BAB I PENDAHULUAN. tanggal 17 Agustus 1945 rupanya tidak menjadi sebuah jaminan bahwa Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini penulis akan memaparkan. telah dikaji. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

M PERANAN HASAN SADIKIN DALAM BIDANG KESEHATAN DI JAWA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB III PERAN K.H. MASJKUR DALAM LASKAR SABILILLAH. Kedatangan pasukan sekutu (Allied Forces Nederlands East Indies) atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Monumen Palagan Dan Museum Isdiman Di Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

Andi Sabrina Qamarani (4) Dhara Devina Velda (8) REVOLUSI AMERIKA KELAS XI IIS 2

I. PENDAHULUAN. Setelah pasukan Sekutu membom atom dua kota di Jepang yakni Hirosima dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB V KESIMPULAN. beradaptasi dengan situasi yang baru sebagai sebuah wilayah yang merdeka. Citacita

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. Peranan K.H. Amin Bin Irsyad dalam memajukan pondok pesantren di Babakan Ciwaringin Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. akhir bulan itu, tentara Jepang menghancurkan armada gabungan Belanda,

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut,

KISI KISI UJIAN SEKOLAH BERBASIS KOMPUTER TAHUN NO. KOMPETENSI DASAR KLS NO SOAL Memahami corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

I. PENDAHULUAN. Perjuangan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana, mereka berjuang tanpa

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. 1) Muhammad TWH, Drs.H. Peristiwa Sejarah di Sumatera Utara,(2011:85)

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan organisasi yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN

BAB I PENDAHULUAN. itu tidak akan dipertahankan oleh pihak Belanda (Poesponegoro dan Notosusanto,

PENDIDIKAN PANCASILA

I. PENDAHULUAN. Margakaya pada tahun 1738 Masehi, yang dihuni masyarakat asli suku Lampung-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proses Jalannya Diplomasi. pernyataan berdirinya negara Republik Indonesia. Negara yang bebas dari

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju masyarakat adil dan

SOAL UH PROSES PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA A

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

PEDOMAN PRAKTIKUM.

HUT RI KE-71 DALAM KARTUN OOM PASIKOM

PERANAN TOKOH KUNINGAN dari Masa Pergerakan hingga Revolusi Kemerdekaan. Mumuh Muhsin Z.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

I. PENDAHULUAN. Pada tanggal 10 Agustus 1945 draft penyerahan tanpa syarat Jepang kepada

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami dinamika sejarah yang panjang dalam upaya meraih kemerdekaan dari penjajah. Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 rupanya tidak menjadi sebuah jaminan bahwa Indonesia telah benar-benar merdeka. Pasca proklamasi tepatnya antara tahun 1945-1949, Indonesia mengalami babak baru sejarah dengan memasuki periode yang dinamakan sebagai periode revolusi. Pada masa revolusi. Belanda berupaya untuk menguasai kembali Indonesia dengan melancarkan berbagai tekanan. Rakyat Indonesia dihadapkan pada suatu kondisi untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih pada saat Proklamasi. Upaya mempertahankan kemerdekaan tersebut dilakukan dengan berbagai cara, seperti yang dikemukakan oleh Reid (1996) sebagai berikut. Revolusi Indonesia merupakan suatu proses untuk melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan sistem politik kolonial yang dikendalikan oleh penjajah asing. Revolusi Indonesia merupakan suatu gambaran antara kekerasan dan diplomasi dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan. Diplomasi dan kekerasan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Apabila jalur diplomasi tidak berhasil diupayakan, maka perjuangan bersenjata dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk melawan dominasi Belanda di Indonesia (Reid, 1996: 295). Diplomasi dan perang bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, ketika diplomasi gagal dilakukan maka perang menjadi jalan penyelesaian. Perang dilakukan melalui perlawanan mengangkat senjata secara

