RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI DAN SEKJEN KOMISI YUDISIAL

(BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KPK, KOMNAS HAM DAN PPATK

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MPR RI, SEKJEN DPD RI DAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---- RANCANGAN

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

MENTERI KEUANGAN R I

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR-RI

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN BULANAN PERIODE JANUARI 2016 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM. Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV Rapat ke :

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Riau

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DRAFT NASKAH PEDOMAN PERENCANAAN PARTISIPATIF DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PENYERAPAN ANGGARAN DEWAN PERS TAHUN ANGGARAN 2011*

LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE JUNI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

2013, No

LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE JULI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE MEI Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI XI DPR RI

I. UMUM. Saldo...

: Hj. Ledia Hanifa Amaliah, S.Si.,M.Psi.T. : Hadir 40 Anggota, Izin 8 Anggota dari 45 Anggota Komisi VIII DPR RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---------------------------- CATATAN RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN BNN, BNPT, KPK, DAN LPSK --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2017-2018 Masa Persidangan : V Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Hari/tanggal : Kamis, 7 Juni 2018. Waktu : Pukul 11.15 13.50 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI. KESIMPULAN/KEPUTUSAN I. PENDAHULUAN Rapat dengar pendapat Komisi III DPR RI dengan BNN, BNPT, KPK dan LPSK dibuka pukul 11.15 WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Yth.Erma Suryani Ranik, S.H. dengan agenda rapat membahas mengenai : Pembahasan RKA-K/L dan RKP K/L 2019 Tanya Jawab Kesimpulan/Penutup II. POKOK POKOK PEMBAHASAN 1. Beberapa hal yang disampaikan kepada BNN, BNPT, KPK dan LPSK, diantaranya adalah sebagai berikut : Meminta agar mitra untuk mempersiapkan plan B jika usulan anggaran tidak semuanya disetujui. Meminta penjelasan terkait dengan usulan anggaran KPK dari tahun ke tahun tidak pernah naik sehingga kinerjanya kurang optimal untuk ke daerah-daerah. Meminta penjelasan terkait dengan koordinasi antar lembaga di BNPT. Meminta penjelasan terkait dengan persoalan pembiayaan pengusutan kasus Pelindo yang tak kunjung selesai. Menyampaikan bahwa ada tugas pokok pada masing masing mitra, jika LPSK hanya punya anggaran yang terbatas bagaimana akan memberikan perlindungan seluruh WNI. 1

Meminta penjelasan BNPT mengapa hanya mengajukan anggaran yang tidak signifikan, jika BNN hanya mengajukan anggaran yang tidak memadai bagaimana mungkin bisa bertindak optimal. Meminta penjelasan terkait dengan mengapa KPK hanya mengajukan anggaran yang tidak signifikan, meminta KPK berkoordinasi dengan PPATK dan Bappenas. Meminta penjelasan terkait dengan bahwa semua mitra mengajukan penambahan anggaran namun tidak menjelaskan berapa persen realisasi anggaran tahun sebelumnya. Meminta agar KPK bekerjasama dengan inspektorat daerah dalam rangka pencegahan, bahwa inspektorat di daerah banyak yang tidak berfungsi. Meminta agar LPSK menyampaikan laporan realisasi 2017. Menyampaikan bahwa anggaran BNN dan BNPT telah diperjuangkan untuk naik tahun lalu namun tidak terealisasi, meminta agar mitra yang menangani korupsi, narkotika dan terorisme menghadap presiden untuk perbaikan anggaran, diharapkan agar gaji pegawai BNN dan BNPT disamakan dengan KPK. Menyampaikan bahwa di DPR telah dibentuk badan baru yaitu Badan Akuntabiltas Keuangan Negara yang akan memeriksa akuntabilitas dan tata kelola institusi negara, diharapkan agar mitra memperbaiki laporan keuangan dengan melihat contoh apa yang disampaikan oleh PPATK. Meminta penjelasan terkait dengan anggaran program pembahasan revisi UU Narkotika ke BNN. Meminta penjelasan terkait dengan persetujuan anggaran untuk pengobatan Sdr.Novel Baswedan, berapa jumlah yang telah dikeluarkan untuk perawatan Novel, apakah sudah tuntas atau masih berjalan. Membandingkan dengan treatmen terhadap aparat penegak hukum lain seperti polisi yang treatmennya berbeda. Meminta penjelasan terkait dengan progress kasus-kasus besar seperti RJ Lino. Meminta penjelasan terkait dengan bahwa anggaran KPK 3x lipat dibanding polisi dan jaksa dalam hal penuntutan, meminta program pencegahan dibuat secara kualitatif gambarannya. Bahwa apa yang diusulkan KPK bersifat wajar dan apa yang di usulkan BNN harus didukung. Meminta penjelasan terkait dengan program Pemeliharaan dan Perawatan Kendaraan Fungsional Peberdayaan Masyarakat di BNN. Meminta penjelasan terkait dengan program satgas cegah di BNPT. Meminta penjelasan terkait dengan mengapa anggaran LPSK tidak memadai/kecil sehingga tidak bisa menunjukan bahwa LPSK merupakan institusi penting, kinerjanya juga tidak maksimal Meminta agar BNPT lebih bijak saat berbicara di media karena apa yang disampaikan di lapangan dan di kantor kadang berbeda. Meminta penjelasan terkait dengan pembinaan jaringan di KPK, bagaimana realisasinya, apa yang telah diperbaiki, menyayangkan kinerja KPK hanya OTT, menyampaikan pentingnya pembinaan jaringan di KPK. Bagaimana kinerja LPSK akan meningkat jika anggarannya tidak memadai, bagaimana koordinasi LPSK dengan penegak hukum. Meminta penjelasan terkait dengan realisasi anggaran mitra di tahun sebelumnya., mengapa realisasi anggaran untuk pencegahan masih rendah mengingat kondisi Indonesia yang masih rawan tindak pidana korupsi. 2

