BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dilakukan analisis model Fixed Effect beserta pengujian

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. ekonomi, variabel pertumbuhan ekonomi yaitu pendapatan asli daerah, investasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang muncul bersumber dari variasi data cross section yang digunakan. Pada

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Metode anlisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Model Regresi dengan Variabel Dependen PAD. a. Pemilihan Metode Estimasi untuk Variabel Dependen PAD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH, INFRASTRUKTUR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji. Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. per fungsi terhadap pertumbuhan ekonomi 22 kabupaten tertinggal dengan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari : 1. Kab. Banjarnegara 13. Kab. Demak 25. Kab.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN REGRESI PANEL TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN/KOTA JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB III METODE PENELITIAN

1) Kriteria Ekonomi Estimasi model dikatakan baik bila hipotesis awal penelitian terbukti sesuai dengan tanda dan besaran dari penduga.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

DAFTAR ISI Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 15

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh investasi,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan di Jawa Barat tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. implementasi kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Sulawesi Barat. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

BAB III. Metode Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Jawa Periode tahun karena di Pulau Jawa termasuk pusat pemerintahan

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III OBYEK & METODE PENELITIAN. Dengan pengertian obyek penlitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:38)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tenggara Barat dengan menggunakan data variabel kemiskinan digunakan

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

Transkripsi:

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Infrastruktur Listrik dan Belanja Pemerintah pada Bidang Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 15 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan selama tahun 2013-2015. Alat analisis yang digunakan adalah data panel dengan model analisis Fixed Effect dan diselesaikan melalui program statistik komputer, yaitu Eviews 7.0. Hasil yang disajikan dalam bab ini adalah estimasi terbaik yang dapat memenuhi kriteria teori ekonomi, statistik maupun ekonometri. Hasil estimasi diharapkan mampu menjawab hipotesis yang diajukan dalam studi ini. Berdasarkan model regresi data panel terdapat dua jenis pendekatan, yaitu fixed effect dan random effect. Untuk menentukan model yang sesuai, peneliti menggunakan komponen tahapan pengujian Uji Chow dan Uji Hausman. A. Pemilihan Model Dalam data panel terdapat tiga pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan kuadrat terkecil (ordinary/pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Pemilihan model pertama kali dengan Uji Chow untuk menentukan pooled atau fixed effect yang digunakan. Pemilihan metode pengujian data digunakan pada seluruh data sampel (11 kabupaten dan 4 kota). Jika nilai F statistik pada Uji Chow signifikan, maka Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara metode fixed effect atau random effect. Uji Hausman dengan asumsi nilai probabilitas 60

61 kurang dari α adalah signifikan, artinya fixed effect yang dipilih untuk mengolah data panel. Pemilihan metode pengujian dilakukan dengan menggunakan pilihan fixed effect dan random effect serta mengkombinasikan cross-section, period maupun gabungan cross-section/period. 1. Uji Chow Uji Chow menentukan model terbaik antara fixed effect dengan common/pooled effect. Jika hasilnya menerima hipotesis nol maka model terbaik adalah common. Akan tetapi jika hasilnya menolak hipotesis nol, maka model terbaik adalah fixed effect dan pengujian berlanjut ke Uji Hausman. Tabel 5.1 Uji Chow Cross-section Chi-square 244.478300 14 0,0000 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan Uji Chow di atas, kedua nilai probabilitas Crosssection F dan Cross-section Chi-Square lebih kecil dari α, sehingga menolak hipotesis nol. Jadi model terbaik yang digunakan adalah metode fixed effect. Berdasarkan hasil Uji Chow yang menunjukan hasil menolak hipotesis nol, maka pengujian data berlanjut ke Uji Hausman. 2. Uji Hausman Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 439.329831 (14,27) 0,0000 Uji Hausman merupakan tahapan pengujian untuk menentukan metode terbaik antara Random Effect dengan Fixed Effect. Jika hasil dari Uji Hausman menerima hipotesis nol, maka model terbaik yang

