BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). 1 Secara etimologis, term sejarah yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Arab, syajarah, yang berarti pohon. Satu pohon tentu saja tidak hanya terdiri dari daun dan batang tetapi juga akar. Hanya jika ada akar yang kuat, pohon itu bisa berdiri dengan kokoh. Akar bisa dilihat sebagai fondasi dari satu pohon dan karena itu tidak ada untuk dirinya sendiri. Dia ada untuk menopang batang dan daun. Sebaliknya daun dan batang tidak bisa eksis tanpa akar. Mengaitkan sejarah dengan hidup manusia, maka sejarah bisa dilihat sebagai akar dari kemanusiaan itu dalam berbagai dimensi dan kompleksitasnya. Benarlah kata-kata yang menyatakan bahwa satu langkah besar bermula dari satu ayunan langkah pertama yang sederhana atau satu peristiwa sederhana yang terjadi. Karena itu, orang selalu penasaran untuk mengetahui bagaimana langkah awal itu diambil. 2 Sejarah merupakan medan pengalaman dan pengembangan hidup, sekaligus medan refleksi dan medan kajian kritis bagaimana hidup itu sepatutnya dihidupi. 3 Oleh karena itu, sejarah perlu ditelusuri, dipelajari dan direfleksikan kembali untuk diambil hikmahnya bagi perjalanan hidup selanjutnya. Misi SSpS yang kini berkembang ke seluruh penjuru dunia tidak terlepas dari satu peristiwa atau satu langkah awal yang terjadi dalam sejarah. Oleh karena itu, penting sekali 1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 971 2 Antonio Camnahas dan Otto Gusti Madung, Ut Verum Dei Currat, 100 Tahun SVD di Indonesia (Maumere: Seminari Tinggi Ledalero, 2013), hlm. 1 3 Dr. Dominikus Saku, Menyimak Makna Sejarah (Jakarta: PT Binamitra Megawarna, 2007), hlm.2
untuk mengingat sejarah itu, sebab sejarah adalah ingatan. 4 Dengan mengingat, manusia sebagai pelaku sejarah bisa kembali dan tahu bersyukur. 5 Orang yang mengingat adalah orang yang tahu bersyukur. Kedua hal ini, yaitu mengingat dan tahu bersyukur adalah dasar untuk retrospeksi diri. Bersyukur berarti selalu membuat retrospeksi dan dengan cara demikian, ingatan kita akan apa yang terjadi dalam sejarah akan lebih bermakna. 6 Tahun 2014 merupakan tahun rahmat bagi Kongregasi SSpS di seluruh dunia, sebab pada tahun ini Kongregasi merayakan ulang tahunnya yang ke- 125 tepatnya pada tanggal 8 Desember, berdekatan dengan tahun rahmat ini yaitu pada tanggal 22 Desember tahun 2015 mendatang, khusus Kongregasi SSpS Timor Leste juga akan merayakan 40 tahun berkarya di negara Matahari Terbit tersebut. Menyambut dua peristiwa bahagia ini, penulis merasa perlu melihat kembali secara khusus bagaimana sejarah perkembangan misi SSpS di dunia, khususnya di Timor Leste sebagai suatu peristiwa penting yang perlu diingat, direfleksikan dan dimaknai kembali sebab angka 125 dan 40 tahun memang serupa dalam dirinya sendiri, dalam arti tidak bernilai apa-apa kalau tidak dirangkai dengan sesuatu hal untuk dikenang. Perkembangan sejarah misi SSpS di dunia secara khusus di Timor Leste tentu saja diwarnai juga oleh banyak karya yang sudah ada dan sedang diemban oleh para misionaris SSpS. Ada kisah sukses dan gagal yang perlu dikenang sebab kisah-kisah ini menjadi akar yang kuat untuk menopang pertumbuhan hidup dan karya selanjutnya secara khusus dalam realitas zaman yang semakin maju ini. Oleh karena sejarah begitu penting maka bertepatan dengan dua pesta besar ini, penulis merasa perlu kembali melihat kisah-kisah yang terjadi dalam sejarah atau semangat awal sebagai bahan pembelajaran agar semangat itu tidak pudar termakan usia atau 4 Frans Ceunfin dan Felix Baghi, Mengabdi Kebenaran (Maumere: Ledalero, 2005), hlm. 92 5 Antonio Camnahas dan Otto Gusti Madung, Op. Cit., hlm. 340 6 Ibid.