Bagaimana program deradikalisasi di kampus-kampus, bahwa tugas BNPT adalah mengembalikan pemikiran para teroris ke titik nol, agar tidak lagi menjadi teroris. Meminta penjelasan terkait dengan program BNN agar lebih terintegrasi, bahwa pusat kekuasaan harus bersih narkoba. Meminta penjelasan terkait dengan soal OTT KPK, apakah bupati Tulung Agung terlibat. Apakah pengurangan anggaran untuk pemberantasan akan mengganggu kinerja KPK. Meminta penjelasan terkait dengan soal pelatihan pengelolaan aset bagaimana hasilnya, bagaimana proses penyelidikan di KPK. Meminta DPR untuk dilibatkan dalam kegiatan sosialiasi di KPK. Meminta kepada BNN agar tidak hanya di daerah, tapi aparat pemerintah pusat juga di tes narkoba. 2. Beberapa hal yang disampaikan oleh BNN, BNPT, KPK dan LPSK, diantaranya adalah sebagai berikut : Pimpinan KPK menyampaikan bahwa pembinaan jaringan juga untuk perbaikan sistem dan perbaikan kinerja apgakum. berharap pengawas internal bs bekerja secara independen untuk mencegah korupsi terutama dalam bentuk suap, bahwa hasil kerja kpk di laporkan secara tahunan ke DPR, bahwa KPK setuju jika DPR bisa melihat lebih detail sampai dengan satuan tiga dalam membahas pagu anggaran dengan mitra kerjanya dengan catatan dilakukan secara transparan, KPK setuju melibatkan DPR RI dalam kegiatan sosialisasi, soal OTT masih menunggu konpress, bahwa OTT cuma 10% dari kegiatan KPK Kepala BNN menyampaikan bahwa 52% pengguna berada di desa desa sehingga BNN harus fokus ke desa Kepala BNPT meyampaikan bahwa 20% pencegahan karena disesuaikan dengan kemampuan BNPT, bahwa di beberapa perguruan tinggi juga sudah terpapar radikalisme Ketua LPSK menyampaikan bahwa 28 Juni LPSK akan menyampaikan kinerja LPSK, bahwa Tahun 2017 ada 3378 orang yang berada dalam lindungan LPSK, 2018 sampai Mei ada 700 permohonan sehingga anggaran LPSK kurang sehingga minta tambahan anggaran. Bahwa jika BNPT minta anggaran ditambah maka harus disiapkan PP nya, LPSK agar koordinasi dengan BNPT terkait kompensasi korban terorisme, meminta anggota Komisi 3 dilibatkan dalam kegiatan mitra, bahwa korban terorisme di Medan sudah mendapat kompensasi sesuai putusan hakim dan LPSK akan menyiapkan anggarannya, berharap di 2019 kinerja LPSK lebih baik, bahwa di tahun 2017 realisasinya 73 M lebih dengan realiasasi 78% Kepala BNPT menyampaikan bahwa BNPT sudah koordinasi dengan Menpan soal pengembangan struktur, serapan anggaran BNPT sebesar 98,75% tahun 2017, akan dibuatkan ilutsrasi program pencegahan, furniture 18 M untuk gedung baru, sudah berkirim surat untuk menyusun perpres, sudah berkoordinasi dengan LPSK soal kompensasi korban teror, telah melibatkan anggota komisi 3 Kepala BNN menyampaikan bahwa BNN telah melibtakan anggota Komisi 3, bahwa realisasi anggaran BNN di tahun 2017 sebesar 90,6 % BNN tidak beli kapal karena tidak ada dalam tupoksi, akan mengoptimalkan kerjasama dengan instansi terkait seperti bea cukai, bahwa di BNN ada deputi pencegahan yang 3

