BAB I PENDAHULUAN. Acquaired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. terdapat orang terinfeksi HIV baru dan orang meninggal akibat AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Acquaired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala atau sindrom yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat AIDS terus menyebar ke seluruh dunia dan sampai saat ini tidak ada satu negarapun yang benar-benar dinyatakan bebas dari HIV/AIDS termasuk Indonesia. 1 Kasus HIV/AIDS pada remaja setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini juga didukung dengan perkembangan globalisasi yang mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gaya hidup remaja seperti hubungan seksual dengan bergantiganti pasangan, hubungan seks pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti ini membahayakan kesehatan dan kemungkinan terjadinya penularan penyakit menular seksual termasuk HIV (Human Immunodeficiency Virus) /AIDS (Acquaired immunodeficiency syndrome). Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik informasi yang positif maupun yang negatif. 2 Remaja merupakan sasaran primer dalam program penanggulangan IMS (Infeksi Menular Seksual) khususnya HIV/AIDS. 3 Berdasarkan case report United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) pada tahun 2006 HIV/AIDS telah menginfeksi 7,3 juta pada wanita muda dan 39,4 juta pada pria muda. Penderita HIV AIDS ini rata rata mengenai usia 15-24 tahun, setiap 14

detik terdapat satu terjangkit HIV AIDS di dunia, setiap hari sekitar 6000 orang remaja tercatat sebagai penderita baru HIV AIDS. Pada tahun 2011 jumlah orang yang terjangkit HIV didunia sampai akhir tahun 2012 terdapat 34 juta orang, dua pertiganya tinggal di Afrika kawasan Selatan Sahara, di kawasan itu kasus infeksi baru mencapai 70 persen, di Afrika Selatan 5,6 juta orang terinfeksi HIV, di Eropa Tengah dan Barat jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS sekitar 840 ribu, di Jerman secara kumulasi ada 73 ribu orang. 3 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada tahun 2013 secara global HIV telah menginfeksi 35 juta orang. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan kasus penderita HIV/AIDS pada setiap tahunnya. Epidemi saat ini meningkat di negara berkembang termasuk Asia Pasifik. Negara yang paling tinggi prevalensi HIV adalah Kambodja, Indonesia, China, Vietnam, Malaysia, Thailand, Myanmar dan beberapa bagian Negara India. Menurut World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 2011 terdapat 3,5 juta orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS. Di Indonesia tercatat pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 tercatat 15.534 jiwa yang terinfeksi HIV dan sebanyak 1.700 jiwa yang terkena AIDS. Secara kumulatif dari 1 April 1987 sampai dengan 30 Juni 2014 jumlah penderita HIV terdapat 142.961 jiwa dan jumlah penderita AIDS 55.623 jiwa. Pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 jumlah kumulatif kasus AIDS pada golongan umur 15-19 tahun sebanyak 1.717 jiwa dan golongan umur 20-29 tahun sebanyak 18.287. Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah remaja dan orang muda. Menurut jenis pekerjaan pada tahun 1987 4

sampai dengan 2014 terdapat pada anak sekolah/mahasiswa penderita AIDS sebanyak 1.291 jiwa. Di Provinsi Sumatera Utara pada laporan Triwulan Januari sampai dengan Juni 2014 HIV telah menginfeksi 827 jiwa dan penderita AIDS 231 jiwa. Prevalensi kasus AIDS secara kumulatif pada provinsi Sumatera Utara 12,12%. Secara kumulatif jumlah penderita HIV di Sumatera Utara dari tahun 1987 sampai dengan 2014 adalah 8.794 jiwa dan pada penderita AIDS 1.573 jiwa. Jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja di seluruh dunia yang meningkat sebesar 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 menunjukkan tren mengkhawatirkan. Laporan badan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menangani masalah anak-anak UNICEF (United Nations International Children s Emergency Fund) menyebutkan sekitar 71.000 remaja berusia antara 10 sampai dengan 19 tahun meninggal dunia karena virus HIV pada tahun 2005. Jumlah itu 5 meningkat menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012. 6 Pada tahun berikutnya (2013) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa 1,5 juta orang meninggal akibat HIV/AIDS. Tahun 2001 sampai 2010 menurut WHO (World Health Organization) di Eropa Timur dan Asia Tengah sejumlah orang meninggal karena AIDS meningkat dari 7.800 jiwa menjadi 90.000 jiwa, di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat dari 22.000 jiwa menjadi 35.000 jiwa, di Asia Timur juga meningkat dari 24.000 jiwa menjadi 56.000 jiwa. 4