pudar oleh perkembangan zaman yang semakin canggih. Atau dengan kata lain, untuk berkembang ke masa depan manusia perlu belajar dari sejarah atau berguru pada sejarah. 7 Melihat kembali sejarah 125 tahun yang lalu sejak berdirinya, Kongregasi SSpS telah memusatkan perhatian pada misi ke seluruh dunia. Keprihatinan akan keselamatan jiwajiwa dan cita-cita misi ke seluruh dunia merupakan unsur pembentukan kongregasi sejak awal. 8 Arnoldus Janssen bapak pendiri memulai satu langkah sederhana yang bahkan dianggap gila untuk sebuah karya besar dengan mendirikan tiga Kongregasi yaitu SVD, SSpS dan SSpS AP. Gagasan misi yang diyakini bapak pendiri merasuki seluruh diri dan mengarahkan seluruh karyanya. Bukan kepribadian atau kemampuannya, apalagi kemudahan yang tersedia, tetapi gagasan misioner yang tepat sebagai tanggapan transformatif terhadap masalah yang dihadapi Gereja khususnya Gereja Jerman. 9 Sebagaimana semangat yang dimiliki bapak pendiri di awal berdirinya Kongregasi, demikian pula peristiwa 40 tahun yang silam yaitu pada tahun 1975, Kongregasi SSpS hadir dan berkarya di Timor Leste sebagai tanggapan transformatif terhadap kebutuhan Gereja di Timor Leste khususnys di Oecusse. Kongregasi SSpS hadir pada waktu situasi politik belum stabil, namun dengan semangat misi yang berkobar-kobar dan dalam kekuatan Roh Kudus, para suster memulai langkah awal yang kelihatannya sederhana akan tetapi membawa pengaruh yang luar biasa sampai saat ini. Sebagaimana diceritakan bahwa akibat tekanan politik, Uskup Martinho da Costa Lopez meminta dengan sangat suster-suster SSpS yang berkarya di Timor Barat untuk secepatnya datang ke Oecusse menempati biara suster Dominikan yang telah dikosongkan kurang lebih setengah tahun akibat perang agar tidak dijadikan sebagai markas ABRI. Selain itu hlm.16 7 Jhon M. Prior, Arnold dan Yosef, Dua Pribadi Satu Misi (Maumere: Seminari Tinggi Ledalero, 2003), 8 Franziska Carolina Rehbein, Arah Misioner SSpS Dalam Dunia Dewasa Ini, Kapitel Jenderal X (Ende: Percetakan Arnoldus, 1994), hlm. 61 9 Jhon M. Prior, Op,Cit., hlm. 19
para suster juga diminta oleh umat setempat untuk menggumpulkan kembali anak-anak putri yang tercerai-berai akibat perang serta mengajarkan berbagai keterampilan kepada mereka. Suster-suster SSpS dengan penuh semangat keterbukaan menjawabi kebutuhan Gereja dan melayani umat setempat dari waktu ke waktu walaupun situasinya sangat sulit akibat perang. 10 Semangat awal misi para suster sungguh tidak terlepas dari semangat atau mimpi yang ditinggalkan oleh bapak pendiri sebagaimana yang tercantum dalam Konstitusi SSpS. Bertolak dari pemikiran sederhana ini dalam rangka merayakan 125 tahun lahirnya SSpS di dunia dan 40 tahun berkarya SSpS di Timor Leste penulis ingin mengkaji kembali langkah awal itu dan perkembangannya sampai kini di bawah judul SEJARAH MISI SSpS DI TIMOR LESTE 1.2 Pokok Persoalan 1. Apa itu SSpS? 2. Bagaimana Spritualitas Misi atau Semangat Misioner SSpS? 3. Latar Belakang Kongregasi SSpS masuk ke Timor Leste? 4. Bagaimana perkembangan Sejarah Misi SSpS di Timor Leste? 1.3 Kegunaan Penelitian 1.3.1 Bagi Civitas Akademika Unwira Kupang Tulisan ini dimaksudkan agar mahasisiwa/i yang membacanya, mengenal keberadaan dan karya-karya SSpS di Timor Leste. 1.3.2 Bagi Kongregasi SSpS 10 Sr. Elisa Ringler SSpS, Wawancara 11 November 2013 di Hera-Timor Leste, tersimpan dalam DVD