membuat sistem pencegahan di lapas dan deputi pemberdayaan dengan kegiatan desa bersih narkoba, Pimpinan KPK menyampaikan bahwa anggaran KPK kecil karena usulan awal langsung di potong oleh Kemenkeu sehingga pesimis jika mengusulkan anggaran yang besar, KPK membina jaringan dengan berbagai instusi baik negara maupun ormas, realisasi KPK tahun lalu 849 Milyar dengan serapan 93%, pengobatan Novel di tahun 2017 sebesar Rp. 3,5 M dibiayai Kepresidenan, meminta ijin untuk menggunakan anggaran KPK untuk pengobatan Novel di tahun 2018. 2. Beberapa hal yang disampaikan Kepala BNPT adalah sebagai berikut : Sesuai dengan Surat Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan RI nomor B.209/M.PPN/D.8/KU.01.01/ 04/2018 dan nomor S- 269/MK.02/2018 tanggal 16 April 2018 BNPT mendapatkan Pagu Indikatif Tahun 2019 sebesar Rp699.598.337.000,00 (Enam ratus sembilan puluh sembilan milyar lima ratus sembilan puluh delapan juta tiga ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) dengan rincian yaitu angka baseline tahun 2018 sebesar Rp423.598.337.000,00 (Empat ratus dua puluh tiga milyar lima ratus sembilan puluh delapan juta tiga ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) dan tambahan anggaran belanja modal sebesar Rp276.000.000.000,00 (Dua ratus tujuh puluh enam milyar rupiah). Adapun tambahan anggaran belanja modal sebesar Rp276.000.000.000,00 (Dua ratus tujuh puluh enam milyar rupiah) untuk : 1) Peralatan Pusat Pengendalian Krisis sebesar Rp110.373.825.000,00 (Seratus sepuluh milyar tiga ratus tiga puluh tujuh juta delapan ratus dua puluh lima ribu rupiah); dan 2) Gedung dan Bangunan Pusat Pengendalian Krisis sebesar Rp165.626.175.000,00 (Seratus enam puluh lima milyar enam ratus dua puluh enam juta seratus tujuh puluh lima ribu rupiah). Pembagian alokasi Pagu Indikatif BNPT Tahun 2019 berdasarkan Program/Kegiatan adalah sebagai berikut: KODE PROGRAM/KEGIATAN ALOKASI (Rp) 113.06 PENANGGULANGAN TERORISME 699.598.337.000 5096 Bidang Pencegahan 146.982.737.000 5097 Bidang Penindakan 117.193.638.000 5098 Bidang Kerja Sama Internasional 47.626.145.000 5099 Dukungan Administrasi dan SDM 385.270.861.000 5729 Pengawasan Internal Lainnya 2.524.956.000 4

