BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coliform Coliform merupakan bakteri yang digunakan sebagai indikator pencemaran air oleh tinja yang ditularkan oleh bakteri patogen (Gruber et al., 2014). Keberadaan mikroorganisme dalam air menjadi salah satu parameter biologis yang dapat menentukan kualitas air. Adanya bakteri Coliform dan E.coli menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah (Natalia dkk, 2014). Ciri-ciri bakteri Coliform yaitu bersifat gram negatif, tidak berspora dan mampu memfermentasikan laktosa menjadi gas dan asam pada suhu 35-37 C, sedangkan Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang bersifat anaerob fakultaatif dan merupakan flora normal di dalam usus. Escherichia coli menjadi patogen ketika mencapai jaringan di luar intestinal normal atau tempat flora normal yang kurang umum. Kebanyakan tempat yang sering mengalami infeksi adaalah pada saluran kemih, sistem biliary dan tempat lain di dalam rongga perut dapat menjadi tempaat penyaakit (Jawetz et al., 2005). Bakteri Coliform dibedakan menjadi 2 tipe yaitu non fecal dan fecal coliform. Contoh dari non fecal adalah Enterobacter dan Klebsiella. Enterobacter dan Klebsiella biasanya ditemukan pada hewan dan tanaman yang telah mati. Tipe dari bakteri ini dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan. Contoh dari tipe fecal Coliform adalah E.coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan dan manusia. Tipe dari bakteri Coliform ini menyebabkan penyakit saluran pencernaan (Natalia dkk, 2014). 5
B. Air Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting di bumi. Air dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidup. Semakin banyak penduduk, pemanfaatan sumber daya air semakin meningkat. Eksploitasi sumber-sumber air secara berlebih tanpa diimbangi dengan perawatan sumber air akan mengakibatkan kelangkaan sumber air baku air bersih (Rifai i, 2015). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 pasal 8 yang mengatur tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air bahwa klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat kelas, yaitu Air kelas I merupakan air yang digunakan untuk air baku air minum. Air kelas II merupakan air yang digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanian. Air kelas III merupakan air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanian. Air kelas IV merupakan air yang digunakan untuk pertanian. Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Mikroba yang paling berbahaya adalah mikroba yang berasal dari feses yaitu Bakteri Coli. Pencemaran limbah airtidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri Coliform, akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Shigella dan Vibrio cholerae. Beberapa bakteri yang merupakan indikator pencemar suatu perairan adalah Coliform, fecal coli dan Salmonella (Meliala dkk., 2015).
C. Warteg Warteg merupakan suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setiap orang ingin melakukan segala sesuatu dengan cepat dan praktis. Keterbatasan waktu untuk mengolah makanan karena kepadatan aktifitas sehari-hari menjadi alasan orang lebih suka membeli makanan di warteg (Prasumma, 2013). Sebagai salah satu tempat umum yang sifatnya komersil, dengan kegiatan penyediaan makanan dan minuman, maka warung makan juga harus memenuhi persyaratan kesehatan. Keamanan makanan merupakan kebutuhan masyarakat, karena makanan yang aman akan melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya (Rorong dkk., 2015). Menurut Kepmenkes No. 1098/MENKES/SK/VII/2003 pasal 9 ayat 2 yang mengatur tentang higiene sanitasi rumah makan dan restoran menjelaskan bahwa persyaratan higiene sanitasi yang harus dipenuhi diantaranya persyaratan lokasi dan bangunan, persyaratan fasilitas sanitasi, persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan, persyaratan bahan makanan dan makanan jadi, persyaratan pengolahan makanan, persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi serta persyaratan peralatan yang digunakan. Makanan yang berada di warteg dapat menjadi tempat penularan penyakit apabila tidak ditangani dan diolah dengan baik. Kebersihan tempat penjualan dan pengolahan makanan sangat menentukan mutu dan keamanan makanan yang dihasilkan. Mikroorganisme tumbuh dengan baik pada lingkungan yang lembab
dan hangat, mengandung zat gizi yang baik seperti pada bahan makanan dan lingkungan yang kotor. Dengan demikian kebersihan lingkungan warteg harus selalu dijaga dengan baik (Rahayu, 2013). D. Higiene dan Sanitasi Air 1. Sumber-sumber air Kondisi fisik sumber mata air yang terbuka dan mudah dijangkau masyarakat memungkinkan terjadinya masukan materi non fekal maupun fekal kedalam mata air sehingga dapat mencemari mata air tersebut. Kondisi demikian jika dibiarkan tanpa penanganan, akan memberikan dampak terutama terhadap kualitas air yang dikonsumsi, karena peruntukannya sebagai air bagi kebutuhan rumah tangga berkurang kualitasnya bahkan mungkin tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan (Lewerissa & Keihena, 2014). 2. Lingkungan Kondisi lingkungan juga sangat mempengaruhi terjadinya cemaran air oleh bakteri Coliform. Letak sumber air yang dekat dengan septik tank dapat mempengaruhi menurunnya kualitas air yang disebabkan oleh rembesan air septik tank (Natsir, 2014). Selain itu, kondisi warteg yang dekat dengan jalan raya juga dapat mempengaruhi meningkatnya jumlah bakteri Coliform. Bakteri-bakteri akan terbawa masuk oleh debu dan asap. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes RI No.1098/MENKES/SK/VII/2003 yaitu kondisi warteg terhadap sumber pencemaran tempat penjualan adalah keadaan dimana lingkungan tempat penjualan terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh debu, asap, terdapat tempat sampah yang memenuhi syarat, lantai yang bersih dan tempat penjualan
tidak berjarak <100 meter dari sumber pencemaran debu, asap dan sumber pencemaran lainnya. E. Chromocult Coliform Agar (CCA) CCA merupakan media selektif yang digunakan dalam penghitungan Escherichia coli dan bakteri Coliform berdasarkan filtrasi membran dalam waktu 24 jam. CCA juga dapat digunakan untuk pengujian air limbah dan air minum yang mengandung bakteri dalam jumlah yang rendah (Lange et al., 2013). Prinsip dari CCA adalah (1) media pertumbuhan ini mengandung pepton, piruvat, sorbitol dan buffer fosfat untuk mendukung pertumbuhan koloni dengan cepat, (2) Bakteri gram positif dan beberapa gram negatif lainnya akan dihambat pertumbuhannya dengan adanya tergitol yang memiliki efek negatif pada pertumbuhan bakteri Coliform, (3) Bakteri E.coli memiliki enzim β-galaktosidase dan β-d-glucoronidase, dimana enzim β-galaktosidase dapat memotong substrat Salmon-GAL menjadi Salmon yaitu senyawa kromogenik dan enzim β-dglucoronidase dapat memotong substrat X-Glucoronide menjadi X dan Glucoronide sehingga menghasilkan warna biru, (4) Jenis Coliform lainnya (Klebsiella, Enterobacter dan Citrobacter) hanya memiliki enzim β- Galactosidase dimana enzim tersebut hanya mampu memotong substrat Salmon- GAL menjadi senyawa kromogenik pada media CCA, sehingga akan menghasilkan warna koloni merah muda atau merah salmon (Lange et al., 2013).
F. Kerangka Teori Air cucian peralatan makan Flora normal usus manusia dan hewan Coliform Indikator pencemaran air terhadap feses Coliform E.coli Higiene Sanitasi Air Total Coliform Sumber Sumber air Lingkungan CCA Merah Biru violet Gambar.1 Kerangka Teori