BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Arab, syajarah, yang berarti pohon. Satu

dokumen-dokumen yang mirip
Revitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND

BAB I PENDAHULUAN. Harapan merupakan satu syarat yang sangat penting bagi hidup manusia. Tanpa harapan,

Laporan Kongregasi. Konferensi Umum, 5 Oktober Canoas, Brazil, 2014 Suster Mary Kristin Battles, SND

EVANGELISASI BARU. Rohani, Desember 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa-bangsa lain di sekelilingnya. Bangsa-bangsa lain memuja banyak dewa, sedangkan Israel

KONGREGASI IMAM-IMAM HATI KUDUS YESUS (SCJ) KAPITEL JENDERAL XXII

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Pekalongan, merupakan sebuah kota yang terletak di pantai

PENGERTIAN SEJARAH SECARA ETIMOLOGIS, KATA SEJARAH BERASAL DARI KATA ARAB SYAJARAH YANG BERARTI POHON YANG BERCABANG- CABANG.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BUDAYA MENJATUHKAN TEMAN DALAM KONGREGASI Rohani, Juli 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah *) Oleh : Agus Mulyana

BAB V PENUTUP. diajukan dalam rumusan masalah skripsi. Dalam rumusan masalah skripsi ini,

SPIRITUALITAS EKARISTI

Suster-suster Notre Dame

Pers yang Mengabdi pada Publik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ARAH DASAR PASTORAL KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

Berita AJSC. Berita # 17. Para Sahabat dalam Keluarga Arnoldus,

Suster-suster Notre Dame

UKBM SEJARAH 3.4/4.4/1/4-1

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

November 2017 Undangan Doa Topik: Gereja Partner 9 November 2017

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historis. dengan

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN KRISTUS DI TENGAH DUNIA PERSPEKTIF DEKRIT INTER MIRIFICA ART.13 KONSILI VATIKAN II

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berkarya

Suster-suster Notre Dame

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Suster-suster Notre Dame

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Komariah, 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BIARA KATOLIK ORDO TRAPPIST DI PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

TANTANGAN RELIGIUS DALAM MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA DI ZAMAN GADGET

TEMPAT DOA KRISTIANI DI SEMARANG

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Sambutan Presiden RI Pd Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional Th 2565, tgl 7 Feb 2014, di JCC Jumat, 07 Pebruari 2014

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!

KEPEMIMPINAN KRISTIANI SEBAGAI PELAYAN DI BIARA Rohani, Juni 2013, hal Paul Suparno, S.J.

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

UNISITAS DAN UNIVERSALITAS KESELAMATAN YESUS DALAM KONTEKS PLURALITAS AGAMA DI INDONESIA. Fabianus Selatang 1

HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

STUDI SEJARAH INDONESIA DEWASA INI

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dakwah merupakan suatu amanah yang diembankan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

PERANAN EKARISTI DALAM MENINGKATKAN HIDUP ROHANI BAGI PARA SUSTER PRR DI WILAYAH JAWA

BUNDA MARIA SEBAGAI MODEL HARAPAN UMAT BERIMAN DALAM TERANG ENSIKLIK SPE SALVI NO PROPOSAL PENELITIAN

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PESTA KELENTENG WEI LENG WHU HUT DEWA SAM TIONG ONG KETAM PUTIH, 2 NOVEMBER2017

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh jiwa pembaca karena di dalam karya sastra memuat cerita-cerita yang

RELIGIUS SEBAGAI MISTIK DAN NABI DI TENGAH MASYARAKAT Rohani, Juni 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB III METODE PENELITIAN

KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI PERGURUAN TINGGI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi seorang murid Kristus memiliki jalan yang berbeda-beda. Panggilan itu ada dua

Suster-suster Notre Dame

BAB I PENDAHULUAN. mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan

Pokok-Pokok. Iman. Gereja. Pendalaman Teologis Syahadat. Emanuel Martasudjita, Pr