Pembagian alokasi Pagu Indikatif BNPT Tahun 2019 berdasarkan Jenis Belanja adalah sebagai berikut: KODE JENIS BELANJA ALOKASI (Rp) 113.06 PENANGGULANGAN TERORISME 699.598.337.000 051 Belanja Pegawai 23.089.791.000 052 Belanja Barang 400.193.057.000 053 Belanja Modal 276.315.489.000 Dari usulan Anggaran BNPT Tahun 2019 dalam aplikasi KRISNA Tahun 2019 adalah sebesar Rp836.882.299.000,00 (Delapan ratus tiga puluh enam milyar delapan ratus delapan puluh dua juta dua ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) akan tetapi dipenuhi dalam Pagu Indikatif sebesar Rp699.598.337.000,00 (Enam ratus sembilan puluh sembilan milyar lima ratus sembilan puluh delapan juta tiga ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) sehingga masih terdapat kekurangan pemenuhan anggaran sebesar Rp155.283.962.000,00 (Seratus lima puluh lima milyar dua ratus delapan puluh tiga juta sembilan ratus enam puluh dua ribu rupiah). Kekurangan pemenuhan anggaran sebesar Rp155.283.962.000,00 (Seratus lima puluh lima milyar dua ratus delapan puluh tiga juta sembilan ratus enam puluh dua ribu rupiah) yaitu untuk: 1) adanya penambahan formasi jabatan dalam Struktur Organisasi BNPT sejak tahun 2017 sesuai dengan surat persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor B/12/M.KT.01/2017 dan peraturan Kepala BNPT nomor PER-01/K.BNPT/I/2017 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, yang sampai dengan saat ini tidak didukung anggarannya. Kebutuhan tambahan anggaran sebesar Rp29.031.734.000,00 (Dua puluh sembilan milyar tiga puluh satu juta tujuh ratus tiga puluh empat ribu rupiah) untuk pelaksanaan tugas dan fungsi (formasi penambahan jabatan baru) tersebut, diantaranya: a) Subdirektorat Pengawasan pada Direktorat Pencegahan; b) Subdirektorat Pemulihan Korban Aksi Terorisme pada Direktorat Perlindungan; 5

c) Subdirektorat Bina Dalam Lembaga Pemasyarakatan Khusus Teroris pada Direktorat Deradikalisasi; d) Subdirektorat Teknologi Informasi pada Direktorat Penindakan e) Subdirektorat Penggunaan Kekuatan pada Direktorat Pembinaan Kemampuan; f) Subdirektorat Analisis dan Evaluasi Penegakan Hukum pada Direktorat Penegakan Hukum; g) Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat pada Biro Perencanaan, Hukum dan Hubungan Masyarakat. 2) Pemenuhan kebutuhan anggaran untuk efektivitas pelaksanaan Pusat Deradikalisasi dan Pusat Pengendalian Krisis sebesar Rp108.252.228.000,00 (Seratus delapan milyar dua ratus lima puluh dua juta dua ratus dua puluh delapan ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut dengan rincian sebagai berikut: a) Peralatan Pusat Pengendalian Krisis Rp52.294.450.000,00 (Lima puluh dua milyar dua ratus sembilan puluh empat juta empat ratus lima puluh ribu rupiah); b) Peralatan Balai Latihan Kerja Pusat Deradikalisasi Rp21.500.000.000,00 (Dua puluh satu milyar lima ratus juta rupiah); c) Furniture Gedung Pusat Pengendalian Krisis Rp18.750.000.000,00 (Delapan belas milyar tujuh ratus lima puluh juta rupiah); d) Efektifitas pelaksanaan satgas cegah Rp15.707.778.000,00 (Lima belas milyar tujuh ratus tujuh juta tujuh ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah). 3) Selain itu, pemenuhan kebutuhan anggaran untuk perubahan struktur organisasi dan perubahan tugas serta fungsi baru karena adanya Revisi Undang-Undang Nomor 15 tahun 2013 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme sebesar Rp 18.000.000.000,00 (Delapan belas milyar rupiah) sehingga total kebutuhan anggaran yang belum terpenuhi di tahun 2019 sebesar (Rp137.283.962.000+Rp18.000.000.000) Rp155.283.962.000,00 (Seratus lima puluh lima milyar dua ratus delapan puluh tiga juta sembilan ratus enam puluh dua ribu rupiah). 6

