BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian obat secara oral tetap menjadi pilihan utama karena relatif lebih murah, mudah, dan nyaman penggunaannya bagi pasien. Pemberian obat secara oral terdapat beberapa hambatan karena saluran cerna yang terdiri dari beberapa segmen dengan sifat-sifat yang berbeda satu dengan lain (seperti ph, viskositas, gerakan, luas permukaan, absorpsi, dan aliran darah). Absorpsi yang cukup baik hanya dapat terjadi pada beberapa segmen saja (lambung dan usus halus). Hambatan-hambatan ini membatasi lama pelepasan obat serta kecepatan absorpsi obat yang tidak konstan konstan (Desphande dkk., 1996). Sistem penghantaran obat melalui oral dengan memperpanjang waktu tinggal obat dalam saluran cerna terutama waktu tinggal dalam lambung (gastric residence time) dapat mengatasi hambatan yang terjadi. Dengan sistem ini, dimungkinkan untuk memberikan periode pelepasan dan absorpsi yang lebih lama (lebih dari 12 jam) dan konstan. (Rocca dkk., 2003). Salah satu usaha untuk memperlama waktu tinggal obat dalam saluran cerna adalah dengan sistem penghantaran mukoadhesif dan floating (Gohel dkk., 2004). Nifedipin merupakan asam lemah dengan pka 3,93 (Friedrich dan Nada, 2005). Kelarutan nifedipin akan meningkat pada suasana asam sehingga cocok dibuat sediaan GRDDS. Kelarutan nifedipin dalam air sukar, kecepatan disolusi dan ketersediaan hayatinya rendah. Marsac dkk. (2006) dan Marsac dkk. (2008)
meneliti tentang stabilitas nifedipin yang dibuat dispersi padat dengan berbagai analisis menggunakan instrumen. Penelitian yang mirip juga dilakukan oleh Cai dkk. (2011), yang menggunakan polimer PVP pada sifat kristal dan amorf nifedipin. Srinarong dkk. (2009), meneliti tentang penggunaan inulin dan PVP dengan perbedaan berat molekul. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa PVP K-30 menghasilkan kelarutan yang paling besar pada dispersi padat nifedipin. Gelatin dan karbopol dapat digunakan sebagai polimer dalam sediaan floating dan mukoadhesif berdasarkan penelitian Indrawati dkk. (2005). Gelatin mempunyai sifat adhesif dengan kekuatan sedang (fair), sehingga gelatin disini dimanfaatkan untuk polimer floating. Karbopol 934P merupakan turunan selulosa yang bersifat hidrofilik dan membentuk gel dalam air. Lapisan gel tersebut yang dapat menghalangi lepasnya obat dalam tablet lepas lambat. Polimer hidrofilik seperti karbopol 934P secara signifikan dapat meningkatkan mukoadhesif tetapi menurunkan kadar pelepasan obat (Anil dkk, 2000:913-924). Karbopol 934P merupakan polimer mukoadhesif yang baik, tetapi bersifat mengiritasi mukosa. Sifat iritasi ini dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikannya dengan polimer lain yang tidak bersifat mengiritasi. Dalam penelitian ini digunakan kombinasi karbopol 934P dengan gelatin dalam berbagai variasi jumlah dengan tujuan untuk mencari kombinasi dalam mengendalikan kadar pelepasan zat aktif. Penelitian Varhosaz dan Dehghan, (2002) terkait nifedipin dalam sediaan mukoadhesif menggunakan berbagai macam polimer. Untuk sediaan floating dengan polimer HPMC secara granulasi basah telah dilakukan oleh Sreekanth