2 terbuka sebagai salah satu upaya untuk mencegah Belanda menguasai kembali wilayah Indonesia. Berawal dari kedatangan Inggris bersama Sekutunya di Jakarta pada tanggal 29 september 1945 yang ternyata disertai oleh NICA. Kondisi tersebut menimbulkan reaksi keras dari rakyat Indonesia, sehingga peperangan tidak dapat dihindari lagi (Kahin, 1995: 178). Pada masa awal kemerdekaan, pertempuran-pertempuran dengan Jepang pun tidak terhindarkan, hal ini terjadi karena pada saat itu Jepang diserahi kewenangan untuk menjaga keamanan di wilayah bekas jajahnnya oleh Sekutu, sedangkan di lain pihak rakyat Indonesia masih mempunyai rasa dendam terhadap orang Jepang yang telah bertindak semena-mena terhadap rakyat Indonesia. Pada masa ini juga rakyat sedang mempersiapkan diri membentuk kekuatan untuk mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia yang baru berdiri sehingga terjadi pelucutan senjata terhadap Jepang. Peritiwa peristiwa seperti ini yang akhirnya memicu konflik antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang, seperti yang dikemukakan oleh Moedjanto sebagai berikut. Pihak Sekutu telah memerintahkan tentara Jepang agar tetap bertanggung jawab atas bekas jajahannya untuk diserahkan secara utuh dan lengkap pada Sekutu sehingga pihak Jepang memiliki wewenang untuk melakukan perlawanan terhadap pelucutan dan perebutan senjata yang dilakukan oleh para pemuda dan masyarakat Indonesia (Moedjanto, 1988: 91) Seluruh kekuatan rakyat dikerahkan untuk mempertahankan kemerdekaan dan mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kedatangan kembali Belanda ke Indonesia. Untuk itu dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan salah satu badan perjuangan pada masa awal revolusi. Selain BKR muncul juga laskar-laskar dan organisasi-organisasi perjuangan di berbagai daerah. Salah satu

3 organisasi yang muncul adalah Hizbullah, anggotanya terdiri dari laskar-laskar pejuang yang berasal dari pesantren. Pesantren merupakan sebuah lembaga yang berfungsi menyebarkan ajaran Agama Islam dan mengadakan perubahanperubahan masyarakat kearah yang lebih baik (Tholkhah dan Barizi, 2004: 49). Pesantren menduduki peranan penting sebagai basis perlawanan dan pertahanan terhadap penjajahan. Peranannya tidak terhenti sampai Indonesia merdeka, pesantren terus menunjukan peranannya yang signifikan pada masa revolusi yaitu sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya memberikan pendidikan Islam tetapi juga membantu perjuangan laskar-laskar melawan Belanda. Para santri yang belajar di pesantren bergabung menjadi anggota Hizbullah dan melakukan perlawanan fisik secara terbuka untuk mengusir Belanda yang berusaha menguasai kembali Indonesia (Tolkhah dan Barizi, 2004: 49-50). Salah satu pesantren yang terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan khususnya di daerah Garut adalah Pesantren Al-Falah Biru. Diuraikan oleh Arifin bahwa Pada waktu pertempuran 1945 Biru berada di barisan terdepan yang dipimpin oleh KH Mustofa Kamil (Pahlawan Jawa Barat) dan Syaikhuna Badruzzaman dengan pasukan Hizbullohnya (Arifin, 2011: 23). Mengetahui Belanda akan kembali menduduki Garut, maka para ulama mengkoordinasi kembali rakyat untuk berjuang mempertahankan wilayah Garut dari gangguan yang akan muncul dari Belanda. Pesantren Al-Falah Biru sebagai salah satu pondok pesantren yang cukup berpengaruh pada saat itu turut berperan melakukan perlawanan. KH. Muhammad Badruzzaman sebagai pimpinan pondok

4 pesantren mengobarkan semangat jihad fi sabilillah memompa semangat rakyat untuk melawan dengan mengidentikan bahwa perang melawan penjajah adalah perang suci melawan kafir. Selain itu Badruzzaman juga mengerahkan para santrinya untuk berjuang bersama masyarakat dalam mengahadapi penjajah yang akan mengganggu kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru saja diraih, sehingga dalam masa tersebut para santrinya melebur dengan laskar Hisbullah atau Sabilillah. Laskar Hisbullah atau Sabilillah merupakan laskar yang dipimpin oleh para Kiai baik yang duduk menjadi pimpinan maupun penasehat dalam organisasi tersebut (Arifin, 2011: 7). Pesantren Al-Falah Biru pada saat itu tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan islam saja, melainkan melakukan peranan yang lebih besar. Pesantren menjadi bagian dari perjuangan rakyat dalam melakukan perlawanan terhadap Penjajah. Pesantren Al-Falah Biru melalui tokoh dan santrinya menunjukkan reaksi keras dengan melakukan perlawanan. Perlawanan tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan pesantren beserta elemen di dalamnya untuk mempertahankan kemerdekaan di Indonesia. Beberapa alasan peneliti meneliti Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi fisik di Garut Tahun 1945-1949. Pertama, dengan memperhatikan keterlibatan pesantren dan tokoh ulama yang memimpinnya tersebut dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan, maka diperlukan sebuah kajian yang lebih mendalam untuk menemukan seberapa jauh peranan yang telah dilakukan. Pesantren Al-Falah Biru tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan islam, tetapi lebih dari itu pesantren Al-Falah Biru menjadi sebuah basis perlawanan