Adapun rincian kebutuhan anggaran yang belum terpenuhi dalam pagu indikatif Tahun 2019 sebagai berikut : NO. OUTPUT ALOKASI (Rp) 1. Peralatan Pusat Pengendalian Krisis 52.294.450.000 2. Peralatan Balai Latihan Kerja Pusat Deradikalisasi 21.500.000.000 3. Furniture Gedung Pusat Pengendalian Krisis 18.750.000.000 4. Efektifitas pelaksanaan Satgas Cegah 15.707.778.000 5. Penambahan Struktur Organisasi dan Tugas serta Fungsi baru sejak tahun 2017 sesuai surat persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor B/12/M.KT.01/2017 dan peraturan Kepala BNPT nomor PER- 01/K.BNPT/I/2017, akan tetapi sampai dengan saat ini belum ada dukungan anggarannya 6. Perubahan Struktur Organisasi dan Tugas serta Fungsi Baru sebagai akibat adanya perubahan Revisi Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2013 29.031.734.000 18.000.000.000 KEBUTUHAN YANG BELUM TERALOKASI 155.283.962.000 Dari total Pagu Indikatif BNPT Tahun 2019 sebesar Rp699.598.337.000,00 (Enam ratus sembilan puluh sembilan milyar lima ratus sembilah puluh delapan juta tiga ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) di dalamnya terdapat alokasi anggaran untuk memenuhi prioritas nasional pada proyek prioritas sebesar Rpp271.383.505.000,00 (Dua ratus tujuh puluh satu milyar tiga ratus delapan puluh tiga juta lima ratus lima ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut: PROYEK PRIORITAS ALOKASI 2019 (Rp) PROGRAM PENANGGULANGAN TERORISME 271.383.505.000 A. Penanggulangan Terorisme Bidang Pencegahan 129.614.101.000 Operasi Intelijen Pencegahan 29.913.055.000 Operasi Intelijen Kontra Propaganda 19.981.797.000 Operasionalisasi Pusat Deradikalisasi 9.105.209.000 Pelibatan Masyarakat Dalam Pencegahan Terorisme (melalui 30.727.203.000 FKPT) Pelaksanaan Deradikalisasi di Dalam dan Luar Lapas 36.751.038.000 7

Operasionalisasi Pemulihan Korban Terorisme dan Sarana Prasarana 3.135.799.000 B. Penanggulangan Terorisme Bidang Penindakan 106.237.804.000 Operasional Satgas Penindakan dan Kesiapsiagaan Nasional 92.845.804.000 Kerja sama Aparat Penegak Hukum Dalam Penanganan 8.300.000.000 Tindak Pidana Terorisme Perlindungan Hukum bagi Aparat Penegak Hukum, Saksi, dan 5.092.000.000 Korban dalam Tindak Pidana terorisme C. Penanggulangan Terorisme Bidang Kerja Sama Internasional Koordinasi Perlindungan WNI dan Kepentingan Nasional di Luar Negeri dari Ancaman Terorisme Operasionalisasi Tim Penanggulangan Foreign Terrorist Fighters 17.500.000.000 2.482.100.000 17.500.000.000 D. Dukungan Administrasi dan SDM 15.549.500.000 Koordinasi Pelibatan secara Terpadu K/L pada Pelaksanaan 15.549.500.000 Program Penanggulangan Terorisme 3. Beberapa hal yang disampaikan Ketua KPK adalah sebagai berikut : Berdasarkan Surat Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor: S-269/ MK.02/ 2018 dan B.209/ M.PPN/ D.8/ KU.01.01/ 04/ 2018 tanggal 16 April 2018 hal Pagu Indikatif K/L Tahun 2019 sebesar Rp 813,45 M Masih kekurangan dana 72 Milyar karena ada penambahan pegawai, meminta program pemberantasan Tipikor anggarannya dinaikkan agar performa KPK meningkat Usulan Penambahan Anggaran TA. 2019 Pembahasan Trilateral Meeting dengan Bappenas dan Kemenkeu tanggal 25 April dan 9 Mei 2018, KPK mengajukan penambahan anggaran karena kurangnya alokasi anggaran. Alokasi: Belanja operasional Belanja Pegawai (asumsi tidak ada rekrutmen pegawai atau zero growth di tahun 2018) Belanja operasional non Belanja Pegawai (Layanan dasar seperti langganan daya dan jasa, pemeliharaan gedung dan peralatan, Operasional IT) Belanja Non Operasional untuk memenuhi kekurangan anggaran pada program Pemberantasan Tipikor (termasuk peningkatan Target Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan TPK menjadi masing-masing 200 Perkara) KPK menyampaikan usulan Penambahan Anggaran TA. 2019 sebesar Rp. 171.85 M 8