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. SEKAMI adalah gerakan Internasional anak-anak yang tertua di seluruh dunia. Serikat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). 1 Secara etimologis, term sejarah yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Arab, syajarah, yang berarti pohon. Satu pohon tentu saja tidak hanya terdiri dari daun dan batang tetapi juga akar. Hanya jika ada akar yang kuat, pohon itu bisa berdiri dengan kokoh. Akar bisa dilihat sebagai fondasi dari satu pohon dan karena itu tidak ada untuk dirinya sendiri. Dia ada untuk menopang batang dan daun. Sebaliknya daun dan batang tidak bisa eksis tanpa akar. Mengaitkan sejarah dengan hidup manusia, maka sejarah bisa dilihat sebagai akar dari kemanusiaan itu dalam berbagai dimensi dan kompleksitasnya. Benarlah kata-kata yang menyatakan bahwa satu langkah besar bermula dari satu ayunan langkah pertama yang sederhana atau satu peristiwa sederhana yang terjadi. Karena itu, orang selalu penasaran untuk mengetahui bagaimana langkah awal itu diambil. 2 Sejarah merupakan medan pengalaman dan pengembangan hidup, sekaligus medan refleksi dan medan kajian kritis bagaimana hidup itu sepatutnya dihidupi. 3 Oleh karena itu, sejarah perlu ditelusuri, dipelajari dan direfleksikan kembali untuk diambil hikmahnya bagi perjalanan hidup selanjutnya. Misi SSpS yang kini berkembang ke seluruh penjuru dunia tidak terlepas dari satu peristiwa atau satu langkah awal yang terjadi dalam sejarah. Oleh karena itu, penting sekali 1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 971 2 Antonio Camnahas dan Otto Gusti Madung, Ut Verum Dei Currat, 100 Tahun SVD di Indonesia (Maumere: Seminari Tinggi Ledalero, 2013), hlm. 1 3 Dr. Dominikus Saku, Menyimak Makna Sejarah (Jakarta: PT Binamitra Megawarna, 2007), hlm.2

untuk mengingat sejarah itu, sebab sejarah adalah ingatan. 4 Dengan mengingat, manusia sebagai pelaku sejarah bisa kembali dan tahu bersyukur. 5 Orang yang mengingat adalah orang yang tahu bersyukur. Kedua hal ini, yaitu mengingat dan tahu bersyukur adalah dasar untuk retrospeksi diri. Bersyukur berarti selalu membuat retrospeksi dan dengan cara demikian, ingatan kita akan apa yang terjadi dalam sejarah akan lebih bermakna. 6 Tahun 2014 merupakan tahun rahmat bagi Kongregasi SSpS di seluruh dunia, sebab pada tahun ini Kongregasi merayakan ulang tahunnya yang ke- 125 tepatnya pada tanggal 8 Desember, berdekatan dengan tahun rahmat ini yaitu pada tanggal 22 Desember tahun 2015 mendatang, khusus Kongregasi SSpS Timor Leste juga akan merayakan 40 tahun berkarya di negara Matahari Terbit tersebut. Menyambut dua peristiwa bahagia ini, penulis merasa perlu melihat kembali secara khusus bagaimana sejarah perkembangan misi SSpS di dunia, khususnya di Timor Leste sebagai suatu peristiwa penting yang perlu diingat, direfleksikan dan dimaknai kembali sebab angka 125 dan 40 tahun memang serupa dalam dirinya sendiri, dalam arti tidak bernilai apa-apa kalau tidak dirangkai dengan sesuatu hal untuk dikenang. Perkembangan sejarah misi SSpS di dunia secara khusus di Timor Leste tentu saja diwarnai juga oleh banyak karya yang sudah ada dan sedang diemban oleh para misionaris SSpS. Ada kisah sukses dan gagal yang perlu dikenang sebab kisah-kisah ini menjadi akar yang kuat untuk menopang pertumbuhan hidup dan karya selanjutnya secara khusus dalam realitas zaman yang semakin maju ini. Oleh karena sejarah begitu penting maka bertepatan dengan dua pesta besar ini, penulis merasa perlu kembali melihat kisah-kisah yang terjadi dalam sejarah atau semangat awal sebagai bahan pembelajaran agar semangat itu tidak pudar termakan usia atau 4 Frans Ceunfin dan Felix Baghi, Mengabdi Kebenaran (Maumere: Ledalero, 2005), hlm. 92 5 Antonio Camnahas dan Otto Gusti Madung, Op. Cit., hlm. 340 6 Ibid.