Di Indonesia jumlah kematian (CFR) yang disebabkan oleh virus ini secara kumulatif HIV & AIDS 1 April 1987 s.d. 30 Juni 2014 merenggut 9.760 jiwa (19,0). Pada Sumatera Utara jumlah kematian yang disebabkan AIDS sebanyak 176 jiwa. Pada daerah Kota Medan didapatkan dari data Dinas Kesehatan Kota Medan periode Bulan Oktober 2012 angka kematian yang diakibatkan oleh HIV/AIDS sebanyak 722 jiwa dengan prevalens 21,58 % dari kasus HIV/AIDS. Ada beberapa penyebab yang memasukkan remaja dalam kelompok risiko tinggi. Salah satu penyebabnya adalah usia mereka masih berada dalam masa transisi, namun belum dapat disebut orang dewasa yang ditandai dengan adanya beberapa perubahan dalam diri mereka, antara lain perubahan fisik, emosi, pola pikir, sosial, dan biologis/seksual. 2 Faktor risiko penularan AIDS di Indonesia, khususnya remaja lebih banyak karena IDU/Injecting Drug User serta kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lain-lain, sehingga remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko, termasuk penularan HIV/AIDS. Penelitian yang terdapat Iran Journal of Clinical Infectious Diseases menyatakan masih terdapat sikap yang negatif terhadap penderita AIDS (ODHA) dengan mayoritas siswa percaya bahwa ODHA harus terisolasi di lembaga-lembaga yang sudah ditetapkan dan penderita ODHA pantas mati dan tidak harus menerima perawatan. 9 8 7 5

Penelitian serupa dilakukan oleh Amelia,dkk di kota Bandung pada tahun 2013 menyatakan bahwa dari 180 siswa/siswi yang dibagikan kuisioner terdapat 110 siswa/siswi memiliki pengetahuan yang rendah tentang HIV/AIDS dan 98 siswa/siswi masih memiliki sikap yang buruk terkait HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan hasil publikasi riset kesehatan dasar (Riskesdas) bahwa hanya 9,1% remaja di Jawa Barat yang telah memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan benar. Riset yang dilakukan Sudikno,dkk tentang pengetahuan HIV/AIDS pada remaja di Indonesia (2010) menunjukkan persentase pengetahuan pada remaja tentang HIV/AIDS dengan kategori kurang cukup besar yaitu 48,9 persen. Masih minimnya informasi tentang HIV/AIDS yang diperoleh menjadi salah satu faktor 11 kurangnya pengetahuan HIV/AIDS dikalangan remaja. Menurut Wijaya (2009) bahwa informasi mengenai HIV/AIDS didapatkan remaja sebagian besar melalui televise dan radio sebesar 33,3 persen. Penelitian KPAI (Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia) tahun 2010 dengan metode survei yang berbasis website terhadap 2.075 pengguna internet berusia 15-19 tahun berada di Indonesia menunjukkan bahwa masih sekitar 1 dari 4 responden melakukan hubungan seks dengan pacar dan kurang dari 5 persen yang pernah melakukan hubungan seksual komersial. Ditambah lagi penggunaan kondom yang masih kurang dari 20 persen pada hubungan seksual terakhir. 12 Data terakhir yang dilakukan survei oleh pemerintahan kota Medan menunjukkan perempuan yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS sebesar 9.5 persen dan laki-laki sebesar 14.7 persen, sementara target MDGs pada tahun 2015 adalah sebesar 95 persen. 14 13 10

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di SMA Al-Azhar Medan dari beberapa siswa/siswa menyatakan masih kurangnya informasi didapatkan mengenai HIV/AIDS dan mereka hanya mengetahui penyakit HIV/AIDS itu berbahaya tanpa tahu secara terperinci darimana sumber penularannya hanya beberapa siswa/siswi yang mengetahui dari jarum suntik dan kontak darah. Mengacu kepada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian hubungan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. 1.2. Rumusan Masalah Rendahnya pengetahuan yang komprehensif dan informasi tentang HIV/AIDS di kalangan remaja. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori sumber informasi yang didapatkan oleh siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. 1.3.2.2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori pengetahuan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014.

1.3.2.3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori sikap siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. 1.3.2.4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kategori tindakan pencegahan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. 1.3.2.5. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. 1.3.2.6. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan tingkat kategori sikap siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al-Azhar Medan tahun 2014. 1.3.2.7. Untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan tingkat kategori tindakan pencegahan siswa/siswi kelas XI tentang HIV/AIDS di SMA Al- Azhar Medan tahun 2014. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa/siswi SMA Al-Azhar Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai HIV/AIDS sehingga nantinya diharapkan remaja memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang HIV/AIDS, serta remaja mampu bersikap dan bertindak positif terhadap fenomena HIV/AIDS sebagai upaya pengendalian penularan HIV/AIDS.

2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bacaan untuk menambah pengetahuan mahasiswa untuk dijadikan bahan referensi di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pengetahuan, sikap maupun tindakan pencegahan remaja tentang HIV/AIDS.