Belanja Operasional Belanja Pegawai sebesar Rp. 72,7 M yang dialokasikan untuk : - Dampak tambahan pegawai baru pada tahun 2017 - Pergeseran kompetensi pegawai Belanja Operasional Non Belanja Pegawai sebesar Rp. 20,4 M yang dialokasikan untuk Kebutuhan layanan dasar perkantoran seperti Langganan daya dan jasa (Listrik/internet), pemeliharaan gedung dan peralatan, operasional kendaraan, pemeliharaan Hardware,software, dan perpanjangan lisensi IT Belanja Non Operasional sebesar Rp. 78,6 Milyar yang dialokasikan untuk : - memenuhi kekurangan anggaran pada program Pemberantasan Tipikor - Peningkatan Target Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan TPK menjadi masing-masing 200 Perkara 4. Beberapa hal yang disampaikan oleh Kepala BNN adalah sebagai berikut : Berdasarkan surat bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif K/L dan Rancangan Awal RKP 2019, BNN mendapat pagu sebesar Rp1.509.378.128.000,- (satu triliun lima ratus sembilan miliar tiga ratus tujuh puluh delapan juta seratus dua puluh delapan ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut: No. Kode Program Pagu Indikatif (Rp) 1. 066.01.01 2. 066.01.06 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba 908.225.044.000 601.153.084.000 Total Pagu Indikatif BNN TA. 2019 1.509.378.128.000 Setelah dilakukan penajaman dan penyesuaian terhadap kebutuhan anggaran BNN tahun 2019 dengan memperhatikan (a) alokasi Proyek Prioritas Nasional, kebutuhan dasar yang harus dipenuhi (belanja pegawai operasional dan belanja barang operasional), (b) baseline tahun 2019, dan (c) hasil kesepakatan pertemuan Trilateral Meeting I antara BNN, Bappenas, dan Kementerian Keuangan pada tanggal 2 Mei 2018, maka disusun Rencana Kerja BNN Tahun 2019 yang mengambil tema Meningkatkan Kapasitas Organisasi dalam Rangka Memperluas Layanan Publik P4GN dan mengarahkan fokus pada : 9

1. Pembangunan infrastruktur layanan publik BNN; 2. Upaya peningkatan reformasi birokrasi BNN; 3. Peningkatan kapasitas SDM BNN; dan 4. Pemenuhan belanja operasional pegawai BNN (001) dan belanja operasional barang 21 BNN Kabupaten/Kota baru. Dengan rumusan anggaran per program sebagai berikut : No. Kode Program Pagu Indikatif Penyesuaian (Rp) 1. 066.01.01 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya 938.388.550.000 2. 066.01.06 Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba 570.989.578.000 Total Pagu Indikatif BNN TA. 2019 1.509.378.128.000 Dari total anggaran tersebut sebagian dialokasikan untuk mendanai Proyek Prioritas Nasional BNN TA. 2019, sebagai berikut: No. Proyek Prioritas Nasional Target Alokasi (Rp) Kajian Pencegahan Penyalahgunaan 1. Prekursor Narkotika dalam Sektor Farmasi dan Non-Farmasi 2. Riset Kesehatan Dampak Narkoba Survey Nasional Penyalah Guna 3. Narkoba 2019 Peningkatan Kapasitas Laboratorium 4. Uji Narkoba Pusat Peningkatan Kapasitas Laboratorium 5. Uji Narkoba Daerah 1 Rekomendasi 1.000.000.000 Kebijakan 1 Laporan 1.500.000.000 Riset 1 Laporan 9.200.000.000 Survey 49 Unit 37.000.000.000 2 Unit 5.000.000.000 10

6. 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Pengembangan Model Intervensi Ketahanan Keluarga Anti Narkoba Kajian Model-model Intervensi Sosial Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Peningkatan Kapasitas Relawan Anti Narkoba Pelaksanaan Pilot Project Alternative Development Pengembangan Model Pendidikan Anti Narkoba Untuk Kalangan Remaja Peningkatan Kompetensi Petugas Rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi BNN Pengembangan Sistem Komando Operasi Interdiksi Terpadu Pembangunan Pos Komando Interdiksi Terpadu Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Narkoba Penyelidikan dan Pemusnahan Lahan Ganja dan Tanaman Terlarang Lainnya Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika 1 Model 3.000.000.000 1 Rekomendasi 1.000.000.000 Model 150 Orang 3.750.000.000 Relawan 1 Laporan 2.954.000.000 Pelaksanaan 1 Model 2.000.000.000 150 Orang 4.700.000.000 Petugas 1 Sistem 20.000.000.000 7 Pos 30.000.000.000 615 Berkas 52.223.000.000 Perkara 12 Titik 5.424.000.000 Lokasi 43 Berkas 20.621.000.000 Perkara Total 199.372.000.000 11