62 digunakan adalah Random Effect. Namun jika hasilnya menolak hipotesis nol, maka model terbaik yang digunakan adalah Fixed Effect. Tabel 5.2 Uji Hausman Test Summary Chi-Sq. statistik Chi- S.q d.f Prob. Cross- section random 12.114961 3 0.0070 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan table di atas, nilai probabilitas Cross-section random adalah 0.0070 yakni lebih kecil dari 0,05 sehingga menunjukan hasil menolak hipotesis nol. Jadi berdasarkan Uji Hausman, model terbaik yang digunakan adalah model Fixed Effect. 3. Analisis Model Data Panel Dalam penelitian ini model data panel yang digunakan adalah model Fixed Effect Model, model ini digunakan untuk mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model fixed effect menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar kabupaten/kota, perbedaan intersep bisa terjadi karena perbedaan PDRB, infrastruktur listrik, dan belanja pemerintah di bidang pendidikan. Namun demikian slopenya sama antar kabupaten/kota. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variabel (LSDV) (Basuki dan Yuliadi, 2015).

63 TABEL 5.3 Hasil Estimasi PDRB, Infratruktur Listrik dan Belanja Pemerintah di Bidang Pendidikan terhadap IPM di Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Selatan Variabel Dependen : Model IPM Fixed Effect Random Effect Konstanta 2.795925 3.006743 Standar error 0.203212 0.181049 t-statistic 13.75866 16.60735 Probabilitas 0.0000 0.0000 PDRB 0.026274 0.012998 Standar error 0.011817 0.010048 t-statistic 2.223378 1.293596 Probabilitas 0.0348 0.2030 JPL 0.115928 0.109538 Standar error 0.013521 0.012041 t-statistic 8.573957 9.097255 Probabilitas 0.0000 0.0000 PDK -0.009867-0.008273 Standar error 0.008291 0.007869 t-statistic -1.190045-1.051252 Probabilitas 0.2444 0.2993 R 2 0.997116 0.761193 F-Statistik 549.1553 43.56232 Prob(F-Stat) 0.000000 0.000000 Durbin-Watson Stat 2.027966 0.004934 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan uji spesifikasi model yang dilakukan dengan Uji Chow dan Uji Hausman, hasil keduanya menyarankan untuk menggunakan model fixed effect. Dan dari uji pemilihan terbaik maka model regresi yang digunakan dalam mengestimasi Produk Domestik Regional Bruto, Infrastruktur Listrik dan Belanja Pendidikan terhadap IPM di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah model fixed effect. Model ini dipilih

64 karena memiliki probabilitas masing-masing variabel independen yang lebih signifikan dibanding model lain. B. Hasil Estimasi Model Regresi Panel Setelah uji statistik untuk menentukan model yang dipilih dalam penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa model Fixed Effect yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pada model ini, tidak diperhatikan dimensi waktu, namun individu memiliki perbedaan. Berikut tabel yang berusaha menunjukkan hasil estimasi data dengan jumlah observasi sebanyak 15 kabupaten/kota tahun 2013-2015. Tabel. 5.4 Hasil Estimasi Fixed Effect Model Variabel Dependen : IPM model Fixed Effect Konstanta 2.795925 Standar error 0.203212 t-statistic 13.75866 Probabilitas 0.0000 PDRB 0.026274 Standar error 0.011817 t-statistic 2.223378 Probabilitas 0.0348 JPL 0.115928 Standar error 0.013521 t-statistic 8.573957 Probabilitas 0.0000 PDK -0.009867 Standar error 0.008291 t-statistic -1.190045 Probabilitas 0.2444 R 2 0.997116 F-Statistik 549.1553 Prob(F-Stat) 0.000000 Durbin-Watson Stat 2.027966 Sumber: Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews

