ 0,55 11 5 Pedagang Pengecer a Harga Beli $ 2,25 75 $ 3,50 70 $ 3,50 70 b B.pemasaran $ 0,35 11.67 $ 0,50 10 $ 0,50 10 c Harga Jual $ 3,00 100 $ 5,00 100 $ 5,00 100 d Marjin $ 0,75 25 $ 1,50 30 $ 1,50 30 e Keuntungan $ 0,40 13,33 $ 1,00 20 $ 1,00 20 Total Biaya Pemasaran (Ci) $ 1,05 35 $ 1,45 29 $ 1,85 37 Total Keuntungan (πi) $ 1,95 65 $ 3,55 71 $ 3,15 63 Total Marjin $ 2,67 89 $ 4,63 92,60 $ 4,63 92,60 Sumber : Data Primer diolah, 2016 Pada tabel 12, diketahui bahwa nilai total marjin terbesar kopi Arabika di subdistrito Ainaro Vila terdapat pada pola saluran tipe II dan III yakni sebesar USD $4,63 per kg, besarnya marjin pemasaran pada pola saluran tipe II dan III disebabkan

oleh karena adanya perbedaan pada jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan kopi Arabika dari petani ke padagang dan harga jual kopi Arabika yang diterima oleh petani pada setiap pola saluran pemasaran berbeda-beda baik itu antara pedagang pengumpul, tengkulak, pedagang besar maupun pedagang pengecer, sedangkan total marjin pemasaran terendah terdapat pada pola saluran pemasaran tipe I yakni sebesar USD $2,67 per kg, hal ini disebabkan jumlah lembaga yang terlibat dalam memasarkan kopi Arabika lebih sedikit. Total keuntungan terbesar terdapat pada pola saluran tipe II yakni sebesar USD $3,55 per kg, sementara keuntungan terendah terdapat pada pola saluran tipe I yakni sebesar USD $1,95 per kg, hal ini disebabkan oleh karena lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan kopi Arabika lebih sedikit, sehingga biaya pemasaran yag dikeluarkan pun lebih kecil yakni sebesar USD $1,05 per kg. Total biaya pemasaran terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran tipe III yakni sebesar USD $1,85 per kg, pada pola saluran pemasaran tipe II sebesar USD $1,45 per kg dan total biaya pemasaran terendah pada pola saluran pemasaran tipe I sebesar USD $1,05 per kg, hal ini disebabkan oleh karena banyaknya lembaga yang terlibat dalam memasarkan kopi Arabika, sehingga menyebabkan adanya tambahan biaya dalam proses pengolahan kopi Arabika yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran. Jika dilihat dari total marjin pemasaran, pola saluran pemasaran tipe I merupakan saluran yang efisien, karena memiliki marjin terkecil dengan tipe pola saluran pemasaran terpendek, namun dilihat dari total keuntungan pemasaran yang diperoleh pola saluran pemasaran tipe I dikatakan belum efisien, hal ini disebabkan oleh karena pendeknya saluran dan rendahnya harga jual kopi Arabika. Dian Herawati (2012) menyatakan besarnya marjin untuk setiap saluran tataniaga dipengaruhi oleh

volume penjualan, jarak lokasi pemasaran, panjang pendeknya rantai pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran serta struktur pasar yang dihadapi. Suatu saluran dikatakan efisien apabila harga yang diterima petani atau produsen kopi Arabika lebih besar daripada marjin pemasaran keseluruhan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola saluran pemasaran tipe II merupakan saluran yang efisien, karena memiliki nilai total keuntungan yang terbesar dari pola saluran pemasaran tipe I dan III. Besarnya keuntungan yang diperoleh disebabkan oleh karena harga jual yang diterima petani atau produsen kopi Arabika lebih besar dalam memasarkan kopi Arabika. 5.2.2 Analisis Farmer Share Analisis farmer s share digunakan untuk mengetahui perbandingan persentase harga kopi Arabika yang diterima petani kopi Arabika dengan harga yang dibayar ditingkat pedagang (konsumen akhir). Bagian (share) yang diterima petani dinyatakan dalam persen (%). Besar kecilnya framer s share dipengaruhi oleh jenis dan jumlah produksi serta biaya pemasaran karena adanya tambahan nilai (value added) yang dilakukan oleh pedagang dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Farmer share berhubungan negatif dengan marjin pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka share yang akan diterima oleh petani semakin kecil. Siregar (2010) menyatakan bahwa besar kecilnya farmer s share tidak selalu menunjukkan besar kecilnya keuntungan yang diterima oleh petani. Semakin panjang saluran pemasaran maka bagian (share) harga yang diterima petani semakin kecil, walaupun harga yang dibayarkan konsumen semakin besar. Farmer share yang diterima oleh petani pada saluran pemasaran kopi Arabika pada subdistrito Ainaro Vila, distrito Ainaro disajikan pada tabel 13.