Disamping itu Proyek Prioritas KL BNN TA. 2019, sebagai berikut: No. Proyek Prioritas KL BNN Target Alokasi (Rp) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penyusunan Kajian Evaluasi dan Restrukturisasi Organisasi Pembangunan Sistem Penilaian Kinerja Individu Pegawai Pembinaan Unit Vertikal oleh Tim Terpadu Lintas Fungsi Pelaksanaan Pengendalian Penyusunan Peraturan Perundangan Operasional Program Kelompok Kerja Pengelolaan K9 Peningkatan Kapasitas Penggiat dan Kader Pemuda Anti Narkoba di wilayah proyek percontohan Alternative Development 1 Dokumen 1.000.000.000 1 Paket 1.000.000.000 5 Lokasi 2.000.000.000 2 Laporan 800.000.000 12 Bulan 3.182.000.000 120 Penggiat 1.250.000.000 Total 9.232.000.000 Penyesuaian Alokasi Belanja Operasional 2019 sebagai berikut: Realokasi Belanja Operasional 2019 Belanja Pegawai Belanja Barang Total 476.590.281.000 317.504.940.000 794.095.221.000 Alokasi belanja pegawai opersional untuk 5.361 personil dan belum memperhitungkan rencana penambahan 1.280 personil dengan rincian: 129 personil (redistribusi); 113 personil (alih status); 155 personil (CPNS); 252 personil (21 BNNK Baru); 631 personil (penambahan kuota pegawai satker vertikal melalui DPK (Dipekerjakan)). Jadi kebutuhan anggaran yang seharusnya diajukan sejumlah Rp509.538.218.000,- untuk kebutuhan 6.641 personil. 12

Realokasi belanja barang operasional telah memperhitungkan operasional dan pemeliharaan kantor gedung baru Pusat Laboratorium Narkotika, sewa Data Center, honor pengelola keuangan satuan kerja vertikal (termasuk 21 BNNK Baru), dan dukungan operasional dan pemeliharaan kantor untuk 21 BNNK Baru. BNN mengajukan tambahan alokasi anggaran tahun 2019 sebesar Rp1.456.908.745.000,- (Satu Triliun Empat Ratus Lima puluh Enam Miliar Sembilan Ratus Delapan Juta Tujuh Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah), untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang belum mendapatkan alokasi pada Pagu Indikatif Tahun 2019, dengan rincian sebagai berikut: No. Kebutuhan Anggaran (Rp) 1. Pengadaan Instrumen Video Conference (Pusat dan 34 BNN Provinsi) 48.857.788.000 2. Pengembangan Sistem Pelayanan Contact Center (34 BNN Provinsi) 17.530.000.000 3. Pengembangan Sarana dan Prasarana Center of Excellence (1 Unit) 18.000.000.000 4. Pengadaan Mobil Sosialisasi Diseminasi Informasi (50 Unit) 27.418.908.000 5. Pengadaan Kendaraan Fungsional Pemberdayaan Masyarakat (34 Unit) 25.644.402.000 6. Pengadaan Mobil Tahanan (8 Unit) dan Incenerator (4 Unit) 10.800.000.000 7. Pengadaan Mobil Operasional Penindakan dan Pengejaran (34 Unit) 30.600.000.000 8. Pengadaan Tactical Equipment (5 Paket) 26.320.471.000 9. Pengadaan Direction Finder (11 Unit) 220.069.610.000 10. Pengadaan Intelijen Tool Kits (GPS Tracking with Magnetic Installation) 500.000.000 11. Pengadaan Amunisi Senjata Cal 9x21mm (350.000 Butir ) 2.030.000.000 12. Pembangunan Gedung BNN Pusat (1 Unit) 520.000.000.000 13. Pembangunan Gedung BNN Provinsi (6 Unit) 90.000.000.000 14. Pembangunan Gedung BNN Kabupaten/Kota (13 Unit) 65.000.000.000 13