pudar oleh perkembangan zaman yang semakin canggih. Atau dengan kata lain, untuk berkembang ke masa depan manusia perlu belajar dari sejarah atau berguru pada sejarah. 7 Melihat kembali sejarah 125 tahun yang lalu sejak berdirinya, Kongregasi SSpS telah memusatkan perhatian pada misi ke seluruh dunia. Keprihatinan akan keselamatan jiwajiwa dan cita-cita misi ke seluruh dunia merupakan unsur pembentukan kongregasi sejak awal. 8 Arnoldus Janssen bapak pendiri memulai satu langkah sederhana yang bahkan dianggap gila untuk sebuah karya besar dengan mendirikan tiga Kongregasi yaitu SVD, SSpS dan SSpS AP. Gagasan misi yang diyakini bapak pendiri merasuki seluruh diri dan mengarahkan seluruh karyanya. Bukan kepribadian atau kemampuannya, apalagi kemudahan yang tersedia, tetapi gagasan misioner yang tepat sebagai tanggapan transformatif terhadap masalah yang dihadapi Gereja khususnya Gereja Jerman. 9 Sebagaimana semangat yang dimiliki bapak pendiri di awal berdirinya Kongregasi, demikian pula peristiwa 40 tahun yang silam yaitu pada tahun 1975, Kongregasi SSpS hadir dan berkarya di Timor Leste sebagai tanggapan transformatif terhadap kebutuhan Gereja di Timor Leste khususnys di Oecusse. Kongregasi SSpS hadir pada waktu situasi politik belum stabil, namun dengan semangat misi yang berkobar-kobar dan dalam kekuatan Roh Kudus, para suster memulai langkah awal yang kelihatannya sederhana akan tetapi membawa pengaruh yang luar biasa sampai saat ini. Sebagaimana diceritakan bahwa akibat tekanan politik, Uskup Martinho da Costa Lopez meminta dengan sangat suster-suster SSpS yang berkarya di Timor Barat untuk secepatnya datang ke Oecusse menempati biara suster Dominikan yang telah dikosongkan kurang lebih setengah tahun akibat perang agar tidak dijadikan sebagai markas ABRI. Selain itu hlm.16 7 Jhon M. Prior, Arnold dan Yosef, Dua Pribadi Satu Misi (Maumere: Seminari Tinggi Ledalero, 2003), 8 Franziska Carolina Rehbein, Arah Misioner SSpS Dalam Dunia Dewasa Ini, Kapitel Jenderal X (Ende: Percetakan Arnoldus, 1994), hlm. 61 9 Jhon M. Prior, Op,Cit., hlm. 19

para suster juga diminta oleh umat setempat untuk menggumpulkan kembali anak-anak putri yang tercerai-berai akibat perang serta mengajarkan berbagai keterampilan kepada mereka. Suster-suster SSpS dengan penuh semangat keterbukaan menjawabi kebutuhan Gereja dan melayani umat setempat dari waktu ke waktu walaupun situasinya sangat sulit akibat perang. 10 Semangat awal misi para suster sungguh tidak terlepas dari semangat atau mimpi yang ditinggalkan oleh bapak pendiri sebagaimana yang tercantum dalam Konstitusi SSpS. Bertolak dari pemikiran sederhana ini dalam rangka merayakan 125 tahun lahirnya SSpS di dunia dan 40 tahun berkarya SSpS di Timor Leste penulis ingin mengkaji kembali langkah awal itu dan perkembangannya sampai kini di bawah judul SEJARAH MISI SSpS DI TIMOR LESTE 1.2 Pokok Persoalan 1. Apa itu SSpS? 2. Bagaimana Spritualitas Misi atau Semangat Misioner SSpS? 3. Latar Belakang Kongregasi SSpS masuk ke Timor Leste? 4. Bagaimana perkembangan Sejarah Misi SSpS di Timor Leste? 1.3 Kegunaan Penelitian 1.3.1 Bagi Civitas Akademika Unwira Kupang Tulisan ini dimaksudkan agar mahasisiwa/i yang membacanya, mengenal keberadaan dan karya-karya SSpS di Timor Leste. 1.3.2 Bagi Kongregasi SSpS 10 Sr. Elisa Ringler SSpS, Wawancara 11 November 2013 di Hera-Timor Leste, tersimpan dalam DVD