65 Dari hasil estimasi di atas, dibuat model analisis data panel terhadap faktor-faktor yang memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia pada 15 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang disimpulkan dengan persamaan: IPMit = 2.795925 + 0.026274*PDRB + 0.115928*JPL - 0.009867*PDK (s.e) = 0.203212 0.011817 0.013521 0.008291 T = 13.75866 2.223378 8.573957-1.190040 Keterangan : α = 2.795925 diartikan bahwa jika semua variabel independen (Produk Domestik Regional Bruto, Infrastruktur Listrik dan Belanja Pendidikan ) dianggap bernilai nol maka IPM nya sebesar 2.795925 poin. B1 = 0.026274 diartikan bahwa dengan tingkat signifikansi 5% terdapat cukup bukti bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1 satuan akan menaikkan IPM Provinsi Sumatera Selatan sebesar 0.026274 poin (ceteris paribus). B2 = 0.115928 diartikan bahwa dengan tingkat signifikansi 5%, terdapat cukup bukti bahwa setiap kenaikan Infrastruktur Listrik sebesar 1 satuan menaikkan IPM Provinsi Sumatera Selatan rata-rata sebesar 0.115928 poin (ceteris paribus). B3 = Dengan signifikansi 5%, tidak terdapat cukup bukti bahwa belanja pemerintah di bidang pendidikan berpengaruh terhadap IPM di Provinsi Bengkulu (ceteris paribus).

66 C. Uji Statistik 1. Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (Produk Domestik Regional Bruto, Infrastruktur Listrik dan Belanja Pendidikan) memiliki hubungan terhadap IPM, oleh karena itu diperlukan pengujian dengan menggunakan uji statistik antara lain: a. Pengujian variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap IPM untuk mengetahui apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh atau tidak terhadap IPM dan sesuai dengan hipotesis dapat menjelaskan sebagai berikut: Uji Hipotesis H0 = Variabel Independen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. H1 = Variabel Independen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Berdasarkan hasil regresi fixed effect di atas, nilai probabilitas (tstatistik) variabel PDRB adalah 0.0348<0,05 maka H0 ditolak yang artinya variabel PDRB memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. b. Pengujian variabel Infrastruktur Listrik terhadap IPM untuk mengetahui apakah Infrastruktur Listrik berpengaruh atau tidak terhadap IPM dan sesuai dengan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut:

67 Uji Hipotesis H0 = Variabel independen Infrastruktur Listrik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. H1 = Variabel independen Infrastruktur Listrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Berdasarkan hasil regresi fixed effect di atas, nilai probabilitas (tstatistik) variabel Infrastruktur Listrik adalah 0.0000<0,05. Maka H0 ditolak yang artinya variabel Infrastruktur Listrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. c. Pengujian variabel Belanja Pendidikan terhadap IPM untuk mengetahui apakah belanja pemerintah di bidang pendidikan berpengaruh atau tidak terhadap IPM dan sesuai dengan hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut: Uji Hipotesis H0 = Variabel independen belanja pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. H1 = Variabel independen belanja pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM. Berdasarkan hasil regresi fixed effect di atas, nilai probabilitas (tstatistik) variabel belanja pendidikan adalah 0.2444>0,05. Maka H0 diterima yang artinya variabel independen balanja pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IPM.

68 D. Uji F Hasil perhitungan dengan Fixed Effect Model diketahui bahwa probabilitas nilai F hitung sebesar 0.000000 dan dengan ketentuan α = 5 %, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independent secara bersama-sama yang terdiri dari Produk domestik Regional Bruto, Jumlah Pelanggan Listrik dan Belanja Pendidikan. E. R-Squared Nilai R-squared atau koefisien determinasi berguna untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan himpunan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan angka antara 0 sampai 1. Nilai determinasi kecil menunjukkan kemampuan variasi variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai determinasi yang mendekati angka 1 memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Dari hasil olahan data menggunakan fixed effect model, diperoleh nilai R-squared sebesar 0,997 Artinya sebesar 99,7 % variasi pada IPM dapat dijelaskan oleh variasi pada variabel independen (PDRB, Infrastruktur Listrik, dan Belanja Pendidikan), sementara sisanya sebesar 0,3% dijelaskan oleh variasi lain di luar model.