15. Belanja Pegawai Tambahan (1.280 Personil) 32.947.937.000 16. Pengadaan Sarana-Prasarana Kantor BNN Provinsi Jawa Timur 5.648.533.000 17. Pemeliharaan dan Perawatan Kendaraan Fungsional Peberdayaan Masyarakat 933.096.000 18. Dukungan Layanan Kediklatan (Peningkatan Kapasitas ASN BNN) 13.000.000.000 19. Dukungan Layanan Pascarehabilitasi 10.000.000.000 20. Dukungan Kegiatan P4GN Lainnya termasuk 21 BNNK Baru 291.608.000.000 T O T A L 1.456.908.745.000 4. Beberapa hal yang disampaikan oleh Ketua LPSK adalah sebagai berikut : Sesuai dengan surat dari Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Nomor B- 1190/Kemensetneg/Ses /PR.00.02/04/2018 tanggal 23 April 2018 hal Pagu Indikatif Satker Pada Bagian Anggaran 007 (Kementerian Sekretariat Negara) Tahun Anggaran 2019, LPSK mendapatkan Pagu Indikatif tahun 2019 sebesar Rp71.030.581.000,00 (tujuh puluh satu milyar tiga puluh juta lima ratus delapan puluh satu ribu rupiah). Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar Rp8.969.419.000,00 (delapan milyar sembilan ratus enam puluh sembilah juta empat ratus sembilan belas ribu rupiah) atau -11,21% dari Alokasi Anggaran Tahun 2018 sebesar Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah). Penurunan anggaran tersebut cukup berdampak pada menurunnya besaran anggaran untuk kegiatan yang berkaitan dengan tugas fungsi dan dukungan kelembagaan LPSK. Saat ini LPSK sedang mengusulkan penambahan anggaran dengan mekanisme inisiatif baru melalui Kementerian Sekretariat Negara untuk dimintakan persetujuan penambahan anggaran kepada Bappenas dan Kementerian Keuangan sebesar Rp52.448.904.000,00 (lima puluh dua miliar empat ratus empat puluh delapan juta sembilan ratus empat ribu rupiah). Usulan anggaran tersebut diantaranya digunakan untuk: pembayaran Kompensasi kepada Korban Tindak Pidana khususnya Korban Terorisme; Peningkatan layanan perlindungan kepada saksi dan korban; dan 14

Pembentukan LPSK Perwakilan di Daerah. Apabila usulan anggaran tersebut disetujui maka anggaran LPSK tahun 2019 menjadi sebesar Rp123.479.485.000,00 (seratus dua puluh tiga miliar empat ratus tujuh puluh sembilan juta empat ratus delapan puluh lima ribu rupiah). Dari alokasi anggaran Satker Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Tahun Anggaran 2018, realisasi anggaran sampai dengan tanggal 4 Juni 2018 adalah sebesar Rp29.156.967.230,00 (dua puluh sembilan miliar seratus lima puluh enam juta sembilan ratus enam puluh tujuh ribu dua ratus tiga puluh rupiah) atau sama dengan 36,45% dari alokasi anggaran LPSK tahun 2018 sebesar Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah). III. KESIMPULAN/KEPUTUSAN 1. Komisi III DPR RI dapat memahami penjelasan dari : a. Kepala BNN atas Pagu Indikatif tahun 2019 yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp. 1.509.378.128.000,- beserta usulan tambahan yang diajukan sebesar Rp. 1.456.908.745.000,- sehingga menjadi Rp. 2.966.286.873.000,- b. Kepala BNPT atas Pagu Indikatif tahun 2019 yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp. 699.598.337.000,- beserta usulan tambahan yang diajukan sebesar Rp. 155.283.962.000,- sehingga menjadi Rp. 854.882.299.000,- c. Ketua KPK atas Pagu Indikatif tahun 2019 yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp. 813,45 miliar beserta usulan tambahan yang diajukan sebesar Rp. 171,847 miliar sehingga menjadi Rp. 985,30 miliar. d. Ketua LPSK atas Pagu Indikatif tahun 2019 yang disampaikan oleh Kementerian Sekretariat Negara sebesar Rp. 71.030.581.000,- beserta usulan tambahan yang diajukan melalui Kementerian Sekretariat Negara sebesar Rp. 52.448.904.000,- sehingga menjadi Rp. 123.479.485.000,- Untuk selanjutnya Komisi III DPR RI meminta untuk menyajikan rencana program kerja yang mampu menjawab persoalan-persoalan yang berkembang di dalam Rapat Dengar Pendapat. 2. Komisi III DPR RI akan mempelajari secara teliti setiap usulan tambahan anggaran dari BNN, BNPT, KPK dan LPSK untuk diputuskan dalam rapat Pleno Komisi III DPR RI sesuai dengan mekanisme yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 yang telah diubah menjadi Undang-Undang nomor 2 Tahun 2018 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD serta Peraturan Tata Tertib DPR RI. 15

IV. PENUTUP Rapat ditutup pukul 13.50 WIB 16