Kiranya tulisan ini membantu Kongregasi SSpS di Timor Leste untuk sejenak kembali mengingat dan menoleh ke belakang serta mengambil makna apa yang terkandung dalam misi perdana untuk terus berkembang dalam realitas zaman yang semakin menantang ini. 1.3.3 Bagi Peneliti Kiranya tulisan ini membuka wawasan penulis untuk semakin mengenal dan memaknai apa yang terjadi di masa lampau sebagai sebuah proses pembelajaran guna bertumbuh dan berkembang sebagai seorang Suster Misi Abdi Roh Kudus. 1.4 Tujuan Penelitian Tulisan ini sebagai satu bentuk sumbangan penulis bagi Regio SSpS Timor Leste untuk melihat kembali ke akarnya setelah 40 tahun berkarya dan sebagai bentuk ungkapan syukur atas ulang tahun Kongregasi SSpS yang ke- 125. 1.5 Metode Penulisan Penulisan ini dilakukan dengan metode penulisan deskriptif dimana penulis memfokuskan perhatian pada penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan bahan dari berbagai sumber tentang SSpS mulai dari kehidupan Pendiri, Co-pendri dan karya misi yang ada dalam kronik dan bahan-bahan Kapitel. Penulis juga mewawancarai beberapa narasumber untuk meminta infromasi lebih lanjut mengenai karya misi SSpS, situasi religius, budaya, politik dan ekonomi yang terjadi di Timor Leste. 1.6 Sistematika Penulisan Tema karya ilmiah ini akan disajikan dalam beberapa bab tulisan sebagai berikut: BAB I, PENDAHULUAN. Hal-hal yang akan diuraikan dalam bab ini menyangkut latar belakang pemikiran dan alasan pemilihan judul, pokok permasalahan, ruang lingkup

pembahasan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan, asumsi dan hipotese, definisi istilah, kerangka operasional dan sistematika penulisan. Uraian-uraian ini dipandang penting karena selain berperan sebagai pengantar yang menjelaskan hal-hal teknis penulisan, juga berfungsi untuk memberi arah pembahasan selanjutnya. BAB II, MENGENAL SSpS (SERVARUM SPIRITUS SANCTI). Bab ini dikhususkan untuk membahas catatan historis obyektif (historiografi) mengenai Kongregasi SSpS, mengenai hidup pendiri dan co-pendiri, latar belakang pendirian, visi, spiritualitas, kharisma dan pola hidup Kongregasi SSpS. BAB III, MISI MENURUT SSpS (SERVARUM SPIRITUS SANCTI). Bab ini merupakan uraian pemahaman misi menurut Kongregasi SSpS di dalam Konstitusi dan Kapitel-Kapitel umum. BAB IV, SEJARAH MISI SSpS DI TIMOR LESTE. Uraian dalam bab ini adalah inti dari kajian ilmiah penulis, yaitu untuk melihat dan mengerti bagaimana sejarah Misi SSpS di Timor Leste. Bab ini pun akan diakhiri dengan kesimpulan yang relevan. BAB V, PENUTUP. Pada bab ini, penulis akan mengakhiri seluruh bahasan dengan sebuah kesimpulan umum dan usul-saran seperlunya sebagai bahan pertimbangan.