Kiranya tulisan ini membantu Kongregasi SSpS di Timor Leste untuk sejenak kembali mengingat dan menoleh ke belakang serta mengambil makna apa yang terkandung dalam misi perdana untuk terus berkembang dalam realitas zaman yang semakin menantang ini. 1.3.3 Bagi Peneliti Kiranya tulisan ini membuka wawasan penulis untuk semakin mengenal dan memaknai apa yang terjadi di masa lampau sebagai sebuah proses pembelajaran guna bertumbuh dan berkembang sebagai seorang Suster Misi Abdi Roh Kudus. 1.4 Tujuan Penelitian Tulisan ini sebagai satu bentuk sumbangan penulis bagi Regio SSpS Timor Leste untuk melihat kembali ke akarnya setelah 40 tahun berkarya dan sebagai bentuk ungkapan syukur atas ulang tahun Kongregasi SSpS yang ke- 125. 1.5 Metode Penulisan Penulisan ini dilakukan dengan metode penulisan deskriptif dimana penulis memfokuskan perhatian pada penelitian kepustakaan dengan mengumpulkan bahan dari berbagai sumber tentang SSpS mulai dari kehidupan Pendiri, Co-pendri dan karya misi yang ada dalam kronik dan bahan-bahan Kapitel. Penulis juga mewawancarai beberapa narasumber untuk meminta infromasi lebih lanjut mengenai karya misi SSpS, situasi religius, budaya, politik dan ekonomi yang terjadi di Timor Leste. 1.6 Sistematika Penulisan Tema karya ilmiah ini akan disajikan dalam beberapa bab tulisan sebagai berikut: BAB I, PENDAHULUAN. Hal-hal yang akan diuraikan dalam bab ini menyangkut latar belakang pemikiran dan alasan pemilihan judul, pokok permasalahan, ruang lingkup
pembahasan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan, asumsi dan hipotese, definisi istilah, kerangka operasional dan sistematika penulisan. Uraian-uraian ini dipandang penting karena selain berperan sebagai pengantar yang menjelaskan hal-hal teknis penulisan, juga berfungsi untuk memberi arah pembahasan selanjutnya. BAB II, MENGENAL SSpS (SERVARUM SPIRITUS SANCTI). Bab ini dikhususkan untuk membahas catatan historis obyektif (historiografi) mengenai Kongregasi SSpS, mengenai hidup pendiri dan co-pendiri, latar belakang pendirian, visi, spiritualitas, kharisma dan pola hidup Kongregasi SSpS. BAB III, MISI MENURUT SSpS (SERVARUM SPIRITUS SANCTI). Bab ini merupakan uraian pemahaman misi menurut Kongregasi SSpS di dalam Konstitusi dan Kapitel-Kapitel umum. BAB IV, SEJARAH MISI SSpS DI TIMOR LESTE. Uraian dalam bab ini adalah inti dari kajian ilmiah penulis, yaitu untuk melihat dan mengerti bagaimana sejarah Misi SSpS di Timor Leste. Bab ini pun akan diakhiri dengan kesimpulan yang relevan. BAB V, PENUTUP. Pada bab ini, penulis akan mengakhiri seluruh bahasan dengan sebuah kesimpulan umum dan usul-saran seperlunya sebagai bahan pertimbangan.