5 terhadap penjajahan khususnya pada tahun 1945-1949. Kedudukan penting tersebut tentunya memberikan gambaran bahwa pada masa revolusi fisik, pesantren Al-Falah Biru merupakan sebuah pesantren yang memiliki pengaruh bagi masyarakat sekitarnya. Kedua, pada saat ini peranan besar pesantren Al-Falah Biru tidak begitu banyak dikenal oleh masyarakat umum. Pesantren hanya dikenal sebagai sebuah tempat untuk memberikan pendidikan agama Islam seperti layaknya pesantren biasa lainnya, sementara peranannya dalam melawan penjajahan seolah terlupa seiring dengan perkembangan waktu. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Agama Islam dan ulama sebagai pemimpin masyarakat memiliki peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan. Namun peranan mereka jarang diketahui dan kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekarang ini, oleh karena itu perlu dilakukan kajian mendalam tentang peranan pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dengan demikian diharapkan peranan tersebut tidak dilupakan begitu saja khususnya oleh masyarakat Garut. Ketiga, perlu adanya penelitian untuk mengkaji lebih mendalam mengenai keterlibatan pesantren Al-Falah Biru dalam perlawanan terhadap penjajah khusunya tahun 1945-1949 sebagai sebuah peristiwa lokal. Peristiwa sejarah pada tingkat lokal selalu tidak banyak diketahui dalam penelitian sejarah tingkat nasional karena seringkali peristiwa sejarah pada tingkat lokal hanya dikenal pada masyarakat tertentu saja dan tidak diketahui secara nasional, padahal peristiwa tersebut menjadi sebuah peristiwa cukup penting. Kepentingan untuk mengangkat peristiwa sejarah pada tingkat lokal inilah menjadi salah satu latar belakang

6 penelitian peranan pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut. Keempat, secara pribadi peneliti memiliki ketertarikan khusus untuk mengkaji sejarah lokal di Garut salah satunya mengkaji tentang peranan pesantren Al-Falah Biru tahun 1945-1949. Peneliti merasa berkepentingan untuk melakukan penelitian ini, karena selain sebagai seorang mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Sejarah peneliti juga merupakan bagian dari masyarakat asli Garut. Peneliti berupaya untuk menulis salah satu peristiwa sejarah di Garut agar dapat terekam dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Sehingga skripsi ini menjadi salah satu skripsi yang memperkaya khasanah keilmuan sejarah Garut. Adapun alasan peneliti memilih tahun 1945-1949 sebagai batasan kajian penelitian, didasarkan pada beberapa aspek. Tahun 1945 merupakan proses transisi pengalihan kekuasaan di Garut dari tangan Jepang pada Sekutu. Pada tahun 1945 Jepang ditugaskan untuk mengatur pemerintahan di Garut sementara waktu sebelum kedatangan Sekutu ke Garut. Kondisi tersebut menimbulkan reaksi keras dari masyarakat Garut karena Indonesia dianggap telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya tahun 1949 menjadi akhir perlawanan rakyat terhadap Belanda, karena pada tahun tersebut Belanda berhasil diusir dari Garut. Peneliti merasa berkepentingan untuk melakukan suatu penelitian berkaitan dengan sejarah perjuangan Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi fisik di Garut Tahun 1945-1949. Peneliti sangat terpanggil untuk menggali sejarah lokal Garut agar dapat dilestarikan dengan baik dan tidak dilupakan oleh

7 masyarakat Garut. Penelitian ini akan menjadi sebuah penelitian yang memperkaya khazanah sejarah Indonesia pada tingkat lokal. Untuk merealisasikannya, maka peneliti menyusunnya kedalam sebuah skripsi dengan judul Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi fisik di Garut Tahun 1945-1949. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah utama yang akan dikaji adalah Bagaimana Peranan Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949?. Agar pembahasan lebih terfokus maka peneliti membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Kondisi Pesantren Al-Falah Biru pada tahun 1945-1949? 2. Mengapa Pesantren Al-Falah Biru terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut pada tahun 1945-1949? 3. Bagaimana strategi perjuangan Pesantren Al-Falah Biru dalam keikutsertaanya mempertahankan kemerdekaan di Garut pada tahun 1945-1949? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pesantren Al-Falah Biru pada masa revolusi fisik yang terjadi di wilayah Garut Tahun 1945-1949. Selain itu penelitian skripsi ini bertujuan untuk :