69 F. Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Menurut Ajija, dkk (2011) multikolinearitas adalah hubungan linear antar variabel independen di dalam model regresi. Untuk menguji multikolinearitas, maka digunakan metode parsial antar variabel independen. Jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,85 maka diduga ada multikolinearitas dalam penelitian. Kombinasi data time series dan cross section mengakibatkan multikolinearitas berkurang. Penggabungan data, sebenarnya secara teknis dapat dikatakan bahwa masalah multikolinearitas tidak ada (Gujarati, 2006). Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas PNDK PDRB JPL PNDK 1.000000 0.737519 0.765199 PDRB 0.737519 1.000000 0.792363 JPL 0.765199 0.792363 1.000000 Sumber: Hasil pengolahan data menggunakan Eviews Berdasarkan pengujian metode korelasi parsial antar variabel independen di atas, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam penelitian. Hal tersebut dikarenakan nilai matriks covarians kurang dari 0,9. 2. Uji Heterokedastisitas Gujarati (2006) menyatakan bahwa heterokedastisitas memberikan arti bahwa dalam suatu model terdapat varian residual atas observasi yang berbeda. Cerminan penelitian yang baik adalah tidak mengandung heterokedastisitas apapun. Dalam uji ini, masalah muncul dari variasi data

70 cross section yang digunakan. Uji heterokedastisitas dalam hal ini digunakan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Mendeteksi masalah heterokedastisitas dalam data panel digunakan Uji Park, di mana probabilitas semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 5%. Keadaan ini menunjukan bahwa adanya varian yang sama atau terjadi homoskedastisitas antara nilai-nilai variabel independen dengan residual setiap variabel itu sendiri (Var Ui=σ u 2 ). Berikut ini output hasil Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Park yang ditunjukan pada tabel dibawah ini: Tabel 5.6 Uji Heterokedastisitas dengan Uji Park Variabel Prob. C 0.2496 PDRB 0.4265 JPL 0.4532 PDK 0.3647 Sumber : Hasil pengolahan data panel menggunakan Eviews Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas signifikansi semua variabel dalam penelitian ini lebih besar dari 5% (>0,05) sehingga tidak terdapat masalah heterokedastisitas. G. Uji Teori (Interpretasi Ekonomi) Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat dibuat suatu analisis dan pembahasan mengenai pengaruh variabel independen (PDRB, Infrastruktur Listrik, dan anggaran pemerintah di bidang pendidikan)

71 terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada 15 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Pengaruh Produk domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembanguna Manusia Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa Produk Domestik Regional Bruto memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia untuk semua kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan pada tingkat kepercayaan 5%. Hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian. Koefisien PDRB dengan nilai 0,026274 yang berarti jika terjadi kenaikan pada nilai PDRB sebesar 1 poin sedangkan Variabel lain tetap maka variabel dependen (Indeks Pembangunan Manusia) akan Meningkat rata-rata sebesar 0,026274 poin, dan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan landasan teori dimana salah satu karakteristik pertumbuhan ekonomi adalah tingginya pertumbuhan output perkapita (Todaro, 1997). Pertumbuhan output yang di maksudkan adalah PDRB perkapita, tingginya pertumbuhan output menjadikan perubahan pola kosumsi dalam memenuhi kebutuhan. Artinya, semakin meningkatnya PDRB maka akan merubah pola kosumsi dalam hal ini tingkat daya beli masyarakat juga akan semakin tinggi. Tingginya tingkat daya beli masyarakat akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia karena daya beli masyarakat merupakan salah satu indikator komposit dalam IPM yang disebut indikator pendapatan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi PDRB maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia.

72 Salah satu pendekatan untuk perhitungan PDRB adalah pendekatan produksi yang mempunyai formulasi dimana value of good (harga barang) dikalikan dengan jumlah output (kuantitas produksi) suatu sektor ditambahkan dengan sektor yang lainnya. Berdasarkan hasil dan analisa maka hipotesis peneliti menunjukkan pengaruh positif antara PDRB dengan IPM karena terbentuknya produktifitas setiap sektor di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Pengaruh Infrastruktur Listrik Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Infrastruktur Listrik memiliki Pengaruh positif dan signifikan dalam hal ini Infrastruktur Listrik yang di maksud adalah Seberapa besar jumlah pelanggan listrik untuk semua kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan pada tingkat kepercayaan 5%. Hal ini sesuai dengan hipotesis. Koefisien Infrastruktur Listrik sebesar 0.115928 poin yang berarti jika terjadi kenaikan Jumlah pelanggan Listrik sebesar 1 poin sedangkan variabel lain tetap maka variabel dependen (Indeks Pembangunan Manusia) akan meningkat sebesar 0.115928 poin dan sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hipotesis, Kusharjanto dan Kim (2011). Dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur secara signifikan akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Dimana dalam penelitian tersebut juga memaparkan bahwa Infrastruktur Listrik memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan infrastruktur lainnya seperti air,jalan dan jumlah kelas persiswa.