Tabel 13. Farmer share Saluran Pemasaran Kopi Arabika di subdistrito Ainaro Vila Saluran Pemasaran Harga di Tingkat Petani ($/kg) Harga di Tingkat Konsumen ($/kg) Farmer Share (%) Saluran I $ 0,33 $ 3,00 11 Saluran II $ 0,37 $ 5,00 7,40 Saluran III $ 0,37 $ 5,00 7,40 Sumber : Data primer diolah, 2016 Pada tabel 13, dapat di lihat bahwa bagian (share) yang diterima oleh petani sebesar 11,00 persen terdapat pada pola saluran pemasaran tipe I, hal ini dikarenakan pada pola saluran tipe I merupakan saluran terpendek yang dilalui dalam memasarkan kopi Arabika, sedangkan pada pola saluran pemasaran tipe II dan III bagian (share) yang diterima oleh petani sebesar 7,40 persen, namun jika dilihat dari total keuntungan yang didapat, saluran pemasaran tipe II lebih mengguntungkan bagi petani walaupun share yang di terima oleh petani kecil sebesar 7,40 persen, hal ini disebabkan oleh karena tingginya harga jual kopi Arabika. Dengan demikian pola saluran pemasaran tipe II merupakan saluran pemasaran yang paling mengguntungkan bagi petani dalam memasarkan kopi Arabika. 5.2.3 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Rasio keuntungan digunakan untuk melihat sebaran keuntungan dan biaya pemasaran yang ditanggung oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika. Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan atau ditanggung oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika. Biaya pemasaran meliputi biaya pengangkutan, penyimpanan, pembersihan, penyusutan, sortasi dan garding, bongkar muat, pemesanan, tenaga kerja, transportasi dan pengemasan.

Pada tabel 12, diketahui total biaya pemasaran yang ditanggung pada pola saluran tipe I sebesar USD $1,05 per kg. Biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang besar yakni sebesar USD $0,55 per kg dan biaya pemasaran terendah oleh ditanggung oleh petani sebesar USD $0,15 per kg. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran terbesar diperoleh oleh pedagang besar sebesar USD $1,37 per kg dan keuntungan lembaga pemasaran terendah diperoleh oleh peyani yakni sebesar USD $0,18 per kg. Besarnya biaya pemasaran yang ditanggung pada saluran pemasaran tipe I dalam memasarkan kopi Arabika disajikan pada lampiran 5. Total keuntungan lembaga pemasaran pada pola saluran pemasaran tipe II sebesar USD $3,55 per kg. Keuntungan lembaga pemasaran terendah diperoleh oleh petani yakni sebesar USD $0,22 per kg, dan keuntungan terbesar didapat pada pedagang pengumpul kecamatan yakni sebesar USD $1,78 per kg. Sedangkan biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer sebesar USD $0,50 per kg, dan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh petani sebesar USD $0,15 per kg. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan pada saluran tipe II, dalam memasarkan kopi Arabika disajikan pada lampiran 6. Total biaya pemasaran yang ditanggung pada pola saluran tipe III sebesar USD $1,85 per kg. Keuntungan terbesar didapat oleh tengkulak sebesar USD $1,03 per kg dan keuntungan terkecil didapat oleh petani sebesar USD $0,12 per kg. Selanjutnya biaya pemasaran terendah ditanggung oleh petani sebesar USD $0,25 per kg dan biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer sebesar USD $0.50 per kg. Besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan pada pola saluran tipe III dalam memasarkan kopi Arabika disajikan pada lampiran 7. Suatu saluran pemasaran dikatakan efisien apabila penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran merata, artinya setiap satu sen biaya

pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika akan memberikan keuntungan merata antara setiap lembaga yang satu dengan lainnya yang berada pada saluran pemasaran tersebut. Besarnya rasio keuntungan pada setiap lembaga pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran disajikan pada tabel 14. Tabel 14. Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran Pada Saluran Pemasaran Kopi Arabika di subdistrito Ainaro Vila No Lembaga Pemasaran Saluran Pemasaran I II III 1 Petani a πi $ 0,18 $ 0,22 $ 0,12 b Ci $ 0.15 $ 0,15 $ 0,25 c Rasio πi/ci 1,2 1,47 0,48 2 Tengkulak a πi $ 1,03 b Ci $ 0,30 c Rasio πi/ci 3,43 3 Pedagang Pengumpul Kecamatan a πi $ 1,78 $ 0,45 b Ci $ 0,35 $ 0,35 c Rasio πi/ci 5,09 1,29 4 Pedagang Besar a πi $ 1,37 $ 0,55 $ 0,55 b Ci $ 0,55 $ 0,45 $ 0,45 c Rasio πi/ci 2,49 1,22 1,22 5 Pedagang Pengecer a πi $ 0,40 $ 1,00 $ 1,00 b Ci $ 0,35 $ 0,50 $ 0,50 c Rasio πi/ci 1,14 2,00 2,00 Total πi $ 1,95 $ 3,55 $ 3,15 Ci $ 1,05 $ 1,45 $ 1,85 Rasio keuntungan biaya : πi/ci 1,86 2,45 1,70 Sumber : Data Primer diolah, 2016 Keterangan : πi : keuntungan lembaga pemasaran Ci : Biaya Pemasaran

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa total rasio keuntungan dan biaya pemasaran yang didapat oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika pada pola saluran pemasaran tipe I adalah sebesar 1,86 persen, pada pola saluran pemasaran tipe II sebesar 2,45 persen dan pada pola saluran tipe III sebesar 1,70 persen. Rasio keuntungan dapat diperoleh dari membagi keuntungan yang diperoleh oleh setiap lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam memasarkan kopi Arabika. Jika nilai πi/ci lebih dari satu (πi/ci>1) maka kegiatan pemasaran tersebut menguntungkan, sebaliknya jika nilai πi/ci kurang dari satu (πi/ci<1) maka kegiatan tersebut tidak memberikan keuntungan (Asmarantaka, 2012). Efisiensi pemasaran dapat tercapai apabila sistem pemasaran memberikan kepuasan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemasaran kopi Arabika yakni produsen, lembaga pemasaran dan konsumen akhir. Kegiatan pemasaran dikatakan efisien apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 2002). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara efisiensi operasional analisis saluran pemasaran yang dilakukan menunjukkan pola saluran pemasaran tipe II merupakan pola saluran yang efisien, karena memiliki nilai keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pola saluran pemasaran lainnya serta penyebaran rasio terhadap keuntungan relatif merata dan menguntungkan petani.