8 1. Mendeskripsikan kondisi pesantren Al-Falah Biru pada tahun 1945-1949 meliputi sejarah pendirian pesantren, tokoh Kiai yang berpengaruh, perkembangan kelembagaan pesantren, dan perkembangan ajaran tarekat Tijaniyah di pesantren Al-Falah Biru. 2. Menjelaskan keterlibatan Pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut tahun 1945-1949 meliputi kondisi Garut pada tahun 1945-1949, keterlibatan pesantren dalam beberapa pertempuran, dan peranan Badruzzaman sebagai ulama yang berpengaruh. 3. Menguraikan strategi perjuangan Pesantren Al-Falah Biru dalam upaya mempertahankan kemerdekaan di Garut yang terdiri dari ajaran tarekat Tijani sebagai landasan perjuangan pesantren Al-Falah Biru dan Kholwat sebagai pembinaan mental para pejuang meliputi latar belakang yang menjadi pendorong dilakukannya kholwat di pesantren Al-Falah Biru, proses pelaksanaan kholwat, dan tujuan dilakukannya kholwat. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949 ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain : 1. Bagi peneliti, dapat menghasilkan sebuah skripsi sebagai aplikasi teori yang didapat selama perkuliahan untuk menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan yang ditemukan, serta dapat dipertanggungjawabkan secara objektif dan ilmiah dalam kehidupan praktis. Selain itu sebagai seorang

9 akademisi yang berasal dari daerah Garut, maka peneliti merasa berkepentingan untuk mengangkat sejarah di Garut khususnya sejarah sosial. 2. Bagi UPI khususnya bagi jurusan Pendidikan sejarah, memperkaya penelitian sejarah sosial khususnya peranan pondok pesantren dalam revolusi fisik di daerah. Selanjutya skripsi ini bisa dijadikan sumber rujukan bagi pengembangan penelitian selanjutnya di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. 3. Bagi Pondok Pesantren Al-Falah Biru, semoga skripsi ini menjadi sebuah karya yang berarti bagi sejarah pondok pesantren. Sebagai salah satu lembaga pendidikan agama yang berpengaruh di masyarakat maka skripsi ini menjadi sebuah apresiasi terhadap pesantren. 4. Bagi masyarakat Garut, peneliti berharap skripsi ini dijadikan salah satu sumber informasi mengenai peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Garut. Masyarakat Garut diharapkan dapat lebih mengenal peristiwa sejarah yang terjadi di wilayahnya. 5. Bagi pemerintah dijadikan bahan masukan mengenai pelengkap penelitian sejarah nasional pada tingkat daerah. Perlawanan yang dilakukan oleh pesantren Al-Falah Biru terhadap Sekutu merupakan salah satu peristiwa sejarah sosial yang menjadi bagian dari sejarah nasional pula. 6. Bagi institusi pendidikan diharapkan penelitian ini menjadi sumber referensi dalam perkembangan sejarah sosial di Indonesia khsusunya pada tingkat daerah. Sejarah mengenai peranan Pesantren Al-Falah Biru ini diharapkan dapat dimasukan dalam kurikulum lokal sekolah-sekolah di Garut.

10 7. Manfaat paling nyata dari penelitian skripsi ini diharapkan bisa menjadi bacaan masyarakat umum dengan menyusunnya menjadi sebuah buku. Tentunya penyusunan skripsi ini menjadi sebuah buku atas dukungan pesantren Al-Falah dan juga dosen Jurusan Pendidikan Sejarah. 1.5. Sistematika Penulisan Hasil yang diperoleh melalui observasi, telaah pustaka, dan wawancara dikumpulkan kemudian disusun ke dalam sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut. BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian. BAB II Tinjauan Kepustakaan, bab ini berisi tentang berbagai landasan teoritis dan informasi sejarah bersumber pada literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu mengenai Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949. BAB III Metodologi penelitian, dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. BAB IV Pernanan Pesantren Al-Falah Biru Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Garut. Dalam bab ini akan diuraikan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantaranya kondisi Al-Falah Biru

11 pada tahun 1945-1949, faktor pendorong keterlibatan pesantren Al-Falah Biru dalam upaya perlawanan terhadap pendudukan bangsa asing di Garut dengan mengikutsertakan santri-santrinya pada lasykar perjuangan Hisbulloh, serta menjadikan pesantren Al-Falah Biru sebagai tempat pelatihan mental para pejuang yang akan diturunkan ke medan tempur melalui proses kholwat. Uraian tersebut berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama. BAB V Kesimpulan. Pada bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberap pihak yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang dibahas.