73 Infrastruktur Listrik terlihat signifikan dan mempunyai pengaruh terhadap IPM senilai koefisien, dimana setiap penambahan jumlah pelanggan listrik menjadi indikasi bahwa IPM masyarakat Provinsi Sumatera Selatan meningkat. Ketika pelanggan listrik bertambah, efek terhadap kegiatan dalam kehidupan sehari-hari dapat lebih efisien dan bagi rumah tangga produksi akan memberikan dampak untuk meningkatkan produktifitas. Jacoby (2002) menyatakan bahwa peningkatan infrastruktur secara langsung menguntungkan perusahaan bisnis melalui perluasan peluang pasar. Dengan semakin baiknya infrastruktur, maka akses dan proses pendistribusian barang maupun jasa di bidang pendidikan dan kesehatan akan semakin mudah sehingga dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia yang berujung pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. 3. Pengaruh Belanja Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pendidikan adalah hal mendasar dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi. Bangsabangsa miskin telah menginvestasikan dana yang besar untuk investasi di bidang pendidikan karena tenaga ahli yang dapat membaca dan menulis dianggap lebih dapat memahami produk dan material yang terus berkembang (1994). Dalam membangun pendidikan melalui sistem yang dibentuk, maka belanja pemerintah terhadap pendidikan menjadi salahsatu indikator yang dapat mengukur IPM berdasarkan komponen pendidikan yang mampu menjelaskan antara hubungan keduanya.

74 Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa belanja pemerintah di bidang pendidikan tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada derajat kepercayaan 5% untuk semua kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang diperoleh Nurfitriani (2017) yang menunjukkan hal serupa untuk IPM di Provinsi Bengkulu. Belum signifikannya pengaruh belanja pendidikan terhadap IPM di Provinsi Sumatera Selatan diakibatkan oleh belum optimalnya pelaksanaan program-program pendidikan dimana belanja di bidang pendidikan tidak berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Seperti, minimnya tenaga pengajar yang terdidik dan pelatihan bagi guru dan siswa. namun masih pada pembangunan sekolah secara fisik. Selain itu jumlah rata-rata lama sekolah masih tergolong rendah serta pembanguan vasilitas sekolah seperti sarana dan prasarana yang belum berjalan secara optimal. Selain itu, ada beberapa daerah seperti di daerah kabupaten yang terletak di perairan Banyuasin, transportasi yang kurang memadai menjadi masalah utama dalam pendidikan di daerah tersebut, sehingga sulit untuk memperoleh akses menuju ke sarana pendidikan atau sekolah. Mengingat daerah tersebut mempunya wilayah sungai yang cukup luas, dalam masalah ini pemerintah terkait hingga saat ini masih berfokus kepada pembangunan sarana pendidikan secara umum saja. Faktor-faktor eksternal selain pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan ternyata ikut menentukan

75 pelaksanaan yang diharapkan seperti kemudahan akses memperoleh pendidikan itu sendiri. Belum signifikannya pengaruh belanja pemerintah di bidang pendidikan disebabkan oleh anggaran pendidikan yang belum mencapai 20 persen, sebagaimana yang seharusnya di alokasikan berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945, Pasal 31, Ayat 2,3, dan 4 mengenai kewajiban Pemerintah terkait pengalokasian dana pendidikan. Hasil uji determinasi menunjukan angka 0,997, hal tersebut mengindikasikan bahwa independen variabel antara lain adalah salah satu komponen IPM yaitu Belanja Pemerintah pada Bidang Pendidikan serta dua Variabel di luar komponen IPM yaitu Infrastruktur Listrik dan Produk Domestik Regional Bruto merupan faktor determinan yang menentukan tingkat IPM.