dkk. (2010). Sistem floating dengan bahan obat dan dalam bentuk multipartikel dilakukan oleh Tripathi dan Singh (2011) menggunakan bahan aktif amoksisilin dengan polimer natrium alginat sebagai pembentuk gel dan kalsium karbonat sebagai pembentuk gas. Sistem floating kombinasi pembentukan gel secara in situ menggunakan polimer pektin dan etil selulosa dengan kandungan bahan obat Cinnarizin (Shidaye dkk., 2009). Sediaan tablet floating yang akan dibuat didesain dengan menggunakan sistem effervescent. Sediaan tablet floating dengan sistem effervescent memiliki keuntungan lebih cepat floating lag time tablet karena adanya tambahan komponen pembentuk gas CO 2 yang mendorong tablet untuk cepat mengapung. Sediaan tablet dibuat dengan kombinasi floating-adhesif, hal tersebut dengan pertimbangan bahwa sediaan floating sangat dipengaruhi oleh faktor pengosongan lambung (sekitar 2-5 jam). Pada proses pengosongan lambung sediaan akan keluar dari pilorus, sehingga obat akan masuk ke usus yang menyebabkan perbedaan absorpsi (Gohel dkk., 2004). Adanya kombinasi sistem tersebut, dengan berkurangnya efek floating yang disebabkan oleh pengosongan lambung, maka sistem adhesif akan bekerja dengan memperlama melekatnya obat dalam saluran cerna. berikut: B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai
1. Bagaimana karakteristik fisik dispersi padat nifedipin dan PVP K-30 yang terbentuk dengan metode spray dry? 2. Bagaimana pengaruh penambahan masing-masing polimer (gelatin dan karbopol 934P), serta komponen effervescent (asam sitrat dan natrium bikarbonat) yang optimum pada pelepasan nifedipin yang telah ditingkatkan kelarutannya dalam sediaan tablet? 3. Bagaimana model mekanisme pelepasan nifedipin formula optimum dalam sediaan tablet dengan kombinasi floating-adhesif pada pengujian secara in vitro dan in vivo dengan software Winsaam? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan karakteristik fisik dan peningkatan kelarutan dispersi padat nifedipin dengan pembawa PVP K-30 drug load tertentu menggunakan metode spray dry. 2. Menghasilkan formula optimum tablet nifedipin sistem floating-adhesif dengan penambahan polimer (gelatin dan karbopol 934P), serta komponen effervescent (asam sitrat dan natrium bikarbonat) pada karakteristik fisik dan pelepasan nifedipin. 3. Memperoleh model mekanisme pelepasan nifedipin dari tablet floatingadhesif formula optimum melalui pengujian in vitro dan in vivo dengan software Winsaam.
D. Keaslian Penelitian 1. Pembuatan dispersi padat nifedipin telah dilakukan oleh Srinarong dkk. (2009) dengan menggunakan PVP K-30 dan inulin. Diperkuat oleh Cai dkk. (2011) menggunakan PVP dalam berbagai macam berat molekul. Pada penelitian ini menggunakan loading drug yang berbeda untuk peningkatan kelarutan menggunakan PVP K-30. 2. Sreekanth, dkk.,(2010) meneliti tablet nifedipin dengan metode floating sistem effervescens (optimasi HPMC dan sod.bikarbonat), secara granulasi basah. Ghosh, dkk.,(2010) meneliti nifedipin SR dengan chitosan treated alginat. Liu, dkk.,(2000) meneliti nifedipin CR dengan sistem osmotik. 3. Srinarong, dkk.,(2009) meneliti pengaruh interaksi obat (nifedipin dan diazepam) dengan pembawa (PVP dan inulin) dispersi padat sediaan tablet (drug load 5, 10, 20, 30%). 4. Huang, dkk.,(2006): meneliti nifedipin dispersi padat dengan Eudragit RL 100 dan Etil selulosa sistem mikropartikel 5. Sistem floating dan adhesif bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas (Rocca dkk., 2003) karena nifedipin memiliki permeabilitas yang baik dalam lambung (Vikaas dan Arun, 2012). Efek floating dapat disebabkan adanya komponen effervescent (asam sitrat dan natrium bikarbonat) (Indrawati dkk., 2005) serta efek adhesif dengan polimer karbopol 934P dan gelatin (Shashank dkk., 2013). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan optimasi komponen effervescent, karbopol
934P, dan gelatin untuk mendapatkan formula optimum tablet nifedipin sistem floating dan adhesif.